65

412 11 0
                                    

 "Iya, dompet gue ketinggalan. Kenapa?" Kata Alfa sambil berniat berjalan masuk ke dalam.

"Kak Ia tadi kesini, cari Kak Al." Jawab Caca.

Seketika niat Alfa untuk masuk kedalam langsung terhenti.

"Ngapain kesini?"

"Mungkin ada perlu sama Kak Al. tapi aku bilang Kak Al lagi ke bengkel."

"Terus?"

"Kak Ia tanya bengkel langganan Kak Al dimana, setau aku bengkel yang Kak Ia datangi untuk antar dompet Kak Al waktu itu." Jelas Caca.

"Sial.." Umpat Alfa.

"Kenapa? Aku salah ya jawabnya?" Tanya Caca panik.

"Weekend begini bengkel itu ditutup sama pemiliknya. Soalnya orang-orang yang gak bener pada datang kesana." Jelas Alfa lalu segera masuk.

"Haaa..." Caca terkejut mendengarnya.

Tak butuh waktu lama Alfa sudah keluar setelah mengambil dompetnya. Dia langsung pergi dengan motornya tanpa pamit kepada adiknya.

Di tempat lain, Ia baru tiba di bengkel yang dimaksud Caca. Awalnya Ia sedikit ragu karena pintu yang tertutup rapat. Namun segera dia buang fikirannya karena ada segerombolan anak motor yang sedang duduk di deretan kursi. Apalagi ada seorang cewek dari sebagian mereka. Ia menghampiri karena mungkin Alfa salah satu dari mereka. Kedatangan Ia langsung mendapat tatapan dari mereka. Tak terkecuali seorang perempuan disana. Dia menatap sinis kepada Ia.

"Hai, elo ceweknya Alfa kan?" Tanya gadis itu dengan tersenyum sinis.

"Bukan." Jawab Ia cepat.

"Terserah lah elo mau bilang apa. Oh ya, gue Siska." Siska memperkenalkan diri tanpa mengulurkan tangan.

Ia tersenyum kecil membalasnya.

"Gara-gara elo, Alfa berubah." Ketus Siska setelah senyumnya pudar.

Ia kaget mendengarnya.

"Sebelum kenal sama elo, dia hampir setiap hari pasti kesini. Jalan bareng kita, ngajak makan, nongkrong di pinggir jalan sampai lupa waktu, tapi semuanya berubah sejak ada elo. Kita baru aja seneng lihat Alfa main kesini, traktir kita makan. Itu pun cuma beberapa hari dan sekarang dia menjauh lagi dari kita." Jelas Siska diakhiri mendorong Ia secara kasar.

Sontak Ia langsung melangkah mundur karena dorongan Siska. Sementara yang lain hanya memperhatikan mereka tanpa ada orang yang berniat menengahi.

"Waktu dulu gue sama dia deket. Setiap gue chat, pasti dia balas. Sampai akhirnya gue ada rasa sama dia. Tapi setelah dia kenal sama elo, dia udah nggak anggap gue lagi. Jahat banget ya lo." Kata Siska sambil mendorong Ia lagi.

Kali ini Ia menahan dirinya.

"Oh.. sok kuat. Emang sekuat apa sih elo?" Ejek Siska sambil mengayunkan tangannya.

Tangannya terayun menghampiri pipi Ia namun Ia segera menahan Siska. Mata mereka saling beradu pandang. Ia hanya menatapnya datar namun Siska justru menatapnya tajam. Tak lama Ia langsung menurunkan tangan Siska sambil terus mencekalnya.

"Emang aku salah kalau aku mau Alfa berubah jadi lebih baik? Aku bukannya sok baik atau apa. Tapi aku seneng jika ada orang yang mau berteman sama aku dan membuatnya berubah lebih baik karena pertemanan kita." Balas Ia dengan nada serius.

Siska yang kesal langsung menarik tangannya dan langsung menampar pipi Ia. Ia yang mendapat tamparan tampak menahan sakitnya.

"Munafik.. kayak elo udah alim aja." Kesal Siska.

Ia hanya tersenyum kecil mendengarnya. Lalu mengedarkan pandangannya namun Alfa tak ada disana. Dia masih mengukir senyum kepada Siska karena berniat pergi.

"Mungkin aku datang disaat yang tidak tepat. Aku pergi dulu." Pamitnya lalu berbalik dan berniat pergi.

Tiba-tiba Bayu datang dan langsung menghadang langkah Ia. Ia kaget dengan kedatangannya karena teringat sikap kasar Bayu kepadanya.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Bayu dengan kesal.

"Aku tadinya mau cari Alfa, ternyata dia tidak disini."

"Iya.. dia emang gak kesini. Baru beberapa hari dia main kesini, sekarang menjauh lagi. Semua gara-gara elo." Bentak Bayu dan berhasil membuat Ia menunduk.

"Emang salah kalau Alfa berubah jadi baik, bang?" Tanya Ia yang masih menunduk.

"Elo itu datang di kehidupan Alfa disaat yang tidak tepat. Kalau elo mau ngajak orang tobat, bukan Alfa orangnya." Jelas Bayu kesal.

"Kenapa aku selalu yang disalahkan?" Tanya Ia yang kini memberanikan diri untuk menatap orang yang ada didepannya.

"Karena elo emang pantas untuk disalahkan." Jawab Bayu sambil mendorong kasar bahu Ia hingga Ia terjungkal ke lantai.

Siska yang melihatnya tersenyum senang. Tak lama Ia segera bangkit karena merasa dijadikan tontonan. Kali ini Ia ingin segera pergi.

"Aku pergi dulu." Pamitnya lalu melangkah.

"Enak aja main pergi." Balas Bayu sambil mencekal lengan Ia.

Ia terkejut melihatnya. Dilihatnya Bayu yang kini sedang berencana berniat buruk kepadanya.

"Kalau gue bikin memar dikit di wajahnya gak papa kali ya." Tutur Bayu.

"Jangan Bang, kalau Alfa tau, habis lo bang." Teriak salah satu dari mereka.

"Gak papa Bang. Setelah abang kasih pelajaran sama dia, dia pasti takut berteman sama Alfa. Akhirnya dia memilih menjauh." Teriak yang satunya.

Bayu pun tersenyum mendengar kalimat terakhir dari temannya. PLAAKKK.. Seketika tangannya langsung melayang dan menampar keras pipi Ia. Ia yang tak percaya akan mendapat tamparan lagi kali ini mengelus pipinya karena rasanya benar-benar sakit.

"Sakit ya? Masih kurang?" Tanya Bayu sambil menggerak-gerakkan tangannya.

Ia hanya diam sambil memegangi pipinya. Bayu yang kesal karena tak mendapat jawaban langsung mencekik leher Ia. Rahangnya terlihat tegang karena kali ini Bayu benar-benar marah. Siska dan anggota lain dibuat terkejut melihat aksi Bayu. Tidak ada satupun yang meminta Bayu untuk menurunkan tangannya. Sementara Ia hanya bisa berusaha melepaskan tangan Bayu karena dia mulai susah untuk bernafas. Usahanya sia-sia hingga akhirnya suara motor berhenti didepan bengkel itu. Siska, Bayu dan yang lain langsung menatap kepada si pemilik motor. Namun tidak dengan Ia karena masih berusaha melepaskan tangan Bayu. Alfa langsung turun dari motornya dan berjalan menghampiri Bayu dengan kesal. Setelah mendekat, di dorongnya Bayu dengan kasar dan berhasil membuat Bayu menjauh dari Ia. Alfa menarik lengan Ia untuk mendekati motornya. Sementara Alfa kembali menghampiri Bayu dan melampiaskan amarahnya. Alfa memukul Bayu berulang kali hingga membuat Bayu jatuh ke lantai. Anggota motor yang lain tidak berani ikut campur dan hanya menyaksikan aksi brutal Alfa kepada Bayu. Alfa memukuli wajah Bayu hingga kening Bayu berdarah karena tonjokan kuat Alfa. Merasa tak berdaya lagi, Bayu pun meminta bantuan.

"Bantuain woyy.." Teriak Bayu.

Tak lama tiga orang dari mereka berdiri. Alfa yang melihatnya langsung melepas kerah Bayu. Alfa menang mereka dengan menggerakkan telunjuk tangannya. Terjadilah perkelahian antara Alfa dan tiga anggota itu. Alfa yang mempunyai bela diri yang cukup bagus langsung meladeni mereka. Pintar menangkis dan langsung membalas dengan pukulan yang tepat sasaran. Tiga anggota itu pun akhirnya cepat mengalah karena tidak kuat dengan bogeman Alfa. Alfa yang masih kesal dengan Bayu langsung menghampirinya kembali. Dia memukul kembali Bayu di area wajahnya. Melihat Bayu yang babak belur dihajar Alfa, salah satu dari mereka berdiri dan mengambil linggis yang tak jauh dari sana. Lelaki itu mendekati Alfa berniat memukulnya dari belakang.

"Alfa.. awas di belakang kamu." Teriak Ia.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang