Tibalah waktu senja, Ia, Caca & Alfa berkumpul di ruang TV. Orang tua Caca akan pulang malam jadi Caca meminta Ia untuk sesantai mungkin di rumahnya. Tak lama ada yang mengetuk pintu lalu Bi Sarti mempersilahkan masuk. Lelaki itu melempar senyum dan langsung mengarah ke ruang TV dengan membuntut Bi Sarti dari belakang.
"Kak Al. kakak ganteng itu siapa?" Tanya Caca kepada Alfa setelah menyadari lelaki dengan kemeja rapi dan celana hitam.
"Itu abang aku." Ia yang menjawab.
"Wahh, abangnya Kak Ia ganteng ya." Puji Caca.
"Terima kasih." Balas Ian sambil melempar senyum lalu duduk.
"Kenalkan, abangnya kakak namanya Kak Ian." Ia mengenalkan kakaknya kepada Caca.
"Wah, lucu ya namanya. Kakak namanya Ia, abangnya kakak namanya Kak Ian." Kata Caca.
"Sebenarnya nama kakak itu Rian Prasetya, karena adek kakak waktu kecil belum bisa bilang R , jadi bilangnya Ian. Karena kakak rasa lucu juga di panggil Ian, jadi kakak minta sama orang rumah dan teman kakak untuk memanggil kakak dengan nama Ian." Jelas Ian.
"Oh.. aku kalau panggil kakak aku justru nama depannya aja. Namanya kan Alfa, aku panggilnya Al, biar mudah panggilnya." Cerita Caca.
"Pakai kakak, Ca." sahut Alfa yang menilai sikap adiknya kurang sopan terhadapnya.
"Iya, kakak." Jawab Caca tanpa mau memperhatikan kakaknya.
Ia dan Ian tertawa kecil melihatnya.
"Oh ya, bentar lagi kan maghrib, kita sholat berjamaah yuk." Ajak Ian.
"Beneran, Kak? Terus yang jadi imamnya siapa?" Tanya Caca.
Ian dengan senang menunjukkan dirinya sendiri diiringi senyum manisnya. Caca pun antusias.
Tibalah saat makan malam, Caca baru mendapatkan kabar jika kedua orangtuanya akan pulang tengah malam karena harus menghadiri acara yang lain. Alhasil Caca mengajak Ia dan Ian untuk makan malam bersama sebelum pulang. Di meja makan sudah ada beraneka macam jenis makanan. Mereka pun mulai menyantap makanan.
"Kak Ian udah kerja ya?" Tanya Caca.
"Iya, kerja part time di showroom mobil. Pulang sekolah langsung kerja, tapi kalau hari libur masuknya pagi. Pulang kerja langsung ke rumah makan." Jawab Ian.
"Rumah makan?" Tanya Caca tak mengerti.
"Iya, dulu rumah makan itu punya ibu. Semenjak ibu gak ada ayah yang mengurusnya. Lalu setelah kakak masuk SMA, kakak yang ambil alih."
"Elo punya rumah makan?" Tanya Alfa untuk memastikan.
"Iya, kalau gue pulang malam, gue tidur disana. Soalnya jaraknya gak jauh dari tempat gue kerja. Bisa di bilang hampir tiap hari gue tidur disana." Jawabnya.
"Padahal kalian kan punya rumah makan, harusnya kalian juga pintar masak donk. Tapi kenapa Kak Ia gak bisa masak?" Kata Caca.
Ian yang mendengarnya langsung menahan tawa.
"Bukannya gak bisa, tapi belum bisa." Ia membela diri.
"Terus bisanya kapan? Jangan-jangan kalau elo udah punya pendamping elo masih belum bisa masak." Timpal Alfa.
Ian tiba-tiba tersedak dan terbatuk-batuk mendengar kalimat Alfa. Sontak semuanya langsung memberikan air kepadanya. Ian menolak dan memilih meminum airnya sendiri.
"Udah baikan?" Tanya Ia memastikan.
Ian mengangguk sambil menaruh kembali gelasnya.
"Makanya kalau makan pelan-pelan." Nasehat Alfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Fiksi RemajaAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...