64

408 12 0
                                    


 "Ya gak gitu. Saat ini aku cuma mau fokus sama satu cewek. Dan jika satu cewek itu udah mampu membuat aku merasa nyaman saat bersamanya, aku mau fokus sama dia untuk selamanya." Jelas Alfa yang disambut senyum kecil Ia.

"Kita masih sekolah, Al. aku takut apa yang kamu bilang hari ini tidak akan sama untuk di lain hari.sementara aku mau menyukai seseorang cukup sekali dan insyaallah berjodoh."

"Oh.. jadi kamu mau kita berjodoh." Kata Alfa spontan.

"Haaa...." Kata Ia tak percaya mendengarnya.

"Kita mungkin masih muda dan sekolah, tapi untuk urusan yang satu ini gue mau serius. Tunggu gue sampai tiba waktu yang tepat. Tapi gue juga butuh bukti supaya apa yang akan gue perjuangkan gak akan sia-sia. Cukup bilang elo suka sama gue dan elo mau menunggu waktu yang tepat itu datang." Jelas Alfa dengan serius.

"Cara mengutarakan rasa suka itu gak harus diungkapkan dalam kata, tapi dengan cara menyebut namanya dalam doa." Tutur Ia lembut sambil melihat lelaki yang ada disampingnya diiringi senyum.

Alfa yang mendengarnya langsung terdiam dan tersenyum sendiri. Tak lama Ia bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan Alfa tanpa berkata.

"Penampilanku dengan berhijab mungkin terkesan baik. Tapi tidak baik dengan hatiku. Aku tidak bisa membohongi diriku jika aku bisa merasa nyaman saat bersamanya. Mungkin munfik, itulah diriku. Tapi tidak dengan hatiku, bohong jika aku tidak punya rasa kepadanya." Tutur Ia dalam hati.

Berjalan pelan meninggalkan Alfa yang masih terduduk dengan mengukir senyum.

Jam istirahat di sekolah, kali ini Ia berjalan seorang diri menuju kantin karena kedua sahabatnya pergi terlebih dahulu. Langkahnya ia percepat. Namun seketikan terhenti karena melihat dua murid lelaki saling bertabrakan dari lawan arah. Satu lelaki sudah meminta maaf namun langsung pergi tanpa membantu lelaki yang satunya yang sedang mengambil lembaran kertas terjatuh ke lantai. Ia segera mendekatinya dan membantu mengambil satu demi satu kertas itu.

"Makasih ya." Ucap lelaki itu yang menyadari ada tangan yang ikut membantunya.

"Iya."

Namun lelaki itu menyadari seragam yang digunakan gadis berlengan panjang. Sontak lelaki itu mendongak ke atas dan mendapati Ia yang sedang membantunya.

"Ia.."

"Rey.."

Mereka saling menegur satu sama lain.

"Yang nabrak siapa, yang nolongin siapa." Kata Rey sambil berdiri.

"Santai, kalau kamu lagi susah, aku pasti bantu kok." Balas Ia dengan tersenyum.

"Bantu gue supaya bisa mengikhlaskan seseorang yang memang tak ditakdirkan untuk gue."

Ia langsung tertawa kecil mendengarnya.

"Tuh kan. Lihat tawanya aja udah bikin damai, gimana mau ikhlas. Soalnya sakit jika harus dilepas."

Kali ini Ia tersenyum geli mendengar ocehan Rey.

"Udah, aku mau ke kantin." Pamit Ia lalu beranjak pergi.

Namun langkahnya terhenti karena Rey meraih lengannya. Saat bersamaan ada yang mengamati mereka dari jauh. Lalu tak lama lelaki itu memilih pergi.

"Makasih ya." Ucap Rey sambil tersenyum.

Ia mengangguk pelan dan menarik lengannya. Ia pun melangkah kembali dan meninggalkan Rey.

Setelah bel pulang sekolah, semua murid berhamburan keluar kelas. Alfa yang sudah berdiri di depan pintu kelasnya langsung membuntuti Ia saat Ia dan Icha telah melewati kelasnya. Sepanjang perjalanan Alfa hanya diam dan tak mau bicara. Hingga akhirnya Icha meninggalkan mereka karena sudah dijemput. Tinggalah Ia dan Alfa di parkiran sekolah.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang