Pagi harinya kali ini Ia dan Rey berjalan bersama melewati koridor kelas. Entah apa yang membuat mereka bisa berjalan bersama dan tak jarang membuat beberapa pasang mata melirik mereka lalu Ia membalasnya dengan senyuman. Mereka berpisah tak kala Rey sudah ada di depan kelasnya.
"Tunggu dari gue ya." Ucap Rey sebelum masuk.
Ia tersenyum lalu meninggalkan kelas Rey dan Rey langsung masuk. Baru beberapa langkah kaki Ia berhenti tak kala melihat Alfa berdiri di depannya.
"Tangan kamu gimana?" Tanya Ia menanyakan kabarnya sambil melihat tangan Alfa yang sudah terbalut perban.
"Gak papa." Jawab Alfa dingin.
"Oh, Alhamdulillah gak papa."
"Kok bisa elo bareng sama dia?" Tanya Alfa sambil menahan marah.
"Emang kenapa kalau aku jalan bareng sama dia?" Tanya Ia tak mengerti.
"Elo lebih baik jauhin dia." Tutur Alfa lalu pergi.
Ia mengerutkan dahinya mendengar perkataan Alfa. Dia tak mau ambil pusing lalu melanjutkan langkahnya.
Suasana ramai menyambutnya di kelas tak kala Icha menghampirinya sambil membawa selembar kertas.
"Ia, hasil ulangan harian matematika kemarin udah keluar. Dan kamu tau apa?"
"Apa?" Tanya Ia.
"Sembilan puluh enam Ia." Jawab Icha sambil menunjukan kertas yang bertulis nama Ia.
"Wahhhhhh." Ia menerimanya dengan senang.
"Emang makanan kamu apa sih? Tertinggi di kelas ini lho." Kata Dani menghampiri.
"Makanan aku sama kayak kalian kok. Yang penting gak makan ati tiap hari, soalnya sakit kalau lihat orang yang kita suka lebih perhatian sama cewek lain." Balas Ia dengan tawa kecilnya.
Dani dan Icha ikut tertawa namun tak lama tawa mereka terhenti karena ada Alfa yang masuk ke kelasnya. Para murid lain pun juga dibuat diam melihatnya.
"Nih sapu tangan elo. Makasih buat kemarin." Tutur Alfa sambil meletakan sapu tangan di bangku depannya lalu pergi.
"Emang kemarin ada apa?" Tanya Dani curiga.
"Gak ada apa-apa, cuma minjemin sapu tangan aja." Jawab Ia sambil mengambilnya.
Dani mengerutkan dahinya karena tak puas dengan jawaban Ia.
Waktunya jam istirahat pertama, Ia dan Icha tampak mencari tempat duduk. Semetara sudah ada Dani yang duduk disana dan melambaikan tangan kepada Ia. Ia dan Icha menghampirinya dengan membawa bakso dan es teh masing-masing. Setiba disana ternyata sudah ada Alfa yang menyantap bakso juga. Ia tepat duduk di depan Alfa sementara Icha duduk di depan Dani.
"Kok diam aja?" Tanya Ia kepada Alfa yang diam seperti biasa dan menatap kedatangannya hanya sekilas dan fokus kepada mangkoknya.
"Sakit gigi kali." Sahut Dani.
Ia teringat kejadian kemarin malam, dia merasa berhutang budi kepada Alfa karena telah menolongnya. Entah apa yang terjadi pada Alfa namun Ia berniat ingin menghibur Alfa dan mengembalikan suasana hati Alfa seperti biasanya.
"Kok diam aja sih, gak mau cerita kalau ada masalah?" Kata Ia sambil menuang kecap dan sambal lalu mengaduknya.
Alfa masih dengan diamnya.
"Okey, kamu boleh aja diam terus kalau aku ajak ngomong, tapi kalau mendiamkan cewek kayak aku ntar nyesel lhoo." Rayu Ia.
Dani tersenyum geli mendengarnya. Ia yang melihatnya langsung memberikan tatapan tajam.
"Emang ada hal yang membuat kamu marah?" Lanjut Ia.
Alfa langsung melihat orang yang ada didepannya.
"Marah sama siapa?" Tanya Ia.
Alfa hanya diam dan kembali menatap mangkoknya yang sudah kosong.
"Marahnya sama orang yang kamu benci atau yang kamu suka? Kalau marah sama orang yang kamu benci, minta penjelasan dari dia supaya kamu tidak semakin membencinya. Tapi kalau kamu marah sama orang yang kamu suka, udahin aja marahnya. Toh dia itu orang yang kamu suka. Dari pada kamu masih marah sama dia, kamu mendiamkannya, orang itu justru akan memilih menjauh dari kamu. Gak mau kan orang yang kamu sayang justru menjauh." Cerocos Ia sambil asyik makan tanpa mau melihat orangnya.
Kali ini justru Alfa yang sedari tadi memperhatikannya. Dani justru menahan tawa karena melihat Alfa yang setia memperhatikan Ia berkata panjang lebar dan Ia justru tidak memperhatikan orang di sekelilingnya.
"Terus kalau gue marah sama orang itu sementara orang itu gak tau kalau gue marah sama dia karena sikap dia yang gue gak suka?" Tanya Alfa disambut ekspresi kaget Ia.
Dani yang sedari memperhatikan Alfa & Ia kali ini memilih memperhatikan mangkoknya. Sementara Icha menunggu penjelasan Ia atas pertanyaan Alfa.
"Ya kamu bilang sama orang itu supaya orang itu tau salah dia apa sampai-sampai kamu di buat marah sama sikap dia." Jawab Ia pelan.
"Elo jangan deket-deket lagi sama dia, apalagi sampai jalan berdua sama dia. Karena gue gak suka." Jelas Alfa sambil menatapnya dalam.
Dani langsung tersedak mendengar kalimat Alfa. Icha langsung memberinya minum. Alfa hanya melihat Dani dengan datar.
"Jadi kamu marahnya sama aku?" Tanya Ia.
"Iya." Jawab Alfa singkat.
"Wahh, gak mau ikut-ikutan nih. Ada masalah serius diantara kalian. Lebih baik aku yang pergi." Sahut Dani lalu berdiri sambil membawa mangkoknya.
"Dani.." Panggil Icha pelan namun tak menggubrisnya dan memilih pergi.
Icha diam diantara mereka yang sudah terlihat canggung satu sama lain. Alfa yang sadar dengan apa yang diucapkan tak merasa malu. Justru Ia yang salah tingkah dan langsung menyeruput es teh yang ada didepannya.
Saat pulang sekolah, seperti biasanya Ia baru keluar kelas disaat suasana sudah sepi. Ia dan Icha berjalan menuju parkiran. Tapi kali ini Ia seperti menanti kehadiran seseorang, dia putarkan pandangan ke segala arah berharap sosok yang dia cari masih ada di sekolah. Hingga akhirnya dia sampai di parkiran dan menyadari jika motor lelaki itu sudah tidak terparkir disana. Ada rasa kecewa saat itu namun segera dia buang jauh tak kala Icha berpamitan untuk pulang terlebih dahulu karena sopirnya sudah ada di depan. Ia tersenyum lalu Icha pun berlalu dari hadapannya. Ia segera mengambil helmnya dengan malas dan segera pulang.
Malam harinya Ia makan malam sendiri di ruang makan karena ayahnya belum pulang. Bibi yang diminta untuk menemaninya memilih menolak. Jadilah dia seorang yang makan malam dan terlihat malas karena makanan yang ada di meja hanya dia sendiri yang menyantapnya. Menit berlalu lalu Ia dikagetkan dengan kehadiran abangnya yang masih berkemeja rapi dan celana hitamnya.
"Kok pulang?" Tanya Ia.
"Oh, jadi gue pulang elo gak suka?" Ian tanya balik sambil duduk dan membuka kancing lengannya lalu melipatnya ke atas.
"Suka, cuma gak biasanya aja jam segini udah pulang. Kalau pulang pun kakak lebih milih pulang ke rumah makan." Jelas Ia lalu memasukkan satu suapan.
"Resek lo." Ketus Ian lalu mengambil piring dan menuangkan nasi.
Ia pun melanjutkan makannya.
"Lagi ada masalah ya Dek?" Tanya Ian karena melihat Ia yang tak bersemangat makan.
"Enggak, sok tau banget." Elak Ia.
"Alahh, dari elo makan aja kayak gitu masak gak ada masalah."
"Enggak ada apa-apa." Jelas Ia.
"Lagi ada masalah sama Alfa?" Tebak Ian.
"Iya." Jawab Ia pelan.
"Tuh kan, kelihatan banget gitu kalau elo lagi mikirin cowok. Akhirnya adik gue bisa tau galau itu kayak gimana." Kata Ian sambil mengambil lauk dan sayur di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Teen FictionAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...