57

323 11 0
                                    

Semenjak Alfa menjauh dari Ia, Alfa berubah kembali seperti dulu. Dia berpenampilan urakan lengkap dengan jaket hitamnya dan berkumpul bersama teman-temannya di pinggir jalan. Papanya yang melihatnya terkejut. Alfa asyik nongkrong di trotoar bersama anak funk. Alfa juga mendatangi bengkel yang dulu sering dia datangi bersama anak motor. Terlihat marah tak kala salah satu dari mereka menabraknya tanpa sengaja. hingga akhirnya melayangkan bogem mentahnya meskipun temannya sudah meminta maaf. Bayu yang ada disana merasa senang karena Alfa sudah kembali seperti dulu. Alfa juga sering pulang malam dan tak menegur kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang keluarga. Saat berpapasan dengan Caca di tangga, Alfa hanya mengacuhkannya. Caca bertanya kepadanya karena pulang malam, namun Caca justru mendapat bentakan dari Alfa agar tidak perlu mengkhawatirkannya. Caca pun mulai merasakan sikap kakaknya yang seperti dulu. Di lain hari, kali ini papanya harus menahan amarah tak kala melihat Alfa yang baru turun dari lantai dua langsung pergi tanpa memperdulikan papanya yang duduk di ruang tamu bersama rekan kerjanya. Alfa menstarter motornya hingga suaranya membuat berisik seisi lantai satu. Alhasil papanya harus menahan malu didepan tamunya karena sudah membuat suasana tidak nyaman.

Saat di sekolah, suasana pagi terlihat ramai karena Alfa menghajar seorang murid di salah satu koridor kelas. Ia yang baru datang menghentikan langkahnya. Dilihatnya Alfa sebentar yang kini dengan penampilan seperti dulu. Seragam yang dikeluarkan, tanpa dasi dan rambut yang tak tertata rapi. Namun tak lama dia memilih pergi dari kerumunan itu. Saat dia berniat ke kantin bersama Icha, langkahnya terhenti tak kala melihat Alfa yang marah karena seorang murid yang menabraknya tanpa sengaja. Alfa mendorongnya kasar hingga terjungkal ke lantai. Ia terkejut melihatnya. Berniat menolong murid itu namun tangannya ditahan Icha.

Saat sedang asyik-asyiknya menyantap bakso, baik Ia, Icha ataupun pengunjung lainnya dibuat kaget dengan sikap Alfa yang main pukul kepada seorang murid. Diketahui murid itu tersandung dan tak sengaja memegang bahu Alfa sebagai pegangan. Alfa yang duduk menikmati minumannya tidak terima dan langsung memukul murid itu. Kali ini Ia tidak bisa tinggal diam. Dia mendekati Alfa yang tengah memukul murid itu berungkali. Ia meminta berhenti namun Alfa tak menanggapinya. Ia masih memohon kepadanya untuk berhenti hingga akhirnya Alfa mendorongnya kasar karena ikut campur dengan urusannya. Ia yang di dorong langsung terkena meja yang ada dibelakangnya. Seragam belakangnya terkena kuah bakso karena hantaman tubuhnya pada meja itu. Pengunjung kantin terkejut karena melihat seragam Ia yang basah. Namun Ia tak memperdulikannya. Ia menarik nafas panjang untuk mengatur emosinya.

"Alfa, berhenti." Tegas Ia.

Alfa pun akhirnya berhenti tak kala tangannya sudah mengepal bersiap melayangkan pukulan. Pemandangan yang menegangkan membuat pengunjung kantin melihat Ia dan Alfa secara bergantian. Alfa mulai mengatur nafasnya dan akhirnya menatap Ia yang ada disampingnya.

"Berhenti.." Kata Ia lalu pergi dari sana.

Alfa diam sambil menatap kepergiannya. Dilihatnya seragam putihnya basah dan air mengalir dari rok abu-abunya. Alfa pun teringat saat dia mendorong kasar Ia. Dia merasa bersalah karena sikapnya membuat seragam Ia basah. Dia menjambak kasar rambutnya. Merasa diperhatikan, Alfa menatap tajam kepada pengunjung kantin yang memperhatikannya.

"Ngapain lihat-lihat." Bentaknya.

Seketikan mereka pun langsung kembali ke meja mereka.

Setelah bel pulang sekolah, Ian sudah menunggu adiknya di depan kelas. Semenjak kejadian hari itu dimana Ia mendapat tamparan dari Alfa, Ian menjadi lebih perhatian kepada Ia. Bahkan sebagian murid baru mengetahui jika Ia dan Ian ternyata adik kakak. Mereka berjalan bersama parkiran. Tak jarang ada segerombolan cewek yang mereka lewati sedang berbisik satu sama lain sambil memperhatikan mereka. Terlihat jelas jika cewek-cewek itu sedang bergosip mengenai Ia dan Ian. Namun apa yang mereka gosipkan membuat mereka tak mau ambil pusing. Ia masih bersikap baik kepada mereka dengan melempar senyum, namun tidak dengan Ian. Ian yang sama-sama memiliki sikap cuek hanya berjalan sambil fokus ke depan tanpa ada niat untuk melirik cewek-cewek yang mereka lewati. Setiba di parkiran Ian membukakan pintu untuk adiknya. Ia langsung masuk tanpa berkata. Ian segera menutup pintunya sambil mengedarkan pandangannya karena sedari tadi merasa diperhatikan oleh murid perempuan. Ian segera pergi dari sana bersama mobilnya.

Suasana didalam mobil hening beberapa saat. Hingga akhirnya Ia mengawali untuk berbincang.

"Mulai besok kakak gak usah nunggu aku didepan pintu kelas aku."

"Kenapa?" Tanya Ian sambil fokus menyetir.

"Sadar gak sih kalau kakak disana itu langsung jadi pusat perhatian. Gak nyaman aja kalau kita jalan banyak pasang mata melirik ke kita."

"Maklum, abang elo kan ganteng. Wajar aja kalau mereka pada melirik abangmu ini. Sebelum kejadian itu, gue selalu pulang lebih awal karena pekerjaan. Di sekolah kita jarang kumpul bareng, omong-omongan aja gak pernah. Jam istirahat gue gunakan untuk kerjain PR yang gue dapat di hari itu. Jelaslah mereka gak kenal gue, soalnya gue gak pernah ke kantin dan pulang cepat." Jelas Ian panjang lebar.

"Dan setelah dikenal Ian ternyata kakak dari Ia XI IPA 2 , kakak jadi seneng gitu."

Ian tersenyum geli mendengarnya.

"Jawab." Pinta Ia.

"Gak lah, biasa aja." Kata Ian akhirnya.

Kali ini Ia yang tersenyum karena kalimat kakaknya benar-benar jujur.

"Lo sendiri gimana sama dia?" Tanya Ian.

Ia yang merasa jika dia yang dimaksud kakaknya adalah Alfa langsung diam dan menatap pemandangan luar dari jendela samping.

"Dia berubah ya,udah kembali seperti dulu." Lanjut Ian.

Ia masih tak mau menjawab dan memilih diam. Ian yang melihatnya tak lagi bertanya dan kembali fokus menyetir.

Ditempat lain, Alfa yang masih mengenakan seragam dan jaket hitamnya terlihat berada di bengkel tempat tongrongannya bersama kawan-kawannya. Ada temannya yang tak sengaja menumpahkan kopi dan terkena celana Alfa. Dia langsung emosi dan memberi bogem mentah tepat mengarah di pipi lelaki itu. Lelaki itu pun langsung meminta maaf. Namun tak lama Alfa mentraktir teman-temannya untuk minum kopi dan menyantap gorengan. Semua bersorak sorai. Kini Alfa yang dulu telah kembali. Menikmati hidup sebagai anak berandalan yang memiliki sikap dingin dan tak jarang akan main tangan.

Suatu malam Alfa sedang nogkrong di bahu jalan bersama anak geng motor. Entah bagaimana Alfa bisa memiliki teman seperti mereka yang dari kalangan anak jalanan. Mulai dari anak funk, geng motor, preman, mereka mengenal siapa sosok Alfa. Alfa yang suka keluar malam dan nongrong di berbagai tempat. Saat teman-temannya sedang minum, Alfa sama sekali tak menyentuhnya. Teman-temannya mencoba mengajaknya namun Alfa menolak. Ada yang mengulurkan rokok, Alfa pun menolaknya. Hingga akhirnya beberapa lelaki yang sedang berlari melintasi mereka. Salah seorang dari mereka berhenti karena mengenal pentolan anak jalanan itu. Lelaki itu langsung menghampiri mereka dan membiarkan teman-temannya meninggalkannya.

"Alfa.." Panggilnya.

Alfa yang menyadari kehadiran temannya itu langsung memisahkan diri dari teman-temannya.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang