Ia langsung membuang kasar tangan lelaki itu lalu menjauh. Alfa dibuat kaget melihatnya. Seorang cewek mampu membuat anak jalanan merintih kesakitan hanya dengan memelintir tangannya. Belum sempat Alfa menanyakan apa yang Ia bicarakan dengan lelaki itu namun Ia memerintahkannya untuk segera membayar sambil memberikan dompetnya.
"Ngapain kalian lihat-lihat." Bentak lelaki itu kepada mereka yang memperhatikannya sejak tadi.
Mereka langsung kembali ke posisi duduk mereka.
"Alfa, lain kali gue juga pengen ketemu lagi sama cewek lo itu.." Sahut lelaki itu.
Alfa ingin menghampirinya namun niatnya terhenti saat Ia memegang jaketnya diiringi gelengan kepala. Alfa dan Ia pun pergi.
Hari berganti, kali ini jam istirahat. Suasanan kantin mulai ramai dengan kehadiran para murid. Tak terkecuali Alfa yang sedari tadi berdiri di pintu masuk kantin sambil memperhatikan seorang gadis yang sedang asyik menyantap baksonya. Gadis itu adalah Ia. Alfa dibuat kagum melihat aksi Ia kemarin yang berani memelintir tangan lelaki yang di bengkel hingga kesakitan. Alfa yakin Ia berbeda dari cewek yang lain. Dani yang baru tiba langsung ikut memperhatikan apa hal yang membuat Alfa terdiam. Ternyata Alfa memperhatikan Ia yang duduk bersama Icha.
"Masih ada ya cowok zaman sekarang bisanya cuma liatin aja, gak mau mendekat untuk mengenalnya lebih jauh." Ejek Dani sambil berjalan melintasinya.
"Apaan sih lo." Balas Alfa.
Setelah memesan makanan, Alfa tampak masih mencari tempat duduk. Namun kali ini semua meja sudah terisi semua.
"Al, gabung sama kita aja." Sahut Dani yang duduk tak jauh dari Alfa.
Tanpa fikir panjang Alfa langsung menghampiri mereka dan duduk di sebelah Dani.
"Wahh, pertama kalinya lho Alfa duduk bareng kita." Kata Icha yang senang.
"Biasa aja kali, Cha." Potong Dani.
"Siapa coba yang gak kenal Alfa, selain dikenal suka bikin onar, tapi soal pelajaran dia gak ketinggalan, apalagi orangnya juga ganteng."
Ia dan Dani kompak menatap tajam ke arah Icha, sementara Alfa yang hendak memakan baksonya dia urungkan.
"Apalagi kalau Alfa udah berubah jadi baik, pasti banyak yang suka." Lanjut Icha yang seakan lebih mengenal Alfa dibandingkan kedua sahabatnya itu.
Ia dan Dani dibuat menyengir bersamaan. Alfa bangkit dari duduknya dan pamit pergi.
"Dia yang bilang, tapi kenapa jadi kita yang malu." Kata Ia kepada Dani dengan pelan.
"Tau ahh..." Jawab Dani yang tak mau ambil pusing lalu mengambil bakso Alfa yang ditinggalkan.
Ia pun melanjutkan makannya tanpa memperhatikan Icha yang terlihat sedih karena Alfa pergi.
Dani yang sedang asyik memakan baksonya mendadak teralihkan karena melihat kunci motor yang tergeletak di kuris tempat Alfa duduk tadi. Dani berhenti makan dan mengambil kunci itu.
"Ini kuncinya Alfa, balikin, Ya." Perintah Dani sambil meletakan kunci itu didekat Ia.
"Kenapa harus aku, kamu aja."
"Gak bisa, habis ini harus kumpul." Balas Dani.
"Alasan aja, sekalian jalan kamu kasih ke dia." Jawab Ia.
"Ogah, ruang OSIS sama kelas dia itu jauh, masih dekat dari kantin ke ruang OSIS dari pada kantin ke kelasnya dia." Jelas Dani.
"Emang Alfa kelas berapa?" Ia mulai mengalah berdebat dengan Dani.
"Kelas XI IPS 1." Jawab Dani sambil mempercepat makannya.
"Kelas yang terkenal karena muridnya suka bikin onar." Timpal Icha.
Ia dan Dani hanya saling melihat satu sama lain setelah mendengar Icha yang ikut berbicara.
Kali ini Ia berjalan seorang diri menuju kelas Alfa. Icha yang tadinya menemani justru pergi ke toilet untuk buang air. Ia sudah berdiri di depan kelas Alfa, dia dibuat tercengang dengan suasana yang ada didalamnya. Ada beberapa murid lelaki berdiri di dekat pintu dengan saling mengobrol satu sama lain, ada murid lain yang saling berlarian dan salah satunya melempari dengan penghapus papan tulis, serta ada murid lelaki lain yang asyik berbincang dengan duduk di atas bangku serta yang diajak bicara duduk di meja guru. Sungguh pemandangan yang berbeda dengan kondisi kelasnya sendiri. Ia mengedarkan pandangan ke dalam ruang kelas itu namun tak dijumpai Alfa.
"Waahhhhh... demi apa seorang Ia datang ke kelas gue.." Kata salah seorang lelaki yang berdiri di dekat pintu.
"Mau nyari Alfa." Jawabnya cuek.
"Alfa lo cari, gue yang ada disini kok gak elo cari." Balas lelaki itu.
"Maaf, aku cuma mau cari Alfa." Tutur Ia hendak pergi dari kelas itu.
"Bentar, emang mau perlu apa sama Alfa."
Niat Ia diurungkan dan kembali melihat orang yang mengajaknya bicara.
"Mau kasih kunci motornya yang tadi ketinggalan di kantin." Jawab Ia sambil menunjukkan kunci motor Alfa.
"Ia, elo itu dikenal baik di sekolah ini, harusnya elo juga berteman sama orang yang baik juga. Jangan kayak Alfa yang elo ajak berteman." Kata lelaki itu sembari mendekatinya.
"Bentar, aku kesini tadi niatnya cuma mau kasih kuncinya Alfa. Tapi kenapa kamu ngomongnya gitu. Jangan menilai orang dari apa yang kamu lihat luarnya sebelum kamu tau dia itu sebenarnya kayak gimana. Karena itu gak baik." Bela Ia.
"Gak baik gimana? Justru Alfa terkenal baik di sekolah ini, semua orang mengenal baik Alfa itu kayak gimana, yaitu Alfa yang suka bikin rusuh dan segan-segan main tangan." Jelasnya.
Ia hanya tersenyum kecil dan tak mau menanggapinya. Tak lama Alfa datang dan langsung menghampiri mereka.
"Kenapa lo kesini?" Tanyanya dingin.
"Balikin kunci motor kamu." Balas Ia sambil memberikan kunci dan Alfa menerimanya.
"Alfa, lo kok bisa kenal sama Ia gimana ceritanya. Secara kalian berdua itu sikapnya sangat berbeda. Gue heran melihatnya." Kata lelaki itu kepada Alfa.
"Kenapa? Lo gak suka kalau gue bisa kenal sama dia?" Tanya Alfa.
"Gini lhoo,, kalau elo gak suka sama dia, biar gue yang suka sama dia." Jawab lelaki itu.
Ia dan Alfa dibuat bingung dengan jawaban lelaki itu. Alfa tanyanya apa sementara lelaki itu jawabannya seperti itu.
"Ia, kalau Rey suka sama Ia gak papa kan." Kata lelaki itu kepada Ia dengan menyebut namanya di iringi tangan jailnya yang berusaha meraih dagu Ia.
Alfa dengan cepat menepis tangan Rey.
"Lo apa-apaan sih?" Kata Rey tak terima dengan perlakuan Alfa.
"Lo yang apa-apaan." Bentak Alfa hingga membuat murid didalam kelas keluar kelas.
"Hey, santai bro. gue cuma mau ngajak kenalan Ia supaya Ia tau siapa gue. Ya gak Ia." Tutur Rey sambil memberikan tatapan jailnya kepada Ia.
Alfa yang emosi langsung memberikan bogem mentah tepat di pipi Rey.
"Jaga sikap elo kalau di depan cewek." Kata Alfa dengan nada tinggi.
"Alaahh,, emang elo bisa jaga sikap elo. Sikap elo yang bisanya bikin onar dan main tangan." Balas Rey yang sama emosinya.
Mereka pun saling mendekat dan memegang kerah satu sama lain karena tersulut emosi.
"Seburuk-buruknya gue tapi gue gak pernah bersikap seperti itu sama cewek." Kata Alfa.
"Munafik." Jawab Rey singkat.
Satu pukulan Alfa mengenai tepat di hidung Rey.
"Diluarnya aja lo bisa kasar dan main tangan sama orang lain, sementara sisi dalamnya elo bisa jaga sikap dan menghargai seorang cewek. Itu kan yang mau lo bilang." Lanjut Rey.
Alfa ingin melayangkan pukulan lagi, namun niatnya terhenti saat Ia memegangi bajunya.
"Alfa,, berhenti.." Pinta Ia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Ficção AdolescenteAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...