51

367 14 0
                                    

Ada seseorang melintasi lorong itu, langkahnya terhenti karena merasa melihat seorang gadis yang ia kenal dari ekor matanya. Melihat lorong kelas itu, matanya terbelalak melihat gadis itu bersimpuh dilantai dengan membelakangi lelaki. Orang itu pun langsung berjalan cepat sambil mengepal tangan kanannya. BUUUKKKKK... Sebuah pukulan melayang.

"Alfa...." Kata Ia menyadari kehadirannya.

Dialah Alfa. Melihat Ia sekilas dengan wajah ketakutan dan mata berkaca-kaca, pasti telah terjadi hal buruk kepadanya. Alfa yang marah langsung menarik kerah Andi. Memberi bogem mentah dan melayangkan ke pipi kirinya. Andi justru tersenyum sinis menerimanya. Alfa semakin naik pitam, dia tonjok wajah Andi berungkali. Hidung Andi yang mancung juga tidak lepas dari sasaran Alfa. Ia yang berulang kali memohon untuk berhenti namun tak dihiraukan oleh Alfa. Alfa dengan sikap brutalnya melampiaskan amarahnya kepada Andi hingga Andi dibuatnya tersungkur. Hingga akhirnya darah segar mengali dari salah satu sudut bibir Andi. Alfa melepas kasar kerah Andi dan menjauh darinya.

"Jadi kayak gini ya brutalnya kamu." Kata Andi dengan tersenyum kecil dan tak memperdulikan memar di wajahnya.

Alfa yang kesal berniat memberikan bogem lagi, namun Ia meraih kakinya.

"Please.. berhenti, aku gak suka." Pinta Ia dengan nada memohon dan mata berkaca-kaca.

Alfa menatap ke bawah untuk melihat gadis yang saat ini duduk didepannya. Ada perasaan menyesal karena membuat Ia harus melihat sikap buruknya.

"Kamu itu cowok apaan, Fa. Masak lihat cewek nangis aja udah lembek." Sindir Andi.

Alfa yang mendengarnya terlihat marah dan hanya bisa mengepal tangannya. Andi bangkit sambil mengelus-elus pipinya yang terlihat bonyok karena ulah Alfa.

"Ia, maaf ya dengan sikap aku yang tadi. Tapi kalau suatu saat aku lihat kamu sendirian lagi, aku bisa aja bersikap seperti itu lagi." Kata Andi kepada Ia.

Alfa yang mendengar kalimat itu seperti kalimat ancaman langsung menghampiri Andi dan menghiraukan Ia yang ada di sampingkan. Dia memukul keras pipi Andi.

"Jangan ganggu dia. Kalau elo gangguin dia, elo bakalan habis ditangan gue." Tegas Alfa dengan nada tak kalah mengancam.

Andi langsung pergi dari sana dan meninggalkan mereka berdua. Alfa kembali melihat Ia yang masih dengan posisi duduknya. Melihat kondisi Ia yang seperti itu, Alfa langsung terduduk didepan Ia.

"Elo gak papa?" Tanya Alfa pelan.

Ia menggeleng. Namun air matanya berhasil lolos dari pelupuk matanya. Alfa yang melihatnya merasa sedih. Apalagi ada memar merah di pipi kanan Ia.

"Ke UKS ya?" Ajak Alfa.

"Gak usah." Ia menolak.

"Jangan dekat-dekat sama dia." Pinta Alfa.

Ia mengangguk pelan.

"Jangan lewat sini lagi. Kalau sesuatu terjadi sama kamu dan aku gak tau, aku bakal nyalahin diri aku sendiri. Ngerti?" Lanjut Alfa.

Ia kembali mengangguk. Alfa lalu melihat beberapa buku berserakan. Dia mengambil buku-buku itu seorang diri dan menumpuknya.

"Mau ke ruang guru kan? Aku bantu bawain ke sana. Karena kamu gak mau ke UKS, habis dari sana kita ke kantin. Kita kompres pipi kamu. Lima belas menit lagi bel istirahat. Dari pada kamu ke kelas dan ditanyain teman kamu tentang pipi kamu, mending kita obatin dulu." Kata Alfa dengan lembut lalu berdiri dengan membawa tumpukan buku itu.

Ia mengangguk lalu bangkit dari duduknya. Tersenyum kecil kepada Alfa sebagai tanda terima kasihnya karena telah menolongnya dari Andi dan mau membawakan buku-buku itu.

Di kantin sudah ada mangkok kecil berisikan air dan es batu. Ia mengompres pelan pipinya dengan lap yang tadi sudah direndam di mangkok. Alfa senantiasa menemani Ia disana. Sambil sesekali memperhatikan Ia yang sedang sibuk mengompres pipinya.

"Makasih ya, Al." Ucap Ia sambil meletakkan lap ke dalam mangkok didepannya.

Alfa menganggu diiringi senyum.

"Maaf karena udah buat kamu khawatir." Lanjut Ia.

"Gak papa. Hati-hati sama dia. Munafik banget dia." Pesan Alfa.

"Udah kesekian kalinya kamu nolongin aku, makasih ya. Saat aku gak bisa melawan, terus kamu datang untuk tolong aku. Gak tau kenapa aku senang aja lihatnya."

Alfa terdiam mendengarnya.

"Awalnya kita hanya berteman dan akhirnya mengenal satu sama lain. Aku senang banget bisa kenal sama kamu hingga sejauh ini. Karena terkadang kamu datang disaat aku gak bisa apa-apa. Alhamdulillah karena Allah bisa mempertemukanku dengan orang sepertimu. Makasih ya Alfa." Lanjut Ia diakhiri dengan senyumnya.

Alfa tak bisa berkata-kata, kalimat Ia begitu menyentuhnya. Melihat Ia yang kembali bisa tersenyum, Alfa ikut tersenyum melihatnya. Ia yang dihadapannya kini sudah dalam keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.

Suatu sore, Ia dan Caca berada di salah satu mall dan asyik jalan bersama. Caca yang meminta Ia untuk menemaninya kesana. Memasuki timezone di mall itu dan mencoba permainan disana satu per satu. Ada tawa lepas dari mereka karena merasakan keseruan disana. Lima belas menit berkutat didalam sana hingga akhirnya mereka merasa bosan. Mereka pun keluar dari sana dan berencana makan. Saat sedang asyiknya berjalan beriringan, tiba-tiba langkah mereka terhenti karena menyadari ada seseorang lelaki yang berada cukup dari mereka sedang berjalan menghampiri mereka. Lelaki itu yang mengenakan kemeja dan celana jeans berhasil membuat kedua cewek itu terdiam. Ia dan Caca merasa kagum dengan lelaki yang ada dihadapannya saat ini. Tampilan yang sederhana tapi mampu membuat lelaki itu terlihat tampan. Namun Ia segera membuyarkan lamunannya.

"Alfa.." Panggil Ia.

Alfa tersenyum kecil.

"Kak Al ganteng banget. Habis dari mana? Jalan sama cewek kan?" Tanya Caca.

"Ya gak lah, gue kayak gini karena di ajak makan sama temannya papa." Jelas Alfa.

"Tiap hari kayak gini, aku pasti seneng banget." Kata Caca memuji kakaknya.

Alfa memutarkan kedua bola matanya dengan malas.

"Kalian mau kemana?" Tanya Alfa.

"Makan." Jawab Caca antusias.

"Gue ikut ya."

"Ya gak lah, kan Kak Al udah makan." Caca menolak.

"Yaelahhhhhhhh, gue ikut kok gak boleh. Jam segini kalau pulang bingung mau ngapain. Gue traktir deh." Bujuk Alfa.

"Alaaahhhh, aku ajak Kak Al keluar aja gak mau. Bilang aja mau deket sama Kak Ia." Balas Caca sambil meninggalkan mereka berdua.

Ia dan Alfa yang mendengarnya saling melihat satu sama lain. Ada rasa canggung menyelimuti. Mereka berdua akhirnya memtuskan untuk menyusul Caca.

Kali ini Ia dan Alfa duduk bersama karena Caca ijin ke toilet. Cukup lama mereka diam dan tak ada pembicaraan, hingga akhirnya Alfa yang mengawali berbincang untuk memecah keheningan diantara mereka.

"Hey.." Panggilnya.

"Hemm.." Sahut Ia sambil meminum es buah yang menyadari jika panggilan Alfa itu ditujukan kepadanya.

"Aku mau berterima kasih karena kamu udah jadi teman yang baik buat adek gue. Disaat gue dan mama papa gak bisa menghibur dia, kamu justru bisa membuat dia tertawa." Tuturnya.

Ia mengangguk sambil tersenyum sambil fokus ke mangkok buahnya.

"Aku juga berterima kasih karena kamu telah mengizinkan aku untuk mengenalmu lebih jauh."

Ia mengangguk kembali tanpa berkata.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang