"Mama gak tau mereka siapa. Lelaki pertama berbincang dengan dia sambil menaiki motor, dia sama lelaki itu sangat akrab sampai-sampai mereka terlihat tertawa bersama. Saat lelaki itu pergi pun dia melambaikan tangannya."
Alfa tampak serius mendengarnya.
"Tak lama dia berbincang dengan lelaki lain dan mereka juga terlihat akrab. Dengan mudahnya dia tersenyum sama lelaki itu dan melambaikan tangannya kepada lelaki itu ketika akan pergi." Lanjut Mamanya yang berhasil membuat Alfa termakan omongannya.
Alfa kali ini benar-benar marah dengan rahangnya yang mengeras.
"Siapa mereka?" Tanya Alfa.
"Laki-laki yang mana, Tan?" Ia justru bertanya kepada Tante Ira.
"Jangan munafik kamu, dua lelaki yang kamu temui di mall waktu itu." Jawab mamanya ketus.
Ia diam tampak berfikir, hingga akhirnya dia teringat jika lelaki yang dimaksud Tante Ira adalah Rey dan Andi.
"Siapa?" Bentak Alfa.
"Rey sama Andi." Jawab Ia pelan.
Alfa justru semakin kesal mendengarnya.
"Tapi itu udah bebe.."
"Gue kan udah bilang jangan deket-deket sama mereka, apalagi sama Andi. Kenapa elo gak mau nurut sih." Kesal Alfa.
"Al, itu udah.."
Kalimat Ia kembali terpotong.
"Udah apa? Haa..." Bentak Alfa.
Ia langsung menunduk dibuatnya.
"Elo pulang sekarang." Usir Alfa yang tampak menahan marah.
Ia tak percaya mendengarnya. Alfa yang dihadapannya kini mengusirnya,
"Pulang.." Bentak Alfa.
Tanpa berkata Ia langsung berjalan meninggalkan Alfa dengan mamanya. Dia mengambil tas yang tergeletak di samping Caca.
"Aku pulang dulu ya." Pamit Ia berusaha tenang didepan Caca.
Caca mengangguk sedih. Tak lama Ia pun pergi dari sana. Setelah melihat Ia yang menghilang di balik pintu, air mata Caca menetes. Dia tak percaya kakaknya bisa bersikap seperti itu kepada Ia yang sudah dia anggap sebagai sahabatnya. Meskipun usia terpaut cukup jauh namun Caca sudah menganggapnya sebagai teman yang seumuran. Air matanya mengalir tanpa henti dan hanya menatap kesal kepada dua orang yang sedang berdiri di ujung tangga. Caca merasa muak melihatnya dan memilih ke dapur.
Malam harinya, Ia tampak murung di meja makan. Ayah yang sudah beranjak dari sana dan meninggalkan kedua anaknya yang masih menyantap makan malam.
"Elo kenapa, Dek?" Tanya Ian penasaran.
Ia tersenyum kecil sambil menggeleng.
"Elo ada apa? Cerita sama gue." Lanjut Ian yang merasakan jika adiknya diam tak seperti biasanya.
"Gue pulang elo gak seneng ya?" Ian mencoba menghibur.
"Enggak kok." Elak Ia.
"Kenapa?" Tanya Ian penuh perhatian.
Ia meletakkan sendoknya lalu menatap balik kakaknya.
"Saat elo gak melakukan apa-apa, tapi justru elo yang dituduh melakukannya. Apa yang mau elo perbuat?" Kata Ia.
"Ya menjelaskan semuanya supaya tidak terjadi kesalahfahaman." Jawab kakaknya.
"Udah aku jelasin dia gak percaya. Mau jelasin yang lainnya, dia gak mau denger." Jelas Ia sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Teen FictionAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...