"Aaaaaaaa..." Keluh Ia.
Alfa yang mendengarnya langsung melepas kancing lengan Ia dan membuka. Alfa terkejut karena lengan Ia memar dengan warna merah dan ungu.
"Kayak gini kamu bilang gak papa?" Kata Alfa dengan sedikit membentak.
Ia tak menjawab. Alfa melepaskan tangan kanan Ia, tapi kali ini Alfa meraih lengan kiri Ia. Kali ini Ia memberontak dan langsung pergi. Alfa yang melihatnya hanya membuntut di belakang. Rasa bersalahnya sudah berkecamuk sejak kemarin. Ingin meminta maaf, tapi itu bukan dirinya. Setiba di kelas baru ada beberapa murid disana. Ia langsung menuju bangkunya. Andi yang juga sudah datang langsung menghampirinya.
"Katanya tangan kamu kena pukulan Alfa. Bener gak?" Tanya Andi sambil duduk di depannya.
Ia tak menjawab hanya melirik ke pintu kelas. Andi mengikuti arah pandangan Ia dan melihat ada Alfa berdiri disana. Andi berdiri dan menghampiri Alfa.
"Aku menghargaimu karena kamu adalah anak dari donatur sekolah ini. Tapi kalau aja kamu bukan anakknya, kamu gak pantas untuk dihargai. Sebaik-baiknya lelaki itu dia gak akan melukai seorang cewek." Jelas Andi.
"Hey, gue gak sengaja ya. Dia sendiri yang tiba-tiba muncul." Balas Alfa sambil menunjuk Ia.
"Terus kamu gak mau minta maaf? Kalau kamu gak mau minta maaf, pengecut donk." Tantang Andi dengan senyum sinis.
"Lo siapa sih, gue gak suka ya lo ngomong kayak gitu." Kata Alfa sambil memegang kerah Andi.
Seketika Ia yang melihatnya langsung berdiri .
"Alfa, lepas gak." Pinta Ia.
Alfa tak menjawab.
"Udah cukup lah kamu nyakitin orang. Kamu mungkin gak bisa merasakan, tapi orang lain yang merasakan sakitnya." Lanjut Ia.
Alfa yang mendengarnya langsung melepaskan kerah Andi.
"Satu lagi, aku tahu maksud kamu pagi ini baik. Kamu mau memastikan keadaanku, tapi udah ya. Aku baik-baik aja. Jadi kamu boleh pergi." Pinta Ia dengan sedikit senyum.
Alfa mengalah, ia lantas pergi.
Jam istirahat, Ia, Icha & Dani sudah ada di kantin. 3 bakso sudah siap di santap dengan ditemani 3 gelas es jeruk.
"Ia bisa gak tuang kecapnya?" Tanya Icha perhatian.
Ia mengangguk.
"Kalau susah, bilang aja. Aku sama Dani selalu ada buat kamu." Lanjutnya.
"Boleh lihat gak? Soalnya pukulan Alfa itu terkenal keras di sekolah ini. Cowok mungkin bisa nahan , lha kamu cewek Ia." Kata Dani.
"Gak papa kok." Balas Ia sambil mengaduk.
Disaat bersamaan seorang murid lelaki yang membawa bakso terjatuh karena terpeleset. Mangkoknya mendarat di meja Ia dan kuah baksonya langsung menyiram lengan kanan Ia. Ia langsung merintih kesakitan dan langsung menjadi pusat perhatian. Dani langsung berdiri dan mengusap kuah itu dengan lap.
"Kenapa?" Tanyanya cemas.
"Sakit." Keluh Ia.
Tanpa permisi Dani langsung membuka kancing lengan Ia dan menyingkapnya. Dani kaget karena lengan Ia memerah.
"Ia, kena kuah bakso masak langsung merah kayak gini." Kata Dani.
"Merahnya bukan karna kena kuah bakso." Balas Ia dengan lirih.
Dani pun langsung faham, kejadian kemarinlah yang membuat lengan Ia memar. Saat itu pula Alfa baru tiba di kantin dan melihat Ia memegangi lengannya. Alfa langsung menghampirinya. Dani yang melihat kehadiran Alfa langsung memberikan pukulan tepat mengarah di hidungnya.
"Woy, ngapain main pukul-pukul. Salah gue apa?" Teriak Alfa emosi.
"Salah kamu adalah udah buat lengan Ia sakit." Jawab Dani tegas.
"Lengan lo kenapa? Sakit lagi?" Tanya Alfa kepada Ia sambil berjalan mendekat.
Belum sampai mendengar Ia membalas Alfa melihat seragam Ia yang basah dan mi bihun yang berceceran di meja Ia. Alfa melihat ke sekililingnya, dia melihat seorang murid lelaki yang baru bangun dari lantai. Tanpa fikir panjang Alfa langsung meraih kerah murd itu dan mendorongnya ke dinding.
"Jalan pake mata, jangan sembrono. Lihat donk lengan dia kena kuahnya. Lengannya itu sakit, gara-gara elo lengannya tambah sakit." Gertak Alfa.
"Lepasin Alfa." Sahut Ia.
Alfa yang bersiap melayangkan pukulan langsung berhenti mendengarnya.
"Gara-gara dia lengan lo tambah sakit." Balas Alfa.
"Selama aku sekolah disini, baru 2 hari ini kita bisa saling bicara. Aku senang karena bisa kenal sama kamu. Tapi 2 hari ini pula aku gak suka sama sikap kamu yang kayak gini." Jelas Ia lalu langsung meninggalkan kantin, Icha & Dani mengikut di belakang.
Di kelas, Icha tampak mengipasi lengan Ia untuk mengurangi rasa perih karena terkena kuah bakso. Tetapi Dani tampak masih kesal melihat lengan Ia, bukan karena kuah bakso melainkan karena ulah Alfa.
"Lain kali kalau Alfa nyakitin kamu lagi, bilang sama aku." Kata Dani.
"Udah lah, jangan marah." Balas Ia.
"Aku lihat lengan kamu kayak gitu gara-gara dia, kamu suruh aku jangan marah. Pukulan Alfa terkenal di sekolah ini. Makanya anak-anak jarang dekat-dekat sama dia karena kalau dia udah marah, ya gitu." Dani menjelaskan.
Tak lama Andi masuk ke kelas.
"Ia, lengan kamu kenapa?" Tanyanya.
"Gara-gara Alfa kemarin." Jawab Dani.
"Gila, orang kayak gitu jangan di diamkan." Balas Andi.
"Andi, Dani. Ia aja gak ambil pusing kenapa kalian malah ikut mikirin Alfa ?" Kata Icha sambil berhenti mengipasi.
"Sikapnya dia udah keterlaluan Icha." Balas Dani.
Ia tak ikut bicara, hanya diam dan mendengarkan mereka.
Hari berganti, kali ini Ia duduk di ruang tamu sambil mengompres lengannya. Lengannya kali ini sudah lebih baik dari kemarin. Tapi tetap ia masih merasakan sakit jika harus mengambil barang dengan tangan kanannya. Karena merasa bosan ia mengambil sepedanya. Sepuluh menit berlalu hingga ia berhenti di salah satu taman. Membuat pemanasan kecil lalu ia berlari kecil. Baru 5 menit berlari kecil langkahnya terhenti karena tiba-tiba seorang lelaki jatuh tersungkur di depannya. Tak lama seorang lelaki yang ia kenal mendekat untuk menghampiri lelaki tadi yang jatuh tersungkur. Lelaki itu siap melayangkan pukulan.
"Alfa.." Sahut Ia dan seketika niat Alfa diurungkan lalu melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Teen FictionAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...