"Aku seneng bisa ada buat kamu. Tapi aku minta maaf karena udah membuat kamu merasa terancam karena kedekatan kita."
Kali ini Ia melihat lawan bicaranya.
"Ngomong apa sih. Aku senang kok bisa deket sama siapa aja. Jangan karena aku pernah terluka lalu kamu menyalahkan diri kamu sendiri atas semuanya." Balas Ia sambil melepas sendok yang sedari tadi dia pegang.
"Awalnya aku kira pertemanan kita biasa-biasa aja. Tapi saat aku tahu kamu terluka gara-gara aku, aku rasa aku harus bisa melindungi kamu. Entah itu di luar atau di sekolah, kamu terluka itu gara-gara aku. Hal itulah yang membuat aku khawatir sama kamu."
Ia menunduk setelah mendengarnya.
"Berulang kali aku berfikir. Gimana caranya supaya kamu gak di gangguin sama teman-teman aku. Gimana caranya kamu bisa merasa aman dan aku gak perlu khawatir dengan pertemanan kita. " Tutur Alfa.
"Aku baik-baik aja, gak usah diambil pusing." Balas Ia santai.
Alfa tersenyum kecil mendengarnya, Alfa tahu sebenarnya Ia tidak ingin membuatnya mencemaskan Ia berlarut-larut.
"Selama ini kita bersama, aku merasa senang kita bisa seperti ini. Terkadang rasa khawatir aku sama kamu berubah menjadi aku harus melindungi kamu."
Ia diam tak membalas.
"Aku tau kamu gak mau pacaran, tapi apa salah kalau aku mau lebih dekat sama kamu?"
"Bentar, dekat dalam artian apa?" Tanya Ia seakan tahu maksud kalimat dari Alfa.
"Aku belum tau gimana rasanya cowok suka sama cewek. Tapi yang pasti saat kita bersama, aku merasa senang dan aku ingin melindungi kamu."
Ia terdiam kembali mendengarnya. Tak percaya Alfa bisa mengungkapkan isi hatinya.
"Aku tidak meminta kamu membalasnya, tapi aku cuma memastikan apa kamu senang saat kita akhirnya bisa mengenal satu sama lain?" Tanya Alfa.
Alfa memang bukan tipe cowok yang pandai merangkai kata-kata. Namun jelas Alfa ingin memastikan apakah Ia juga merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Alfa disaat mereka sudah saling mengenal.
"Aku gak tau rasanya orang jatuh cinta kayak gimana. Karena emang aku belum mau mengenal cinta. Aku gak mau buang waktu untuk hal yang belum tentu jadi milik aku." Jelas Ia karena sudah faham dengan kalimat Alfa.
"Boleh aku minta sesuatu?" Pinta Alfa.
Ia mengangguk.
"Jangan terlalu akrab sama cowok lain karena aku gak suka. Jaga hati kamu untuk tetap seperti ini sampai akhirnya akan ada lelaki yang mendatangimu dengan niat serius kepadamu." Pesan Alfa dengan nada serius.
Entah kenapa Ia tersenyum kecil mendengarnya.
"Aku akan berusaha menjaga sikap aku dalam berteman. Sedangkan untuk kalimat kamu yang terakhir pasti aku lakukan. Dan karena aku masih sekolah, aku belum sedikitpun memikirkan siapa kelak orang yang mau serius sama aku."
"Okey, gak ada pengecualian kan siapa orang yang nanti mau serius sama kamu?" Tanya Alfa.
"Maksudnya?" Tanya Ia balik karena tak mengerti.
"Hey kakak kakak. Maaf ya udah buat kalian menunggu." Sahut Caca dan duduk dikursinya.
"Lo kok udah datang aja, kenapa gak lama aja di toiletnya." Kata Alfa sambil mendengus kesal.
"Emang kenapa?" Ketus Caca.
"Gak papa." Jawab Alfa lalu memalingkan muka dari Caca.
Ia yang melihat sikap kakak beradik yang didepannya tersenyum kecil. Apalagi raut wajah Alfa yang terlihat kesal tampak lucu dan membuat Ia harus menahan tawanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Teen FictionAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...