Ia kali ini menghela nafas panjang.
"Tadi pagi dia lihat aku jalan bareng sama Rey, teman kelasnya. Waktu itu dia lihatnya biasa aja. Jam istirahat di kantin, aku tanya sama dia. Ya awalnya aku gak tau dia diam terus karena apa. Aku pancingkan supaya dia mau cerita. Terus dia bilang sama aku buat jauhin Rey karena dia gak suka. Aku kagetlah mendengarnya. Pulang sekolah biasanya jalan bareng atau gak berpapasan di parkiran. Ternyata aku tiba di parkiran motornya udah gak ada. Sebegitu marahkah dia sama aku." Cerita Ia panjang lebar dan disambut anggukan kepala abangnya.
"Kecewa ya saat tau ternyata dia udah pulang." Kata abangnya.
"Emmmm, kecewa sih kayaknya enggak, tapi apa yaa.."
"Udah bilang aja kecewa karena tau dia udah pulang duluan." Balas kakaknya yang geregetan melihat adiknya.
"Dari pada kakak yang udah tau cewek itu udah buat kakak kecewa, eh masih diberi kesempatan. Hingga akhirnya kakak lihat sendirikan kalau ternyata dia..." Kata Ia yang diakhiri dengan memberikan dua jarinya.
"Resek lo." Balas kakaknya.
"Oh ya, aku dapat info besok katanya pulang lebih awal karena guru dapat undangan dari SMA lain yang aku lupa namanya apa tapi masih satu yayasan sama sekolah kita."
"Undangan apa?"
"Kalau itu aku gak tau soalnya yang dapat undangan kan guru. Kalau aku yang dapat undangannya pasti aku tahu itu undangan apa." Balas Ia lalu berdiri dari kursinya.
Ia melangkah ke dapur dan meninggalkan abangnya yang baru memulai makan.
Paginya di sekolah, Ia baru turun dari motornya dan berjalan seorang melewati koridor-koridor kelas. Suasana masih sepi sehingga membuat Ia berjalan santai sambil melempar senyum kepada orang yang menyapanya. Maklum saja Ia cukup dikenal di sekolah, hingga tak jarang orang lain yang menyapanya terlebih dahulu. Langkahnya tiba-tiba berhenti tak kala mengetahui Alfa yang melewatinya begitu saja tanpa menyapanya. Ia dibuat tak percaya melihat sikap Alfa, hingga terlintas difikirannya masih marahkah dia dengannya. Dia segera membuang fikirannya dan melanjutkan jalan.
Setiba di kelas, Icha & Dani sudah menantinya. Ia segera menghampiri tempat duduknya.
"Pagi banget kalian udah datang." Ucap Ia sambil melepas tasnya.
"Iya, kepagian ini mah." Balas Dani yang duduk didepannya.
"Nanti kan pulang lebih awal, gak ada niat untuk ajak jalan gitu?" Tanya Ia.
"Enggak, aku udah ada janji sama anak-anak OSIS." Jawab Alfa.
"Aku juga mau temenin mama belanja." Jawab Icha.
"Okelah.." Kata Ia singkat yang justru di sambut tawa kecil Dani.
Mereka pun melanjutkan perbincangan mereka sambil menunggu bel masuk meskipun masih lama akan berbunyi.
Jam istirahat datang, para murid sudah berhamburan ke kantin. Tak terkecuali Ia dan Icha yang sudah duduk manis sambil menyantap bakso. Tak lupa diiringi obrolan kecil. Tak lama kemudian Alfa duduk di meja mereka dengan membawa es jeruk. Perbincangan mereka pun terhenti karena kedatangan Alfa. Suasana saat itu cukup diam, Icha bahkan tak mau melihat Alfa dan memilih menunduk sambil melanjutkan makannya. Berbeda dengan Ia yang terlihat santai tanpa merasa terganggu dengan adanya Alfa didepannya. Dia asyik memakan bakso tanpa memperdulikan tatapan Alfa yang sedari tadi mengarah kepadanya.
"Jadi sekarang elo diemin gue." Kata Alfa mengawali.
Ia berhenti memakannya dan menaruh garbunya.
"Enggak, perasaan kamu aja kali." Balas Ia yang kali ini memperhatikan lawan bicaranya.
"Kita lupain yang kemarin." Pinta Alfa.
Ia yang mendengarnya langsung tersenyum disertai anggukan kepala. Kali ini dia tahu Alfa sudah tak marah lagi kepadanya. Dia merasa lega. Beberapa lama kemudian Dani datang dan langsung duduk di samping Alfa.
"Wahh, udah baikan ceritanya?"
"Apaan sih lo?" Ketus Alfa.
"Habisnya kemarin aku lihat waktu pulang Ia celingukan gitu. Udah tau sepi, pandangannya kayak nyari seseorang." Kata Dani.
Ia langsung menyambutnya dengan tatapan tajam. Dani justru tersenyum kecil sambil mengangkat kedua alisnya.
"Emang lagi nyari siapa Ia? Dani yang katanya di ruang OSIS aja tau kalau kamu lagi nyari seseorang, kok aku yang jalan sama kamu gak tau kalau kamu sedang mencari seseorang?" Tanya Icha kepada Ia.
"Ceritanya ngawur tuh orang." Balas Ia sedikit kesal.
Alfa justru tersenyum kecil mendengarnya. Entah apa yang dia fikirkan namun menurutnya Ia sedang mencarinya saat itu.
"Ini lagi, kenapa senyum-senyum sendiri." Lanjut Ia sambil melihat Alfa.
"Emang kenapa? Gak boleh?" Tanya Alfa diakhiri dengan senyum manisnya.
Perbincangan mereka tiba-tiba terhenti saat Rey datang dan langsung menaruh paperbag di depan Ia. Suasana hati Alfa yang baru saja senang karena sudah berbaikan dengan Ia kali ini tampak menahan kesal karena kehadiran Rey.
"Anggap aja hadiah dari gue untuk kemarin." Tutur Rey.
"Isinya apa?" Tanya Ia antusias.
"Pasmina, kebetulan nyokap gue kemarin belanja, jadi gue nitip ini buat gue kasih ke elo."
"Thank's ya." Ucap Ia dengan tersenyum.
Alfa yang melihatnya langsung meneguk es jeruk yang di depannya.
"Sama-sama. Lo itu udah cantik, kalau elo pakai ini pasti tambah kelihatan cantik." Gombal Rey.
Seketika Alfa yang kesal langsung menaruh gelasnya dengan tekanan keras hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras dan membuat Ia serta para pengunjung kantin kaget. Rey yang melihat Alfa marah setelah mendengar ucapannya langsung berpamitan.
"Gue pergi dulu ya, jangan lupa di pakai." Pesan Rey diakhiri senyum manis lalu pergi.
Suasana hening menyelimuti Ia, Alfa, Dani & Icha. Bahkan Icha tak mau melihat wajah Alfa yang tampak menahan emosi sambil terus memperhatiakan Ia. Ia yang tak mau ambil pusing dengan sikap Alfa tampak santai meminum es teh miliknya.
"Gue gak habis fikir sama sikap elo." Kesal Alfa.
"Salah aku apa lagi?" Tanya Ia selesai meminum.
"Dengan mudahnya ya elo mau terima barang dari cowok."
"Terus yang buat kamu marah sekarang karena ini?" Tanya Ia sambil melirik barang didepannya.
Alfa tersenyum kecil namun tampak menahan emosi.
"Elo pasti senang kan dapat pujian dari dia. Mana ada cewek yang gak bahagia kalau dibilang cantik. Terus elo kasih senyum manis elo sama dia. Jangan-jangan elo senang ya kalau banyak cowok yang diluaran sana puji-puji elo dan dengan mudahnya elo tersenyum manis sama mereka. Cewek apaan sih lo." Kata Alfa dengan kasar.
Ia terdiam mendengarnya sementara Dani yang terlihat marah karena kalimat Alfa.
"Pasti elo bahagia kalau tau banyak cowok yang suka sama senyum manis elo. Kalau ada cowok yang lewat elo langsung tersenyum manis dan elo bisa dapat perhatian dari mereka." Lanjut Alfa diiringi senyum jahatnya.
"Parah banget. Bisa dijaga gak tuh mulut." Kesal Dani.
"Seharusnya elo bilang sama dia, bisa dijaga gak tuh bibirnya, jangan asal tersenyum sama orang. Kalau yang dapat senyuman dia jadi salah faham gimana. Gak usah cari-cari perhatian dari cowok lain lewat senyum manisnya itu." Balas Alfa marah.
Dani tampak menahan marahnya sambil menggenggam erat gelas didepannya. Alfa bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan mereka. Para pengunjung kantin tampak memperhatikan langkahnya namun Alfa tak peduli dan terus berjalan meninggalkan kantin.
"Kalimat Alfa jahat banget." Kata Ia sambil menahan amarahnya dengan membuang nafas.
Icha langsung mengelus pelan pundak sahabatnya. Dia tahu jika sahabatnya pasti sakit hati karena mendapatkan kalimat kasar dari Alfa. Ia tampak menggeleng-gelengkan kepalanya karena tak mau mengambil pusing dari sikap Alfa barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Fiksi RemajaAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...