41

390 13 0
                                    

Tas Alfa tepat mengenai kepala lelaki itu dan sukses membuat lelaki itu kesakitan.

"Minta maaf gak." Ancam Alfa sambil memegang kerah bajunya.

"Oke oke gue minta maaf." Ucap lelaki itu.

"Ya bukan sama gue, tapi sama ibu itu." Bentak Alfa sambil menariknya mendekat ke ibu itu.

Tampak ibu itu mengambil sendiri barang belanjaannya karena ulah lelaki itu.

"Minta maaf ya, bu." Ucap lelaki itu.

"Jangan cuma minta maaf aja, bantuin." Perinta Alfa.

Lelaki itu yang ketakutan langsung mengangguk patuh. Dia membantu ibu itu mengambil barang belanjaannya. Setelah selesai, lelaki itu mengucapkan permintaan maafnya kembali dan disambut senyum manis ibu itu. Lelaki itu pun pergi. Tak lupa ibu itu juga berterima kasih kepada Alfa karena sikap baiknya. Alfa tersenyum kecil lalu kembali menghampiri sahabatnya.

"Ia, udah senyumnya." Bisik Dani karena melihat Ia yang sedari tadi senyum melihat Alfa.

"Iya, makasih." Kata Ia pelan saat mengetahui Alfa sudah mulai mendekat.

Ia kagum melihat sikap Alfa dan berhasil membuatnya tersenyum. Ia sangat yakin jika Alfa sebenarnya memang anak baik dan punya rasa empati yang tinggi kepada orang lain.

"Kok bisa kamu perhatian sama ibu itu. Padahal kamu sendiri gak kenal kan?" Tanya Ia penasaran.

"Kesal aja lihat cowok itu. Udah nabrak langsung main tinggal, gak nolongin pula." Jawab Alfa kesal karena mengingat kejadian itu.

"Oh ya?" Tanya Ia memastikan.

"Iya, gak tau kenapa kalau gue lihat wanita yang sedang kesusahan gue langsung teringat nyokap gue yang udah gak ada." Tutur Alfa.

Mereka bertiga diam setelah mendengarnya. Alfa yang melihat mereka saling diam langsung mengajaknya ke restaurant untuk makan-makan. Mereka pun kembali melangkah bersama.

Akhirnya mereka berempat memutuskan makan di restaurant yang cukup mewah di mall itu. Mereka membuka santai buku menu yang ada diatas meja. Mata Ia & Icha saling berputar karena bingung mau memilih menu apa. Apalagi harga yang ada disana lumayan mahal.

"Alfa, kamu beneran mau traktir kita? Disini harganya mahal-mahal semua lho." Tutur Icha.

"Iya, udah pesen aja." Perintah Alfa.

"Yakin gak fikir dua kali. Minuman es teh disini harganya 3 kali lipat di banding rumah makan abang aku." Tambah Ia.

"Lo itu bawel banget sih, gue yang traktir elo tinggal pesen . mumpung gue lagi baik hati nih." Kata Alfa.

"Baru aja bilang, udah dikatain bawel." Balas Ia dengan muka kesal.

"Udah-udah, ini nanti gak jadi makan lho." Dani menengahi.

Akhirnya Ia dan Icha kompak memesan beef steak dan jus jambu, sementara Dani memesan spaghetti dan lemon ice tea. Alfa sendiri memilih meatballs dan smoothies cokelat mint. Sambil menunggu pesanannya datang, mereka asyik berbincang ria. Tak lupa Icha mengambil momen kebersamaan mereka. Memfoto satu persatu dari mereka meskipun Icha lebih sering mengambil foto Alfa. Ia yang disampingnya hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya.

"Alfa, kamu gak mau ambil foto kita pakai ponsel kamu. Kita kan udah berteman dan saling mengenal satu sama lain, gak salah kan kalau kamu mau mengambil foto untuk mengabadikan kebersamaan kita?" Pinta Icha.

Alfa terlihat sedang berfikir namun akhirnya dia menyetujui. Mereka pun foto berempat. Karena tidak puas dengan foto yang diambil Alfa, Icha memberanikan diri meminjam ponselnya Alfa. Tanpa fikir panjang Alfa memberikan ponselnya. Icha menerimanya dengan tersenyum. Mereka pun terlihat berfoto ria. Menit berlalu, akhirnya makanan datang dan mereka menyantap bersama. mereka makan sambil menikmati suasana luar mall yang terlihat akan turun hujan karena langit tampak diselimuti mendung. Tak lama hujan pun turun. Mereka tampah menikmati hujan dalam diam. Cukup lama mereka disana dan merasa bosan. Dani mengajak mereka untuk sholat asar berjamaah di musholla yang ada di mall tersebut. Saat Ia berniat berdiri, tiba-tiba seorang pelayan tak sengaja menumpahkan minuman yang dia bawa karena tersenggol oleh pelanggan yang lalu lalang. Alhasil rok Ia basah karena tumpahan minuman tersebut.

"Punya mata gak sih mbak." Bentak Alfa.

"Maaf mbak, mas. Saya tidak sengaja." Tutur pelayan itu merasa bersalah.

"Lihat donk, rok dia basah kan." Lanjut Alfa.

Pelayan itu diam ketakutan.

"Udah Alfa." Ia mencoba menenangkannya.

Pelayan itu kembali meminta maaf dan Ia menerima permintaanmaaf pelayan itu. Mereka pun pergi dari sana.

Alfa berniat membelikan celana panjang untuk Ia. Berulangkali Ia menolak namun Alfa tetap bersikap keras dengan niatnya. Alfa meminta Ia untuk memilih namun Ia tidak mau. Dia meminta Icha untuk memilihkannya namun Icha menolak karena takut jika tidak sesuai dengan selera Ia. Alfa yang kesal menjambak rambutnya sendiri dan memilih sendiri celana untuk Ia. Dia meminta Ia untuk mengikutinya karena ingin meminta saran dari pilihannya. Namun Ia menurut dengan apa yang dipilihkan Alfa. Alfa dibuat kesal dengan sikap Ia akhirnya memilih celana panjang dengan aksesories ikat pinggang. Apalagi Icha dan Dani yang sedari tadi menunggu mereka dengan duduk di kursi panjang membuat Alfa tak enak hati jika membiarkan kedua temannya terlalu lama menunggu. Alfa, Dani & Icha mengantar Ia ke toilet dan menunggunya. Menit berlalu akhirnya Ia keluar. Namun celananya tidak dipakai.

"Kok gak dipakai?" Tanya Alfa.

"Kegedean, lubang ikat pinggangnya yang paling kecil juga masih kegedean." Jelas Ia.

"Makanya jadi cewek jangan kurus-kurus." Ejek Dani.

Ia yang mendengarnya langsung mendengus kesal. Alfa menarik ikat pinggang yang dibawa Ia. Alfa pun mengeluarkan cutter dari dalam tasnya. Tanpa menanyakan ukuran ikat pinggang Ia, dia langsung membuat lubang baru dengan mengira-ngira menggunakan cutter miliknya. Icha yang melihatnya merasa cemburu melihat sikap Alfa. Sementara Ia hanya tersenyum-senyum karena mendapatkan perlakukan baik Alfa. Tak butuh waktu lama, Alfa kembali memberikan ikat pinggang tersebut kepada Ia. Ia pun masuk kembali kedalam toilet. Dalam hitungan menit, Ia keluar dengan mengenakan celana yang diberikan Alfa.

"Makasih ya." Ucap Ia dengan tersenyum.

Alfa mengangguk dengan senyum kecilnya.

"Ukurannya pas, Ya?" Tanya Dani.

"Iya." Jawab Ia.

"Ohh.." Balas Dani singkat.

Mereka pun melanjutkan langkah mereka. Sementara Icha terlihat diam dan Ia berusaha menghiburnya.

Hari berganti, kali ini Ia yang berpakaian kaos dan celana kainnya berada di taman untuk berlari. Seperti biasanya dia berlari mengitari taman seorang diri. Saat keringat mulai bercucuran dan rasa lelah menerpa, dia memperlambat langkahnya. Langkahnya terhenti tak kala melihat Caca yang dari jauh berjalan menghampirinya.

"Kak Ia." Sapanya sambil berjalan mendekat.

"Hai, sama siapa kesininya?" Tanya Ia.

"Sama Pak Rudi, tapi tadi dia pergi karena dapat telfon dari papa untuk menjemput kliennya di bandara." Jawab Caca.

"Oh, nanti kalau Caca mau pulang biar Kak Ia antar. Soalnya kan bandara Halim jauh dari sini. Bisa 1 jam atau 2 jam kalau terjebak macet."

"Iya kakak. Gampang itu mah."

Ia tersenyum melihat Caca. Tak lama ponsel Caca berdering, dilihatnya ada panggilan dari mamanya. Dia tampak malas mengangkatnya. Ternyata Mama Ira memintanya datang ke salah satu restaurant untuk makan siang bersama. Caca pun menerimanya dan mematikan ponselnya.

"Kak, tau Restaurant Andara Food gak?" Tanya Caca.

"Tau, kakak antar ya. Kebetulan kakak tadi bawa motor." Jawab Ia.

Caca mengangguk tersenyum lalu mereka pergi dari taman.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang