Pagi di sekolah, Ia baru turun dari motornya. Berniat ingin langsung ke kelas namun dia urungkan setelah namanya ada yang memanggil. Dicarinya sumber suara ternyata ada Icha yang baru datang setelah diantar sopirnya. Icha mempercepat langkahnya namun sayang ia menyenggol bahu seorang cewek. Karena Icha mengenal cewek itu, langkahnya berhenti.
"Punya mata gak sih lo." Bentak cewek itu.
"Maaf , Shil." Ucap Icha setelah berbalik badan.
Cewek itu ada Shila, salah satu murid yang terkenal di sekolah karena sok cantiknya dan sikap semena-menanya. Shila berjalan mendekat disertai kedua temannya.
"Enak aja main minta maaf. Gak segampang itu tau." Balas Shila.
"Aku gak sengaja, emang mau kamu apa?" Tanya Icha.
Shila melirik dua temannya, seakan memberi kode untuk memegang tangan Icha. Temannya pun menurut lalu Shila mengeluarkan lipstick dari dalam tasnya. Ia yang melihat sahabatnya yang akan dikerjai oleah Shila langsung menghampiri. Saat tangan Shila sudah bersiap dan lipstick hanya berjarak beberapa centi dari pipi Icha, tangan kanan Ia langsung menahannya. Shila pun langsung melihat si pemilik tangan. Shila menatap Ia dengan tatapan sinisnya.
"Ohh, ada penyelamat. Dan lihat siapakah dia.... Murid cewek pertama yang pakai hijab di sekolah ini." Kata Shila.
"Minta maaf emang gak cukup ya." Balas Ia.
"Ia salah satu murid yang bisa sekolah disini karena dapat beasiswa dari papanya Alfa. Yang sok baik dan pintar, bahkan murid disini kalau liat elo pasti berpendapat yang baik-baik. Padahal kalau kaya, kaya an gue. Cantik juga cantikan gue. Tapi gak tau kenapa mereka kenal elo secara baiknya padahal elo gak kenal baik sama mereka." Tutur Shila panjang lebar yang memang sedari awal masuk sekolah tidak menyukai Ia.
"Kamu ngomong pagi ini panjang banget sih, niat aku kesini tadi buat menyelamatkan Icha. Bukan buat denger omongan kamu." Balasnya Ia dengan ekspresi dinginnya.
Shila menatapnya tajam.
"Dari sekian cewek di sekolah ini kenapa gitu gue harus punya urusan sama elo." Kata Shila dengan masih menatap Ia tajam.
"Tapi sayangnya aku gak pernah buat urusan sama kamu." Balas Ia sambil melepaskan tangan kedua temannya Shila untuk melepaskan tangan Icha.
"Urusan yang elo buat sama gue adalah sikap elo pagi ini terhadap gue dan gue gak suka." Jawab Shila sambil terus menatap Ia.
"Masih pagi aku gak mau kenyang karena dengar omongan kamu." Balas Ia dengan senyum kecilnya.
"Dan buat kalian berdua, kenapa harus mau jadi bawahannya Shila? Kita sekolah di tempat yang sama, bayaran juga sama, makan di kantin jenisnya juga sama. Bukan berarti karena orangtuanya Shila kaya kalian mau disuruh-suruh Shila apa aja." Tutur Ia sambil mengajak Icha pergi dari sana.
Shila yang geram karena omongan Ia langsung mengepalkan tangannya melihat Ia yang sudah berlalu dari hadapannya.
Sesampainya di kelas, sudah ada Dani disana yang datang lebih awal dari mereka.
"Dani, kamu tau gak apa yang udah Ia perbuat pagi ini." Cerita Icha.
"Apa?" Tanya Dani sambil berjalan menghampiri dan duduk di depan mereka.
"Aku tadi kan mau dikerjain sama Shila gara-gara aku gak sengaja menyenggol bahunya. Ia datang dan menyelamatkan aku. Terus Ia beri Shila kalimat-kalimat sindiran gitu dan buat Shila kesal." Jelas icha.
"Kalimat sindiran apa?" Tanya Dani sambil melihat Ia.
"Ya aku cuma bilang kenapa kedua temannya mau jadi bawahannya Shila." Jawab Ia.
"Kalian baru aja kelas 2, jangan buat masalah lagi sama Shila. Kayak kalian gak tau aja Shila itu siapa." Pesan Dani.
"Tapi sayangnya aku gak mau tau Shila itu siapa." Balas Ia lalu berdiri dan berjalan keluar.
Dani yang mendengarnya hanya bisa bernafas panjang.
Di kantin Ia dan Icha sedang asyik sarapan nasi goreng dan tak lupa diiringi beberapa obrolan.
"Gimana lo?" Tanya seseorang lelaki yang bediri di samping Ia.
Ia dan icha secara bersamaan melihat arah datangnya suara, ternyata itu Alfa.
"Emang kamu kenapa Ia?" Tanya Icha kepada Ia yang tak mengerti dengan pertanyaan Alfa.
Alfa yang berniat ingin menjawab tiba-tiba berteriak kesakitan karena kakinya diinjak Ia dengan sengaja. Icha yang melihatnya hanya dengan tatapan bingung.
"Mungkin dia tanya keadaan lengan aku yang masih sakit atau enggak karena pukulannya." Ia asal jawab.
"Kan itu udah beberapa hari lalu, ya pasti udah sembuh lah." Balas Icha.
"Cha, minum aku habis, aku beli lagi ya." Elak Ia sambil berdiri dan mengambil gelasnya.
Ia berniat mengambil langkah namun terhenti karena lengannya ditahan Alfa karena masih menunggu jawaban dari Ia.
"Aku gak papa, jangan cerita masalah kemarin sama yang lain. Karena aku gak mau mereka semakin menilai buruk tentang kamu." Kata ia tanpa mau melihat Alfa dengan nada yang sangat lirih yang hanya di dengar mereka.
Alfa hanya diam mendengar dengan tatapan datar tanpa mau melepas lengan Ia.
"Udah, Al. Lepas." Pinta Ia dengan nada yang masih lirih.
Namun pandangan Ia tiba-tiba teralihkan karena menyadari kedatangan seorang cewek yang ia kenal. Shila berdiri tepan di depan Ia dan melihat jelas tangan Alfa melingkar di lengan Ia.
"Penampilannya aja pakai hijab, tapi nyatanya masih mau di pegang sama cowok." Ketus Shila dengan tatapan tajam dan nada tingginya hingga penduduk kantin langsung melihat ke arah Ia.
Alfa segera melepaskannya. Sementara Ia terlihat tegang karena semua pandangan menuju kepadanya.
"Lo ngapain sih baru datang langsung bikin kesal orang. Haa." Balas Alfa dengan nada yang tak kalah tingginya.
Shila yang mendengarnya langsung mundur satu langkah.
"Gue yang pegang lengan dia, kenapa lo gak suka?" Bentak Alfa.
Mereka yang ada di kantin langsung terdiam begitu pula Shila.
"Dari sekian banyak cewek kenapa elo mesti deket sama dia." Balas Shila setelah memberanikan diri.
"Kalau elo gak tau masalahnya, gak usah ikut campur." Kata Alfa lalu pergi.
Sementara Shila langsung menatap Ia dengan kesal karena mendapatkan bentakan dari Alfa. Ia pun langsung membuang muka karena Ia juga tidak mau masalahnya semakin panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Teen FictionAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...