Hari berganti, kali suasana masih pagi namun Alfa sudah datang dan sarapan di kantin. Duduk seorang diri dengan mengenakan baju yang di keluarkan dan tanpa berdasi. Hal yang lumrah jika setiap hari Alfa selalu berpenampilan seperti itu. Omongan orang lain yang melintas tidak pernah dia hiraukan karena yang terpenting dia nyaman dengan apa yang ada pada dirinya saat ini. Setelah selesai sarapan Alfa menghampiri untuk ibu penjual kantin untuk membayar. Disana sudah ada Ia yang memesan segelas teh hangat dan membayar dengan uang 50.000. Sayangnya sang ibu belum mempunyai uang kembalian. Ia bingung membayarnya karena ibu kantin meminta Ia untuk membawa dulu uangnya. Tapi Ia tidak enak dan berniat mengembalikan teh hangatnya yang masih belum terminum. Alfa yang melihatnya langsung membayari teh Ia bersama dengan makanannya tadi dengan memberikan uang 20.000 .
"Ini, Bu. Bakso sama teh dia." Ucap Alfa.
"Gak mau." Tolak Ia.
"Kalau bayar pake uang elo, ibunya gak ada kembalian soalnya masih pagi." Jelas Alfa.
"Tapi aku gak mau kamu bayarin."
"Hey, cuma 5000 aja kok. Gue yang bayar teh elo." Kata Alfa dengan nada sedikit tinggi.
Melihat Ia dan Alfa yang berdebat hanya karena Alfa yang ingin membayar teh Ia yang harga 5.000 akhirnya sang ibu memutuskan mengambil uang Alfa. Selain ingin mereka berhenti berdebat, para murid juga mulai berdatangan.
"Gitu aja kok harus berdebat.." Tutur Alfa lalu pergi.
Ia terlihat menghela nafas panjang dan berjalan pelan mencari tempat duduk.
Selesai sarapan Alfa berjalan-jalan melewati koridor kelas dengan mengedarkan pandangan ke segala arah menikmati suasana sekolah yang masih sepi. Tak jarang ada murid perempuan yang selalu memperhatikannya disaat Alfa melintasinya. Alfa yang sadar dengan sikap murid perempuan yang dia lewati, dia balas dengan memberikan tatapan dingin. Sontak para murid perempuan ketakutan melihatnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat Dani ada didepannya.
"Lihat Ia gak?"
"Tadi ada di kantin, tumben banget dia jam segini udah datang. Emang kenapa?"
"Dia lagi diare, ayahnya telfon aku minta untuk mengingatkannya jangan lupa minum obat dan gak makan yang pedas. Thank's ya.." Kata Dani lalu pergi.
Alfa pun melanjutkan jalannya.
Setiba di kantin Dani melihat Ia sedang menaruh kepalanya di meja kantin. Ia terlihat pucat dan membuat Dani khawatir.
"Ke UKS ya?" Ajak Dani.
"Gak mau, maunya ke toilet aja." Jawab Ia sambil mengangkat kepalanya.
"Om Danu pesan supaya kamu jangan lupa minum obat dan gak makan yang pedas."
"Iya." Jawab Ia singkat.
"Satu hari ini aku gak di kelas karena mengurus pencalonan anggota OSIS baru, kalau kamu kenapa-kenapa aku gak bisa bantu." Cemas Dani.
"Aku gak kenapa-napa kok." Balas Ia santai namun wajah pucatnya tidak dapat disembunyikan.
Dani hanya mendengus kesal melihatnya lalu pergi. Ia yang merasa perutnya mules berdiri dari duduknya dan berniat mengembalikan gelasnya. Baru selangkah ada Shila yang dengan sengaja menabraknya. Ia hanya diam tak berkata.
"Kok diam aja. Emang gak sakit ya aku tabrak?" Tanya Shila.
Ia masih dengan diamnya. Shila jengkel melihatnya lalu dengan sengaja mendorongnya dengan kasar hingga membuat Ia hampir terjatuh namun langsung berpegangan pada meja. Hal itu sontak menjadi fokus perhatian pagi itu. Namun Ia masih dengan diamnya. Ia melanjutkan jalannya ke meja ibu kantin dan meletakkan gelasnya.
"Lo mau kemana?" Tanya Shila sambil menghalangi jalan Ia.
"Salah aku apa sih sama kamu?" Ia tanya balik sambil menahan mulesnya.
"Salahnya adalah setiap kali aku lihat kamu, bawaannya benci banget sama kamu." Jawab Shila sambil memegang bahu Ia dengan memberikan cengkraman kuat.
Ia yang mulai merasa kesakitan langsung menepis tangan Shila dan langsung pergi.
Jam masuk sebentar lagi, namun Ia masih berada di toilet. Sudah tiga kali ini dia keluar masuk toilet. Wajahnya yang tampak pucat mendapat perhatian dari murid perempuan yang masuk keluar toilet. Namun ia hanya bisa duduk dan berdiri untuk masuk ke toilet. Dilihatnya jam dan bel masuk akan segera berbunyi akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kelas. Baru beberapa langkah dari pintu toilet dia langsung terduduk karena mulesnya tidak kunjung reda. Alfa yang melintas langsung mendekatinya.
"Lo kenapa?"
"Perut aku sakit." Keluh Ia.
"Ke UKS."
"Gak mau." Tolak Ia.
"Kalau gitu minum obat."
"Obatnya di kelas."
"Gue antar ke kelas, sebentar lagi masuk. Ntar kalau elo pingsan di jalan gak ada orang kan kasian." Tutur Alfa.
"Terus kalau aku pingsan dan ada kamu, kamu mau ngapain?" Ia berdiri dari duduknya.
Alfa tak menjawab lalu membuntuti Ia yang mulai berjalan. Ia terlihat menahan sakit karena langkahnya yang malas dan sering memegangi perutnya. Alfa dibuat khawatir melihatnya. Setiba di depan kelas Ia langsung masuk tanpa berterima kasih kepada Alfa yang senantiasa menemaninya berjalan dari toilet ke kelasnya. Alfa pun ke kelasnya.
Jam istirahat kali ini Ia memilih ke UKS karena merasa badannya yang lemas karena sudah dua kali ijin ke toilet saat jam pelajaran. Dia merebahkan badannya sambil terus memegangi perutnya. Alfa yang mendapat info dari Dani jika Ia ada di UKS langsung mendatanginya. Dilihatnya Ia yang sudah terpejam dan membuat Alfa tak berani membangunkannya. Dia hanya duduk di ranjang sampingnya sambil mencuri-curi pandang. Kali ini Alfa cemas melihat keadaan Ia. Ia yang terbiasanya cuek namun sering melempar senyum kepada orang yang menyapanya kali ini hanya bisa tidur di ranjang UKS. Cukup lama Alfa disana hingga akhirnya bel masuk membuatnya harus kembali ke kelas.
Jam berlalu, kali ini waktunya pulang sekolah. Ia berjalan menuju kelasnya. Dilihatnya Icha masih ada disana.
"Kok belum pulang?" Tanya Ia sambil duduk.
"Tunggu kamu." Jawab Icha.
"Kamu pulang aja dulu, aku masih mau ke toilet."
"Ke toilet lagi Ia.." Balas Icha yang dibuat heran dengan sikap sahabatnya.
"Iyaa.." Ucap Ia sambil mengambil tasnya lalu bergegas pergi.
Icha hanya menggelengkan kepala melihatnya.
Selepas dari toilet Ia langsung berjalan ke parkiran. Suasana sudah mulai sepi, motor pun dapat dihitung di parkiran. Saat hampir mendekati motornya tiba-tiba Shila dengan sengaja menabrakkan dirinya dan menumpahkan minuman coklat ke baju Ia. Baju putih Ia pun terlihat kotor. Ia hanya bisa mendengus kesal.
"Yaahhh,, maaf. Aku emang sengaja." Jelas Shila.
Tak lama Alfa yang belum pulang mendatangi mereka.
"Lo apaan lagi sih." Kesal Alfa.
"Gak apa-apa, cuma mau nyiram Ia dengan minuman coklat aja, biar tambah basah bajunya. Percuma kan kalau di cuci tapi bajunya masih bersih." Tutur Shila.
"Udah pulang sana." Usir Alfa.
"Okey." Balas Shila lalu mendorong kasar Ia lalu pergi.
Ia yang sakit tak bisa menahan dorongan Shila dan hampir jatuh.
"Lo gak papa?" Tanya Alfa khawatir.
Ia hanya menggeleng. Alfa mengeluarkan jaketnya dari tas.
"Lo pake ini." Ucap Alfa sambil mengulurkan jaketnya.
"Enggak usah. Aku bawa jaket sendiri." Tolak Ia lalu mengeluarkan jaketnya dan memakainya.
"Jaket elo kainnya tipis, kalau kena angin badan lo tambah parah."
"Gak papa." Ucap Ia lalu menaiki motornya dan pergi.
Alfa kesal melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Roman pour AdolescentsAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...