Ia melongo kaget mendengar Alfa memanggil ayahnya dengan panggilan ayah juga. Sementara sang ayah tersenyum kecil.
"Om baru pulang kerja?" Tanya Alfa.
"Iya, saya punya usaha bengkel. Kalau sudah sore ya di tutup." Jawabnya.
"Kalau gitu, saya pamit pulang dulu." Pamit Alfa.
Ayah menganggukkan kepala disertai senyum kecil dan Ia ikut menganggukan kepalanya. Alfa mulai menghampiri motornya.
"Oh ya, Caca pengen elo datang ke rumah, dia mau main sama elo." Pesannya sebelum menaiki motor sportnya merahnya.
"Iya." Jawab Ia singkat.
Alfa langsung menyalakan motornya dan melenggang pergi. Kali ini ayahnya menatapnya seakan ingin bertanya siapa Caca.
"Dia adiknya, Yah."
Sang ayah menganggukan pelan kepalanya.
Hari berganti, kali ini waktu istirahat di sekolah. Ia dan Icha baru datang di kantin dan langsung disambut ulah Shila yang hendak menyiram seorang adik kelas. Ia yang tidak suka langsung menghampirinya dan menahan tangan Shila yang sebentar lagi menuangkan air di atas kepala gadis itu. Shila di buat kaget dengan sikap Ia.
"Lepasin gak?" Perintah Shila dengan kesal karena Ia menggenggam tangannya dengan kuat.
"Aku akan lepasin kalau kamu gak bakal jahatin dia lagi." Balas Ia dengan dinginnya.
"Emang urusannya apa sama elo?" Tanya Shila yang emosi mendengarnya.
"Karena aku gak suka ada orang yang jahat sama orang lain dan itu dilakukan tepat di hadapan aku." Jelas Ia dengan senyum kecilnya.
Shila menarik sendiri tangannya dan Ia melepas genggamannya.
"Kali ini elo selamat gara-gara dia." Kata Shila kepada gadis itu.
"Makasih ya, Kak." Ucap gadis itu kepada Ia dengan pelan.
Ia tersenyum lalu membiarkan adik kelas itu pergi. Shila masih menatapnya dengan sinis.
"Jangan sok jadi pahlawan ya elo. Sikap lo kayak gini ke gue malah buat gue makin pengen jahatin elo." Kata Shila berterus terang.
"Terserah kamu mau bilang apa." Balas Ia dan berlalu dari hadapan Shila.
Shila yang tak suka dengan sikap Ia langsung menggenggam kuat kedua tangannya seakan dibuat kesal karenanya.
Sepulang sekolah Ia berkunjung seorang diri ke rumah Alfa dengan niat menemui Caca. Bibi mempersilahkan masuk dan meminta Ia untuk langsung ke kamar Caca. Di kamar Caca sedang asyik memainkan tabletnya seorang diri. Dia merasa kasihan melihatnya karena gadis seusianya seharusnya sedang enak-enaknya bermain dengan teman sebayanya, namun dia justru bermain dengan tabletnya.
"Hay, Caca." Sapanya.
"Kak Ia." Balas Caca sambil menggeletakkan tabletnya dan turun dari ranjang.
"Kamu apa kabar?"
"Baik." Jawabnya sambil berjalan ke arah Ia, lalu menarik tangan Ia untuk duduk di ranjang.
"Sendirian aja?" Tanya Ia lagi.
"Iya, teman SMP ku rumahnya jauh semua, jadi kalau di rumah aku gak punya teman. Aku kira Kak Al gak akan menyampaikan pesan aku untuk Kak Ia."
"Kak Al udah bilang, katanya Kakak diminta kesini untuk main sama Caca." Jawab Ia lembut.
"Aku di rumah kesepian, Kak. Papa sama mama sibuk kerja, ketemu kalau sarapan aja. Kadang kalau kerja sampai malam, mereka tidur di hotel. Jadi gak pulang ke rumah. Sementara Kak Al keluyuran gak jelas dan pulangnya sampai malam. Aku disini setiap hari cuma ngobrol sama bibi." Cerita Caca dengan sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Fiksi RemajaAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...