Ia yang melihatnya tercengang karena Alfa tanpa ada rasa jijk mau memegang seorang pengamen jalanan yang jika dilihat dari kulitnya jelas sudah berbeda. Alfa membawanya disalah satu gerobak gorengan yang tak jauh dari sana.
"Elo tadi belinya berapa?" Tanyanya.
"Lima Kak." Jawab pengamen itu polos.
"Dikit banget."
"Iya, yang dua mau kita makan soalnya dari tadi siang kita belum makan, yang tiga mau dibawa pulang untuk makan malam." Cerita pengamen itu.
Alfa terdiam mendengarnya. Ia hanya memandang kasihan kepada mereka. Alfa pun segera tersadar dari diamnya dan membelikan gorengan sebanyak 20 biji sambil memberikan uang 20.000 . Kedua pengamen itu menerimanya dengan senang hati. Tak cukup sampai disitu, Alfa mengajak mereka di salah satu gerobak penjual ayam krispi. Kedua pengamen itu langsung tersenyum bahagia saat melihat ayam yang sudah di angkat dari penggorengan.
"Sepuluh ya bang." Ucap Alfa sambil memberikan uang 100.000
Tak butuh waktu lama sang abang akhirnya memberikan pesanan Alfa sambil memberikan uang kembalian. Alfa langsung memberikan ayam krispi itu kepada salah satu dari mereka. Mereka pun tersenyum bahagia. Melihat uang kembaliannya di tangannya, Alfa langsung memberikan uang itu tanpa menghitung berapa nominalnya. Mereka pun dengan senang hati menerimanya dan berterima kasih. Alfa tersenyum dan akhirnya pergi dari sana diikuti Ia. Setiba di gerbang sekolah Alfa kembali menaiki motornya dan bersiap pulang.
"Salut aku sama sikap kamu." Puji Ia.
Alfa yang mendengarnya langsung tersenyum kecil.
"Biasa aja." Jawab Alfa dengan senyum yang sudah hilang dari bibirnya.
"Aku kira kamu bakal gak suka sama mereka, ternyata perkiraan aku salah. Aku suka sama sikap kamu tadi." Ia memujinya lagi yang kali ini berhasil membuat Alfa kembali tersenyum.
"Bentar, gue kayak gitu tadi bukan bermaksud mau dapat pujian dari elo ya." Kata Alfa.
"Iya, aku tahu. Aku bisa melihat mana yang dilakukan dengan ikhlas atau mana yang dilakukan dengan mengharapkan pujian." Jawab Ia bijak.
"Gue pulang dulu." Pamit Alfa lalu pergi.
Ia menganggukkan kepalanya meskipun Alfa sudah mulai menjauh.
Malam harinya Ia tengah disibukan mengerjakan tugas sekolah. Tampak serius meski terkadang melirik jam dinding di kamarnya. Besok dia harus datang ke sekolah lebih awal karena ada jadwal piket di perpustakaan. Selesai mengerjakan dia mengecek ponselnya yang diletakkan di meja dekat ranjangnya. Diperiksanya whatsappnya ternyata ada pesan dari grup kelas yang membahas hal tak penting dan ada 2 pesan dari Alfa.
Alfa : Besok Caca mau buatin elo bekal, gue kasihnya ke elo pagi.
Alfa : Woy..
Ia yang membacanya hanya bisa mengangkat alisnya.
Ia : Ok.
Balasnya dan langsung pergi ke kamar mandi.
Ia sudah ada di perpustakaan jam 6.15. Suasana masih sepi, dia langsung mengambil kemoceng yang menggantung di dekat meja penjaga perpustakaan. Sebenarnya perpustakaannya masih bersih dan tertata rapi. Ia segera memulai bersih-bersih. Kali ini dia seorang disana, membersih debu dan di lanjut menyapu dia lakukan seorang diri. Perpustakaan yang cukup besar membuatnya datang lebih awal agar piketnya selesai sebelum ada murid yang datang. Lima belas menit berlalu, pekerjaannya sudah selesai. Baru saja dia duduk di dekat kipas untuk melepas lelah, seseorang datang dengan menyodorkan kotak bekal. Ia mendongak ke atas dan melihat Alfa tepat di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Teen FictionAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...