38

405 16 0
                                    

Alfa yang teringat langsung tersenyum. Ia yang melihatnya juga ikut tersenyum girang karena berhasil membuat Alfa yang kaku akhirnya tersenyum manis.

"Kemarin Ia nangis karena Alfa, dan sekarang Ia tersenyum karena Alfa juga." Kata Dani sambil memperhatikan mereka yang sedang berbincang kecil.

Icha yang ikut memperhatikan mereka merasa cemburu karena keakraban Ia dengan Alfa.

"Dari banyaknya cewek di sekolah, kenapa Alfa bisa tersenyum dan tertawa lepas bersama Ia? Padahal kalau kita bersama kayak gini, aku selalu menunjukan perhatianku kepada Alfa. Tapi kenapa Alfa masih cuek aja sama aku." Keluh Icha.

Dani yang mendengarnya hanya diam tak membalas karena mengetahui Icha pasti sedih melihat keakraban Ia dan Dani yang terpampang jelas didepan Icha.

Hari berganti, Alfa kini sudah berteman baik dengan Ia. Ia sendiri sudah menerima Alfa menjadi teman dekatnya. Semuanya berawal semenjak Alfa telah menyelamatkannya. Di sekolah Ia sering menyapa lebih dahulu jika mereka sedang berpapasan. Alfa pun menjawabnya dan langsung membuat murid cewek yang ada disekitarnya merasa iri. Saat di kantin Alfa pasti bergabung bersama Ia, Icha & Dani. Saling berbagi cerita satu sama lain dan Alfa mulai menanggapi Icha disaat Icha sedang memujinya atau memberikan perhatian kecil. Tak jarang hal itu membuat Dani tertawa karena akhirnya usaha Icha untuk lebih mengenal Alfa ternyata tidak sia-sia.

Di hari Minggu sore, sebuah mobil bermerek DATSUN memasuki pekarangan rumah Ia. Ia dibuat kaget dengan kehadiran mobil abu-abu yang baru dilihatnya itu. Setelah lelaki turun dari mobil itu, Ia langsung menghampirinya karena kenal dengan orang itu.

"Mobil siapa yang kakak bawa pulang?" Tanya Ia menyelidiki.

"Mobil gue lah." Jawab Ian dengan sombong.

"Bohong.."

"Iiihhh, ngapain gue bohong."

"Pasti mobil ini milik kantornya kakak."

"Adik gue dibilangin gak bisa percaya." Kesal Ian lalu meninggalkan adiknya dan masuk kedalam.

"Gue di tinggal,, resek lo bang." Ketus Ia namun tak ditanggapi Ian.

Ia segera menyusul abangnya ke dalam.

Di dalam sudah ada ayah mereka yang sedang meminum kopi sambil menonton TV.

"Sudah pulang, Yan?" Tanya ayah saat Ian mencium tangannya.

"Iya. Aku pulang udah bawa mobil baru." Kata Ian.

Pandangan ayahnya yang sedari terfokus di layar tv kini berpaling dan melihat putranya.

"Oh ya?" Tanya ayah memastikan.

"Iya, mobil yang udah pernah aku ceritakan ke ayah. Mobil keluaran tahun lalu, harganya 120."

"Alhamdulillah kalau begitu."

"Uangnya sebagian aku ambil dari rumah makan." Jelas Ian.

"Iya, dari dulu ayah sudah bilang mau membelikan kamu mobil. Tapi kamu menolaknya." Kata ayah.

"Aku mau nambahin modalnya. Kalau uang ayah semua, akunya gak enak. Kalau gini aku kan senang karena sebagian gaji aku bisa digunakan untuk modal beli mobil." Balas Ian dengan tersenyum.

"Jadi benar itu mobil Kak Ian?" Tanya Ia sambil duduk.

"Kan tadi gue udah bilang." Jawab Ian dengan malas.

"Gimana gue bisa percaya. Biasanya kalau kenyataannya A justru elo bilang B." Kesal Ia.

"Ia.." Panggil ayahnya memperingatkan Ia.

"Eh,, iya yah. Maaf." Kata Ia dengan senyum.

"Kalau ke sekolah, kita bisa bareng kok Dek." Ajak Ian.

"Gak usah, berangkatnya aja bareng, pulangnya kakak langsung kerja. Nah aku pulang ke rumah harus naik angkot. Gak mau lah." Kesal Ia.

Ian justru menyambutnya dengan tawa jahat.

"Tuh kan Yah. Kak Ian nyebelin." Lanjut Ia kepada ayahnya.

Ayahnya langsung tersenyum melihat sikap Ia yang mengeluhkan sikap abangnya. Ia semakin kesal melihat sikap kedua lelaki yang didepannya dan memilih pergi.

Hari berganti, kali ini di sekolah Ia berjalan seorang diri sambil membawa tumpukan buku dari kelasnya untuk dikumpulkan ke ruang guru. Saat melewati depan toilet, tiba-tiba ada murid perempuan yang tidak sengaja menabraknya. Buku yang dia bawa berjatuhan sementara cewek itu hanya meminta maaf tanpa mau membantu Ia merapikan buku-buku itu. Ia hanya tersenyum melihatnya dan pasrah merapikan kembali buku-buku itu seorang diri. Tak lama ada tangan lelaki yang membantunya. Dilihat orang itu dan ternyata itu adalah Rey.

"Makasih ya." Ucap Ia dengan tersenyum.

"Iya, kok elo sendirian?" Tanyanya.

"Iya, udah terbiasa kali aku ke ruang guru ngumpulin buku tugas sendirian." Jelas Ia.

Ia dan Rey segera merapikan buku-buku itu. Setelah selesai Ia dan Rey berdiri.

"Sekali lagi makasih ya." Ucap Ia dengan buku-buku yang sudah ada dipangkuan tangannya.

"Iya. Mau gue bantu? Itu berat lho, elo gak akan kuat. Biar gue aja." Balas Rey.

Ia tersenyum mendengarnya.

"Elo itu cewek, yang menanggung beban seberat itu harusnya cowok yang kuat seperti aku."

"Aku iya in aja. Jam segini kok jalan-jalan?" Tanya Ia.

"Lagi ada tugas di perpustakaan. Gue bosan disana, jadi ke kelas aja lah. Bisa main hp." Jawab Rey dengan santai.

"Terus tugas kamu gimana?"

"Tenang aja, udah siap." Kata Rey dengan sombong.

"Siap apa?" Tanya Ia.

"Siap mencontek milik teman yang udah selesai mengerjakannya." Jawab Rey diakhiri dengan senyum liciknya.

Ia yang mendengarnya langsung tertawa kecil. Rey pun ikut tertawa karena melihat Ia yang begitu lucu disaat tertawa. Tanpa mereka sadari ternyata ada Alfa yang sedang memperhatikan dari jauh. Ada raut wajah kesal karena merasa cemburu dengan kedekatan Ia dan Rey.

Ketika pulang sekolah, Alfa selalu menunggu Ia didepan kelasnya. Senyumnya muncul tak kala melihat Ia dan Icha yang sudah terlihat dari kejauhan. Namun senyumnya hilang tak kala Dani menghampiri mereka dan tampak berbincang kecil dengan Ia. Ia menanggapinya dengan anggukan disertai senyum. Mereka saling membalas satu sama lain hingga Ia mengakhiri perbincangan mereka dan Dani pergi dengan melempar senyum dan dibalas senyum juga oleh Ia. Entah kenapa Alfa merasa cemburu melihat kejadian tersebut. Saat Ia dan Icha sudah mendekat, Alfa segera menyembunyikan rasa cemburunya dan langsung membuntuti Ia dan Icha.

"Rajin banget kalau mau pulang harus berdiri didepan, nunggu siapa sih?" Tanya Ia sambil berjalan.

"Gak tau nunggu siapa. Masalahnya yang ditunggu-tunggu dianya gak peka." Tutur Alfa.

"Emangnya yang kamu tunggu siapa Fa? Kalau teman kamu belum pulang, kamu tunggu aja dulu." Balas Icha sambil menengok ke belakang.

"Ya kali gue harus balik ke kelas lagi gitu, sementara orang yang gue tunggu udah didepan gue." Jawab Alfa sambil melirik Ia dari belakang.

Icha yang mendengarnya langsung merasa kecewa sambil melihat Ia yang ada disampingnya setelah mengetahui ternyata yang ditunggu Alfa adalah Ia.

"Siapa? Icha ya yang kamu tunggu." Potong Ia.

Alfa tak membalas karena ternyata Ia tak mengerti dengan maksud kalimatnya tadi. Begitu pula Icha yang kembali fokus menatap ke depan.

"Yaaahhhh, aku gak dijawab." Kesal Ia lalu berjalan lebih dahulu dan meninggalkan mereka berdua.

Alfa dan Icha yang diperlakukan seperti itu hanya melihat Ia yang mulai menjauh dengan ekspresi datar mereka.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang