"Kesedihan Ia gak berhenti sampai disitu. Menginjak SMP dia mulai terlihat cantik, hingga tak jarang banyak murid cowok menembaknya. Ia menolak karena memang dia tidak suka. Tapi murid cewek mulai tidak suka dengan Ia karena Ia sering mendapatkan pernyataan cinta hampir setiap harinya. Ia mulai kesal dengan kondisi saat itu, hingga dia jarang mempunyai teman cewek dan akhirnya berteman dengan cowok. Sosok tomboy nya terlihat."
Alfa kaget mendengarnya saat mendengar kata tomboy dari mulut Dani.
"Dia tomboy banget, dia mulai nakal, langgar aturan, buat para guru kesal, tapi untungnya dia pintar. Para guru mengeluh dengan sikapnya , tapi kadang memuji karena kepintarannya."
Alfa mulai tersenyum mendengarnya.
"Hingga dia kelas IX, neneknya meninggal. Nenek berpesan supaya Ia harus berubah menjadi Ia yang dulu, tidak tomboy dan harus penurut. Entah dapat hidayah dari mana, masuk SMA ini dia memutuskan berhijab, katanya supaya sisi perempuannya kembali dan menjadi anak sholehah yang kelak bisa membanggakan kedua orangtuanya di akhirat." Tutur Dani menutup ceritanya.
"Bagus banget niatnya dia untuk berhijab." Kagum Alfa.
Dani mengangguk.
"Pantes ada yang beda dari dia."
"Beda apanya?" Tanya Dani.
"Waktu gue mau pukul orang dan tangannya dia menghalangi akhirnya lengan dia yang kena. Saat itu gue merasa lengan Ia menahan pukulan gue cukup kuat. Gue merasa bersalah tetapi juga penasaran ini cewek kenapa bisa nahan pukulan gue meskipun akhirnya lengan dia memar."
"Oh.."
"Waktu dia memelintir tangan temen gue, temen gue teriak kesakitan. Padahal dia cewek lho. Yang paling buat gue terkejut waktu aku mau pukul Shila, tangan dia menahan lengan gue dan gue merasa cengkraman tangannya dia cukup kuat. Padahal waktu itu gue udah mau tonjok mulutnya dia." Cerita Alfa.
"Kalau mau lebih mengenal siapa Ia, kurangi sikap main tangan kamu sama orang supaya Ia gak akan menjauh dari elo."
"Maksudnya elo mengizinkan gue untuk mengenal Ia lebih jauh?"
"Aku sebagai sahabat kecilnya memperbolehkan dia berteman dengan siapapun asalkan dia tidak terluka atau tersakiti dari teman barunya." Jawab Dani sambil memberikan penekanan pada akhir kalimat.
Alfa diam tak menjawab. Mereka pun mengakhiri perbincangan mereka dan memutuskan untuk pulang ke rumah karena waktu maghrib hampir tiba.
Di hari Minggu, Alfa meminta Ia untuk datang ke rumah karena Caca ingin bermain. Merasa tidak enak jika datang sendiri, akhirnya dia mengajak Dani . Dua motor sudah terparkit di halaman rumah Alfa dan Bi Sarti mempersilahkan mereka masuk. Ia dan Dani langsung menuju halaman belakang dan melihat Caca sedang bermain air di kolam renangnya. Tak lama Alfa datang dan bergabung dengan mereka. Karena merasa panas di belakang, Alfa mengajak Dani masuk dan membiarkan Ia bersama Caca di kolam renang.
"Kak, bisa buat jus gak?" Tanya Caca sambil keluar dari kolam renang.
"Haaaa,, apa?"
"Kak Ia bisa buat jus tidak?" Caca mengulang kembali kalimatnya.
Ia hanya tersenyum kecil.
"Padahal aku pengen banget kakak buatkan aku jus apel." Kata Caca.
"Ya udah, aku ke dapur dulu, kamu disini aja." Jawab Ia lalu pergi.
Setiba disana sudah ada Bi Sarti yang sedang menyiapkan makan siang.
"Bi, Caca mau jus apel." Kata Ia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Teen FictionAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...