Hari berganti, kali ini Ia, Icha & Dani sudah ada di kantin saat jam istirahat. Menikmati bakso dan es jeruk bersama.
"Dan, semenjak nonton film kemarin kamu kok gak banyak ngomong. Kenapa?" Tanya Icha.
"Baper kali, Cha. Soalnya kemarin filmnya kan happy ending. Dia kan jomblo, jadi dia mikir kapan aku kayak mereka." Ejek Ia.
"Alahhhh, kayak kamu gak jomblo aja." Balas Dani.
"Waittt, gak sama yaa. Aku masih sendiri karena emang itu prinsip aku dari awal. Gak mau pacaran." Jawab Ia.
"Tapi kalau ada orang yang suka sama kamu?" Tanya Dani.
"Siapa?" Ia tanya balik.
Dani diam tak menjawab dan melihat ke arah seorang cowok yang baru datang. Ia ikut mencari sosok yang dilihat Dani yang seakan cowok itu adalah jawabannya. Ia sedikit kaget saat mengetahui yang dilihat Dani ternyata adalah Alfa. Ia balik menatap Dani dengan tatapan heran dan Dani hanya memberikan satu kedipan seakan mengiyakan jika Alfa suka kepada Ia.
"Kalian kenapa sih liat-liatan?" Tanya Icha yang merasa aneh dengan sikap mereka.
"Tau tuh Dani." Jawab Ia lalu melanjutkan makannya.
"Kok aku, tapi liat aja ntar." Balas Dani.
"Apanya yang dilihat?" Tanya Icha yang masih tak mengerti dengan mereka.
"Gak papa, Cha." Kata Ia lalu menggigit baksonya.
Alfa terlihat sedang memesan mi ayam. Setelah pesanannya di dapat ia memilih duduk sendiri di pojok kantin.
"Kasian ya Alfa. Gara-gara sikapnya jarang banget ada teman yang mau dekat sama dia. Padahal dia ganteng, sebagian cewek di sekolah ini aja ada yang nge fans sama dia, termasuk aku . Meskipun mereka tau Alfa itu gak baik, tapi kalau semakin dilihat wajahnya gantengnya banget. Apalagi kemarin siang, makin suka aku sama dia." Cerita Icha dengan tersenyum-senyum.
"Jangan beranggapan Alfa itu sikapnya jelek semua, coba cari sisi baiknya dia." Kata Ia.
"Tuh kan, Ia belain Alfa.." Potong Dani.
"Apaan sih, Dan." Balas Ia.
Ia berkata seperti itu karena setelah beberapa kejadian waktu itu ada sikap baik dari Alfa yang muncul. Mulai dari kejadian di UKS setelah pingsan terkena bola, mengantarnya pulang setelah dari klinik, menyelamatkannya dari Shila hingga menunggunya saat mengganti perban di UKS.
Sepulang sekolah, Ia mampir di salah satu minimarket untuk membeli kebutuhan dapur. Setelah dirasa cukup ia langsung pergi ke kasir dan membayarnya. Setalah keluar dari minimarket pandangannya langsung tertuju kepada 2 orang lelaki sedang berbicara yang di iringi nada tinggi. Awalnya Ia ingin langsung pulang, tetapi setelah dilihat salah satu diantara mereka ternyata ada Alfa. Alfa terlihat berbicara kasar kepada lelaki yang sudah berusia lanjut. Ia pun menghampirinya.
"Papa cuma mau kamu berpakaian rapi, tidak acak-acakan seperti ini." Kata lelaki itu dengan menyebut dirinya sendiri dengan panggilan papa.
"Kenapa? Papa malu kalau liat aku kayak gini?" Balas Alfa.
"Untung saja baru 2 orang. Bagaimana kalau teman papa yang lain tahu kalau kamu seperti ini? Mau di taruh dimana muka papa? Anak seorang pengusaha ternyata berpenampilan urakan seperti anak jalanan." Ujar papanya.
"Dan anak jalanan yang urakan ini memang anak anda." Balas Alfa dengan santainya.
"Alfa.." Geram papanya sambil mengangkat tangannya berniat menampar anaknya.
"Jangan om." Putus Ia yang saat ini berdiri di depan Alfa yang menengahi mereka.
Papanya Alfa pun menahan tangannya. Alfa pun juga kaget melihat kehadiran Ia yang saat ini sudah didepannya yang menyelamatkannya dari tamparan kasar papanya.
"Lo ngapain disini?" Tanya Alfa dengan membentak.
"Alfa.." Ucap Ia pelan karena takut dengan bentakan Alfa.
Papanya yang mengetahui jika perempuan yang dihadapannya saat ini adalah temannya Alfa langsung menurunkan tangannya.
"Maaf kalau kamu melihat sikap saya yang seperti ini, tapi apa salah jika seorang papa menginginkan anaknya untuk berpenampilan baik? Supaya jika ada orang yang melihatnya, mereka tidak langsung beranggapan buruk tentang dia. Seharusnya Alfa berterima kasih kepada kamu karena menyelematkan wajahnya dari tamparan tangan saya. Saya pergi dulu." Kata papanya di iringi senyum kecil lalu masuk ke mobil setelah pintu mobil dibukakan sopir.
"Lo ngapain sih ikut campur urusan gue sama bokap gue?" Tanya Alfa tak suka setelah mobil papanya pergi.
"Okay, jadi aku salah ya aku disini. Aku minta maaf." Tutur Ia langsung melangkah pergi.
"Tunggu.." Sahut Alfa yang langsung menghentikan langkah Ia.
Kali ini Ia dan Alfa duduk di salah satu tenda warung pinggir jalan ditemani 2 mangkuk es buah.
"Lo orang pertama yang lihat gue berantem sama papa gue sendiri. Di sekolah gue udah di cap sebagai murid buruk karena sering buat onar, di luaran gue berantemnya sama preman, dan gue pun di cap anak durhaka sama papa gue sendiri. Indah kan hidup gue." Cerita Alfa.
Ia yang mendengarnya langsung berhenti minum.
"Gue kadang mikir, sebegitu buruk kah gue? Sampai-sampai mereka kalau liat gue langsung beranggapan kalau gue itu anak yang buruk." Tuturnya sekali lagi lalu mengaduk-aduk es buah yang ada di depannya.
"Ya kalau kamu mau anggapan mereka tentang kamu berubah, coba ubah juga diri kamu sendiri."
"Lo enak bilangnya, tapi itu tak seenak dengan kehidupan gue. Waktu gue kelas 3 SMP, mama gue meninggal, papa menikah sama wanita lain. Adik gue gak terima kehadirannya, tapi gue bujuk dia supaya bisa menerimanya. Karena kasian papa yang saat itu sedih karena di tinggal mama dan mengurus sendiri usaha yang lain. Tapi gak tau kenapa adik gue tetap gak bisa menerima kehadirannya padahal mama gue yang sekarang baik sama gue dan papa. Gue kira kalau papa udah nikah, gue sama adik bisa di urus sama mama, tapi nyatanya enggak. Semenjak menikah papa sibuk dengan urusannya, mama tiri gue juga mulai menjalankan usaha mama." Cerita Alfa sambil terus mengaduk es buah yang ada di depannya.
"Tapi dengan sikap kamu yang seperti ini bukan berarti itu sebagai jalan keluar dari masalah kamu." Kata Ia setelah melihat Alfa tak lagi bercerita.
"Terus gue harus gimana? Jangan bilang lagi kalau gue harus merubah diri gue sendiri."
"Al, kita baru berteman dalam beberapa hari ini tapi kamu udah mau cerita tentang kehidupan kamu. Terima kasih karena kamu mau berbagi cerita sama aku. Aku sebagai teman gak suka liat kamu yang seperti ini. Kalau kamu mau membuang anggapan mereka yang buruk tentang kamu, buang dulu sikap kamu yang gak baik itu."
"Mudah lo bilang kayak gitu, tapi enggak sama gue." Balas Alfa.
Ia yang mendengarnya langsung berdiri dan berniat pergi.
"Lo mau kemana?" Tanya Alfa.
"Pulang, soalnya percuma aku kasih saran sama orang tapi responnya kayak gitu terus." Jawab Ia tanpa mau melihat orang yang mengajaknya bicara.
"Okee, kalau gitu lo sebagai teman gue kasih jawaban gimana gue harus mulai berubah."
Ia terlihat meghela nafas yang panjang.
"Berani berkata minta maaf." Jawab Ia lalu pergi sambil membayar es buahnya kepada si penjual,
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Teen FictionAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...