Pada akhirnya semua hanya sia-sia...
Akhir yang sangat buruk untuk seorang lelaki yang terlahir kesepian seperti Daniel.
Semuanya hanya berbuah kesengsaraan.
Apa yang dia lakuin selalu hancur.
Memang dari awal kenal sama Alexa adalah sebuah kesalahan yang cukup besar buat Daniel.
Kalau tau endingnya bakal seperti ini,
Daniel akan lebih memilih untuk tidak pernah dan tidak akan pernah ingin mengenal Alexa.
Bahkan terhitung semenjak 100 hari kepergiannya dari dunia ini, gadis itu masih saja membayangi Daniel, mondar-mandir dalam benak laki-laki itu.
Menghancurkan Daniel dari dalam hingga membuat tali-tali keputus-asaan menjerat batinnya.
Daniel juga mulai tidak mau makan. Begadang dan melamun setiap hari seolah sengaja menyiksa raganya sendiri.
Daniel depresi.
Sejauh apapun ia berpikir, jawabannya akan tetap sama—
Daniel pengen nyusul Alexa.
"Niel? Kok tidur sih? Katanya mau ikut? Ayok cepetan tuang bensinnya! Nih gue bawain koreknya!"
Daniel ingin saja tidak percaya. Tapi yang ada di depannya ini jelas-jelas Alexa, gadis yang ia rindukan bahkan setelah 100 hari kepergiannya.
Yah...
Alexa meninggal.
Daniel benar-benar tidak tahu, apa yang terjadi dengan gadis kesayangannya itu.
Hingga di pagi hari yang cerah ketika laki-laki itu hendak menuju ke rumah gadisnya, sudah ada beberapa mobil polisi dan garis kuning menyelimuti kediaman keluarga itu.
Dan menurut keterangan pihak berwajib—
"Saudari Alexa, usia 17 tahun, dinyatakan meninggal dini hari tadi akibat—
bunuh diri."
Begitulah keterangan polisi yang kebetulan adalah ayahnya Ong.
Semuanya terkejut, tak terkecuali dengan Daniel.
Bahkan ia sempat syok hingga harus di temani beberapa temannya selama ia di rumah.
Daniel tidak berhenti menangis sampai hari-hari berikutnya setelah pemakaman.
Daniel berduka.
Duka itu semakin memburuk hingga membuat lelaki itu seolah tidak ingin melanjutkan hidupnya lagi.
Selanjutnya Daniel mengangguk. Tersenyum menatap gadis yang kini sedang menarik tangannya untuk bangun dari tempat tidurnya.
"Gapapa nih? Kalo lo nyusul gue nanti lo ga bakal ketemu temen-temen lo lagi. Gapapa?" tanya Alexa.
Daniel sekali lagi mengangguk sembari menggenggam tangan Alexa.
"Gak papa, asal sama lo aja."
Tak lama Alexa terkekeh. Cantik, pikir Daniel. Saking cantiknya sampai Daniel mengiyakan ajakan gadis itu ke neraka.
~byurrrr~
Daniel mengguyur lantai kamarnya dengan bensin yang sudah ia siapkan di samping tempat tidurnya.
Sebelum menyalakan korek api, Daniel menatap lingkungan sekitarnya.
Kamar gelap yang selama bertahun-tahun ia tempati, saksi bisu betapa kesepiannya Daniel bahkan sejak Kino pergi meninggalkannya.
Satu-satunya ruangan yang biasanya dipenuhi helaan nafas berat Daniel begitu kedua orangtuanya pulang dan saling memulai pertengkaran.
Satu-satunya ruangan tempat Daniel melepas lelah baik dari hati, pikiran, maupun tubuhnya.
~clack~
Lalu kemudian lelaki itu menjatuhkan korek api yang sudah menyala.
Membiarkan api menyulut, membesar, hingga memenuhi sekeliling kamarnya.
"Bye world."
"DANIEL WOY BANGUN! UDAH SORE INI NGAPAIN GOLERAN DI LANTAI!!!!" Teriak Sangyeon, temen satu kelas Daniel.
Bukannya apa, Sangyeon baru saja hendak mengambil jaketnya yang ketinggalan lalu dikejutkan oleh suara dengkuran keras dari arah belakang kelasnya.
Sangyeon agak sebal melihat Daniel yang masih tidak bergerak.
"Amit-amit ini anak, tidurnya kek orang koid astagfirullah!!!!"
~Plakkk~
"ALEXAAAA ALEXAAAA JANGAN TINGGALIN GUE ALEXAAAA JANGAN MATIIIIII!!!! MAAFIN GUE ALEXA MAAFIN GUEEEEE!!!!" ujar Daniel yang terbangun karena sabetan jaket Sangyeon sembari memeluk kaki oknum pelaku penyabetan.
"HEH HEH SINTING YA LO! ALEXA MASIH DI BAWAH NOH NYELEKSI ADEK KELAS! MANA ADA ALEXA MATI? NGACO LU AH!" jelas Sangyeon.
Selamat.
Jadi yang tadi cuma mimpi?
Tbc
EH UDAH APRIL AJA TERNYATA HAHAHAAAAA....😆😆😆
Love myself
Love urself
PEACE ✌
KAMU SEDANG MEMBACA
✘Dare; Daniel✘ [CONTINUE]
FanfictionNiatnya sih mainin... tapi kalo akhirnya beneran suka ya... Wallahu a'lam ◆????????? ◆bukan buat kalian yang alim ◆bukan masternya bikin ginian ◆fake series ⓒ2017 by Alloo57