Suasana pulang sekolah, para murid berhamburan keluar kelas. Ia dan Icha masih di dalam kelas karena menunggu suasana sepi. Sementara Dani harus keluar dulu karena ingin segera pulang. Suasana mulai sepi. Ia dan Icha berjalan santai melewati koridor kelas. Saat sedang asyik-asyiknya berbicara, tiba-tiba ada yang mendorong Ia dengan kuat hingga membuatnya tersungkur ke lantai. Untung kedua tangannya menahan sehingga wajahnya tidak berbenturan dengan keramik. Shila pun keluar dari kelasnya. Icha yang melihatnya langsung kaget dan kedua teman Shila langsung memegangi tangan Icha.
"Gara-gara elo, gue di bentak sama Alfa." Kata Shila sambil melihat Ia yang masih belum bangun.
Ia diam tak menjawab.
"Dari sekian banyak cewek, kenapa harus lengan elo yang di pegang sama Alfa. Haa.." Bentak Shila sambil menendang lengan kanan dan kiri Ia secara bergantian.
Alhasil badan Ia langsung terjatuh sambil merintih kesakitan.
"Dan gue bener-bener gak suka itu apalagi harus melihat dengan mata gue sendiri." Tutur Shila dan langsung menginjak lengan kiri Ia.
"Aaahhhhhh..." Rintih Ia kesakitan.
Shila yang mendengarnya mulai puas dan menambah tekanan pada injakannya. Rintihan Ia pun semakin keras karena injakan Shila mengarah pada lukanya semalam. Ia berusaha mendorong kaki Shila dengan tangannya namun sia-sia. Icha yang melihatnya langsung berteriak minta tolong. Para murid yang melintas ingin menolongnya namun mereka urungkan karena Shila memberikan tatapan tajam dan mengancam. Icha semakin berteriak dengan keras karena melihat Ia yang semakin kesakitan. Alfa yang melihatnya langsung berlari. Sesampai disana Alfa langsung mendorong kasar Shila. Dilihatnya Ia yang yang merintih kesakitan sambil memegangi pergelangan tangannya.
"Lo apa-apaan? Punya otak gak sih?" Kata Alfa dengan kesalnya.
"Kenapa? Elo gak suka?"
"Ya jelas-jelas gue gak suka." Bentak Alfa.
Kali ini Shila tak membalas. Ia mencoba menghela nafas panjang sambil tersenyum puas.
"Kali ini gue puas. Kalau suatu saat gue dapat perlakuan kasar lagi dari Alfa dan semua gara-gara elo, habis lo." Kata Shila dengan nada mengancam lalu pergi diikuti kedua temannya.
Icha pun langsung membantu Ia berdiri.
"Kamu gak papa, Ya?" Tanya Icha khawatir.
Ia tak membalas karena masih merasakan sakit pada lengannya.
"Kali ini gue yang antar dia pulang, lo pulang dulu aja." Pinta Alfa.
"Tapi.."
"Lo duluan aja." Kata Alfa dengan nada tinggi.
Ia melihat Icha sambil memberikan satu kedipan pelan seakan memberikan kode untuk memintanya pulang terlebih dahulu. Icha mengangguk tanpa jawaban lalu berlalu dari hadapan mereka. Kali ini Alfa meminta Ia untuk membuka lengannya. Saat dibuka Alfa terkejut karena perban yang putih sudah berubah merah. Luka kemarin pasti terbuka karena injakan Shila. Alfa mengajaknya ke UKS untuk mengganti perbannya.
Setiba disana untung saja masih ada seorang guru yang masih belum pulang. Alfa meminta bantuan beliau untuk mengganti dengan perban yang baru.
"Sudah dibawa ke rumah sakit?" Tanya guru itu.
Ia mengangguk.
"Lain kali lebih berhati-hati supaya lukanya tidak terbuka lagi." Pesan Ibu guru setelah selesai mengganti perbannya.
"Baik bu. Terima kasih, Bu." Balas Ia.
"Alfa, kenapa kamu antar Ia ke UKS? Jangan bilang lukanya Ia di dapat karena ulah kamu." Kata Ibu guru kepada Alfa yang seakan sudah mengetahui bagaimana sikap buruknya Alfa.
Alfa diam tak menjawab. Ibu guru yang melihatnya langsung berdiri dan berpamitan.
"Sudah mulai sore, Ibu pamit dulu Ia. Lekas sembuh." Pesan Ibu guru lalu pergi.
"Gue gak jawab aja dia tau. Segitu burukkah gue di sekolah ini? Kalau aja gue sekolah di sekolah lain, mungkin gue di keluarin. Tapi gara-gara bokap gue salah satu donatur disini, mereka gak mau ngeluarin gue. Membiarkan gue masih sekolah disini dan itu mereka lakukan secara terpaksa." Tutur Alfa dan langsung meninggalkan ruangan.
Ia yang mendengarnya ikut bersedih seakan kalimat yang terlontar dari mulut Alfa menyiratkan ada perasaan sedih yang ia tahan sendiri. Ia pun menyusul Alfa. Seakan tahu Alfa merasa tersindir dengan perkataan guru tadi. Ia menyusulnya hingga di parkiran dan Alfa sudah bersiap menaiki motornya.
"Mungkin kamu gak suka sama yang ibu guru bilang tadi, tapi coba ambil sisi positifnya aja." Tutur Ia dengan pelan supaya Alfa tidak semakin tersindir.
"Maksud lo apa?" Tanya Alfa.
"Coba rubah diri kamu jadi lebih baik lagi, supaya image buruk yang ada di kamu itu berkurang. Kamu juga mau kan dinilai sama teman-teman kalau kamu sebenarnya juga orang baik."
Alfa tak menjawab, kali ini dia langsung menaiki motornya dan langsung melenggang pergi. Ia hanya menghela panjang nafasnya. Berharap agara Alfa tidak semakin tersindir dengan apa yang dia sampaikan barusan.
Kali ini hari libur, Ia, Icha & Dani sudah ada di salah satu mall kota untuk menonton film terbaru. Sambil menunggu jam tayangnya mereka mengitari pusat perbelanjaan disana. Ia dan Icha berjalan di depan sementara Dani membuntut di belakang. Cukup puas mereka berjalan-jalan hingga akhirnya mereka tersadar jika film yang sebentar lagi mereka tonton akan segera di putar. Namun langkah mereka terhenti saat mengetahui Alfa dari lawan arah. Mereka dibuat terkejut karena penampilannya saat ini. Rambut yang tertata rapi dengan setelah hem dan jeans hitam. Sungguh berbeda dengan tampilan saat di sekolah. Alfa berjalan mendekati mereka.
"Ia, Alfa ganteng banget sumpah." Kata Icha pelan.
Ia hanya mengedipkan matanya untuk diam saat mengetahui Alfa sudah berdiri disamping mereka.
"Lo ngapain disini?" Tanya Alfa kepada Ia.
"Mau nonton film, kamu?" Ia tanya balik.
"Habis makan siang sama teman-teman bokap." Jawab Alfa dingin.
"Fa, kamu kayak gini bagus tau. Coba tampil kayak gini di sekolah. Cewek-cewek bakal tambah histeris. Kayak cewek yang di samping Ia." Kata Dani sambil melirik ke arah Icha.
Icha membalasnya dengan tatapan tajam.
"Gue tampil kayak gini terpaksa, supaya teman-teman bokap gue gak nilai buruk tentang gue. Cukup di sekolah dan luaran sana aja gue memperbolehkan mereka menilai gue buruk."
Suasana diam langsung menyelimuti mereka bertiga setelah mendengar kalimat Alfa.
"Mau ikut kita nonton film?" Ajak Ia sambil mencairkan suasana.
Dani dan Icha terperanjat kaget mendengarnya.
"Tapi mereka gak ngijinin." Balas Alfa setelah melihat ekspresi di wajah Dani dan Icha.
"Bo..boleh kok. Ya kan , Dan." Kata Icha
Dani mengangguk pelan. Akhirnya mereka memutuskan menonton film bersama. Kali ini mereka sudah berada di dalam bioskop. Tampak serius menikmati film bergenre remaja anak SMA. Terlihat Icha yang baper saat sang cowok pemeran utama mulai menaruh hati kepada sang cewek pemeran utama. Ia yang melihatnya hanya dengan ekspresi datar. Ditengah suasana gelap Alfa mencuri pandang ke arah Ia. Alfa terlihat heran karena kebanyakan jika cewek menonton film genre romantic anak sekolahan akan baper disertai jeritan alay. Namun tidak dengan Ia, dia hanya memberikan ekspresi datar meski terkadang terdengar menggerutu. Dani yang menyadari jika Alfa diam-diam memperhatikan Ia melihatnya dengan tatapan curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Novela JuvenilAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...