"Kamu gak papa, Ia?" Tanya Icha khawatir.
Ia yang merasa masih sakit menarik pelan kerah pergelangan tangannya, ada banyak goresan merah seperti tersayat pisau namun tidak berdarah.
"Ia, kita ke UKS ya?" Ajak Icha yang tambah khawatir setelah melihat luka Ia.
"Gak usah. Kita makan aja, aku udah lapar." Balas Ia yang tak mau ambil pusing.
"Tangan lo kayak gini dan lo gak mau dibawa ke UKS." Kata Alfa.
"Gak papa Al." Jawab Ia cuek.
"Enak banget lo jawabnya." Balas Alfa kesal.
"Al, ini tangan aku, kalau aku bilang gak kenapa-kenapa, ya udah gak papa." Jawab Ia santai.
"Terserah.." Ucap Alfa lalu meninggalkan kantin.
"Ia, niat Alfa itu baik tau. Dia tadi udah bantu kamu dari Shila, terus minta kamu ke UKS, tapi kamunya gak mau."
"Terus aku yang salah, iya?"
"Harusnya kamu berterima kasih dulu, terus menolak dengan halus supaya Alfa gak kesal sama kamu."
"Emang dia siapa aku" Ucap Ia dalam hati.
Jam berlalu, kali ini waktunya pulang sekolah, seperti biasa Ia memilih pulang belakangan untuk menunggu suasana sepi. Ada Icha dan Dani yang ikut menemani.
"Tumben kamu pulangnya bareng kita?" Tanya Ia kepada Dani.
"Kenapa? Gak boleh?" Dani tanya balik.
"Biasanya kamu kan pulangnya asar. Semenjak kita kelas XI jarang aja pulang bareng." Jawab Ia sambil memalingkan muka.
"Akhir-akhir ini banyak kegiatan OSIS, jadi ya ikut kumpul disana."
"Udah-udah, jangan berdebat lagi. Ini udah mulai sepi, yuk keluar." Putus Icha.
Ia pun segera bangkit dan keluar lebih dahulu.
"Emang dasar ya si Ia, kita yang nemenin, dia yang keluar dulu." Kesal Dani.
Dani dan Icha pun ikut keluar kelas. Mereka berjalan santai menuju parkiran. Kali ini Ia memberikan candaannya hingga tak jarang Icha dan Dani tertawa mendengarnya. Begitulah Ia, hanya mau bercandaan dengan sahabatnya. Biarlah orang lain menilainya cuek atau apalah, tapi tidak bersikap seperti itu kepada sahabatnya. Candaan Ia tiba-tiba berhenti tak kala melihat Alfa menunggunya di parkiran. Icha dan Dani pun berhenti tertawa.
"Belum pulang, Al" Tanya Ia.
Alfa menggeleng.
"Oh," Jawab Ia singkat lalu menghampiri motornya dan bersiap memakai helm.
"Lo itu sebenarnya kayak gimana sih. Sama orang luar aja lo gak banyak bicara, cuek. Sementara sama mereka tawa dan senyum bisa lo kasih."
Ia meletakkan kembali helmnya dan mulai memperhatikan orang yang didepannya.
"Kamu mau aku berbagi tawa dan senyum aku sama kamu? Kamu dari tadi belum pulang hanya untuk menyampaikan itu sama aku?" Tanya Ia.
Alfa pun teringat satu hal yang ingin dia sampaikan.
"Lo itu kalau dibilangin nurut aja napa sih? Diminta ke UKS gak mau, malah nolak cuma untuk semangkok mi ayam. Haaa.." Bentak Alfa dengan nada tinggi.
Ia yang kaget dengan nada bicara Alfa sedikit menundukkan kepala.
"Kalau elo kenapa-kenapa gimana? Shila kayak gitu ke elo gara-gara gue, Dani lihat lo terluka marahnya ke gue, semuanya karena gue. Emang lo fikir enak jadi gue. Padahal gue cuma mau elo nurut." Jelas Alfa melampiaskan kekesalannya gara-gara kejadian di kantin.
Seketika Ia langsung melihat ke arah Dani yang telah memarahi Alfa tanpa bercerita sebelumnya kepadanya. Dani pun langsung membuang muka.
"Aku berterima kasih karena kamu udah tolong aku dari Shila, lalu aku minta maaf karena nolak ajakan kamu untuk ke UKS. Aku emang kayak gini. Padahal orang lain niatnya baik sama aku, ada yang aku terima niat baiknya, ada pula yang enggak. Aku menolak niat baik orang lain karena menurut aku memang aku gak kenapa-napa. Jadi jangan bilang aku harus nurut sama omongan kamu sementara kamu gak bisa nurut sama omongan aku. Padahal aku cuma minta kamu berubah, tapi nyatanya gak kamu lakukan. Satu lagi, aku gak suka di bentak." Tutur Ia panjang lebar lalu bergegas mengambil helmnya, lalu pergi meninggalkan mereka.
"Kalau ngomong sama cewek jangan sering pakai nada tinggi, cewek gak suka. Gak setiap cewek kalau dimarahi dia bakal diam dan gak mau membalas. Ada pula cewek seperti Ia, yang kalau dimarahi dia bakal balas kalimat kamu dengan kalimat panjang lebarnya dia." Kata Dani dengan posisi kedua tangannya dilipat.
"Iya Alfa, kalau kamu mau orang lain bisa baik sama kamu, kamu harus bisa baik juga sama orang lain." Tambah Icha.
Dani langsung memberikan tatapan heran setelah mendengar kalimat Icha dan membenarkannya.
"Betul itu." Kata Dani sambil memberikan jari telunjuknya.
Kali ini Alfa tak membalas dan hanya bisa melihat kepergian Ia yang sudah tak lagi terlihat.
Sore harinya, motor sport merah memasuki pekarangan rumah Ia. Bibi yang menyapu menghentikan aktifitasnya dan memperhatikan siapa yang turun dari motor. Ternyata Alfa datang ke rumah Ia dengan berniat meminta maaf. Sang bibi yang mengetahui kehadirannya langsung masuk ke dalam rumah. Sang bibi mendapati Ia berada di dapur sedang memasak telur mata sapi.
"Ia, Mas Alfa ada di depan." Kata bibi.
"Ia gak mau ketemu." Balasnya sambil menjauh dari kompor.
"Emang kenapa? Ada masalah dengan Mas Alfa?" Tanya bibi penasaran.
"Alfa tadi bentak aku disekolah." Jawab Ia tanpa memperhatikan apa yang dia goreng saat ini.
"Oh, jadi lagi marahan, ngambek sama Mas Alfa."
Ia menatap tajam bibinya karena nada bicaranya seakan sedang menyindir seseorang yang sedang kesal dengan pacarnya.
"Ya sudah Ia keluar." Kata Ia dan beranjak dari dapur.
"Ia, telurnya bagaimana?" Tanya bibi.
"Belum aku balik tadi, aku gak bisa balik telurnya. Bibi aja yang balik." Jawab Ia sambil mengayunkan langkahnya.
Sang bibi pun membalik telurnya, namun bibi seketikan tertawa melihat telur yang di goreng Ia sudah gosong kehitaman.
"Hay." Sapa Ia singkat yang baru keluar rumah.
Alfa yang menyadari kedatangannya langsung berdiri.
"Gue minta maaf karena udah bentak elo di sekolah."
"Oke." Jawabnya singkat.
"Begitu aja elo jawabnya?" Respon Alfa setelah mendengarnya.
"Terus maunya aku harus jawab gimana?" Tanya Ia.
"Seenggaknya bilang Oke aku maafin." Jawab Alfa sedikit kesal.
"Ini kan mulut aku, jadi terserah aku mau bilang apa." Balas Ia yang ikut kesal.
"Iya terserah." Kata Alfa.
"Sebenarnya niat kamu kesini mau minta maaf atau mau buat masalah sih. Padahal aku udah maafin kamu, tapi lihat kamu seperti ini malah buat aku kesal lagi."
"Iya iya aku minta maaf."
Entah kenapa Ia tersenyum kecil mendengar nada bicara Alfa yang akhirnya mengalah berdebat dengannya. Tak lama senyumnya hilang saat sebuah motor matic memasuki pekarangan rumahnya. Ayahnya baru pulang dan memberi salam kepada mereka. Tak lupa Ia mencium tangan ayahnya di ikuti Alfa yang turut mencium tangan ayah Ia dengan kaku.
"Alfa ada niat apa datang menemui anaknya ayah?" Tanya ayah Ia.
"Cuma mau main aja, Yah. Ehh,, om." Jawab Alfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Fiksi RemajaAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...