32. Pulang Bareng

2.2K 333 223
                                    


"Lo suka sama dia?"

"Ya, terus kalau gue suka sama dia apa urusannya sama lo? Cemburu?"

•••

Dengan kasar, Rasi menghempas tangan Leon. Lalu mengambil langkah pergi meninggalkannya. Rasi tahu yang dilakukannya saat ini memang jahat, akan tetapi tetaplah Biru lebih jahat.

"Gue mohon jangan tinggalin Biru walaupun dia minta lo pergi dari hidupnya," ujar Leon yang secepat mungkin menyusul langkah Rasi, membuat Rasi seketika terhenti tepat beberapa pijakan di depan pintu kafe. "Terserah lo mau bilang gue apa. Mau bilang gue brengsek pun, nggak masalah. Gue punya alasan kenapa bicara seperti ini ke lo."

"Alasan apa?"

"Apapun itu. Gue mohon lo stay buat Biru apapun yang terjadi nantinya."

Melihat sorot mata Leon yang tampak tulus akan permintaannya kali ini dan tidak main-main, entah kenapa seketika mampu memporak porandakan kembali keteguhan hati Rasi. Menggoyahkan tekadnya yang sebelumnya sudah kuat untuk melupakan sosok Biru yang tidak pernah jelas perasaannya itu. Sampai tiba-tiba selembar note tersodor ke arahnya, dari tangan Leon, yang membuatnya kian tidak mengerti.

"Ini alamat Biru. Gue cuma bisa bantu kasih lo ini."

"Jadi lo yang ngasih tahu rumah gue ke Rasi?" Biru bertanya, meski awalnya ia sudah menduga.

Leon mengangguk. "Menurut gue ini yang terbaik buat lo, Ru."

"Terserah lo, deh, sekarang mau ngelakuin apa. Tapi gue harap jangan pernah lo kasih tahu soal penyakit gue ke dia," tandas Biru, seraya bangkit dan pergi meninggalkan Leon sendiri di kantin kampus.

🌩️

"Iya, nanti aku dijemput sama Biru. Jadi kamu balik duluan aja, ya. Bye, bye!"

"Eh tapi-tapi, Ras―"

Tuuttt

Sambungan diputus oleh Rasi, sebelum Bintang sempat menyelesaikan ucapannya.

Bintang menatap kesal layar ponselnya yang menampilkan fotonya bersama Rasi saat kecil. Bukan kesal akan walpapernya. Melainkan ia kesal dengan sikap Rasi yang masih saja berlaku semaunya.

Ditambah barusan ia juga mendengar Rasi menyebut nama seseorang. Siapa tadi? Ah, si Warna itu. Bintang kesal sekali dengan laki-laki tukang PHP itu. Selain PHP si Warna itu juga rajanya perihal menyakiti perempuan. Sudah namanya buruk, kelakuannya pun tidak kalah buruk. Kesal sekali Bintang dengan dia. Kalau dituruti rasanya Bintang sangat ingin menonjok rahangnya, tiap kali mengingat perlakuannya pada Rasi.

"Bi, my beloved brother-sister!"

Seseorang yang kalau bicara bahasa Inggris-nya kacau balau begini, Bintang sudah kenal betul. Siapa lagi kalau bukan Oskar?

"Apaan?" sahut Bintang, cuek.

"Tadi nggak sengaja denger, hari ini lo nggak ada acara jemput Rasi, kan? Nebeng, dong."

"Apaan lo, nebeng-nebeng! Nggak ada. Bensin gue lagi tiris sekarang."

"Yaelah my beloved brother-sister, rumah kita kan searah. Apa salahnya nolong temen?"

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang