Keesokan harinya di sekolah, Ia , Icha dan Dani sedang berbincang-bincang di dalam kelas. Mereka memilih menunggu bel masuk berbunyi dengan berada di dalam kelas. Teman kelas Ia juga sudah mulai datang hingga membuat suasana kelas menjadi ramai. Namun suasana ramai itu berubah menjadi diam saat mengetahui Alfa datang dan langsung menghampiri bangku Ia. Sontak pandangan langsung tertuju kepada mereka.
"Kamu ngapain kesini?" Tanya Ia masih dengan posisi duduknya.
"Lo bilang gue harus berani meminta maaf. Karena gue punya banyak salah sama elo, gue mau elo orang pertama yang menerima kata maaf dari gue." Jawabnya.
Sontak membuat penghuni kelas tak percaya mendengarnya. Alfa yang suka membuat rusuh berani mengatakan maaf untuk pertama kalinya kepada seorang perempuan. Sebagian cewek yang suka dengan Alfa di buat tak percaya mendengarnya, ada yang iri ada pula yang tersenyum bahagia karena mendengar Alfa mengucap kata maaf. Namun berbeda dengan Ia yang dibuat malu karenanya. Pandangan semua murid hanya mengarah kepadanya dan Alfa.
"Gara-gara gue elo jadi terluka, gue minta maaf untuk semua kejadian yang terjadi waktu itu hingga membuat elo terluka." Lanjutnya.
"Terluka?" Tanya Dani tak mengerti.
Sontak Ia melihat Dani dengan perasaan was-was. Saat Dani ingin meminta penjelasan dari Alfa, bel masuk berbunyi. Alfa pun pergi tanpa memberikan penjelasan kepada Dani. Ia pun merasa lega melihatnya. Namun kali ini Dani melihatnya dengan tatapan curiga. Ia pun berdalih dengan mengeluarkan buku pelajarannnya.
Saat jam istirahat tiba, Dani langsung menghampiri Ia. Ia meminta penjelasan dari maksud terluka yang Alfa ucapkan tadi pagi. Namun sayangnya ada panggilan OSIS hingga membuat Dani harus segera berkumpul. Kali ini Ia merasa terselamatkan.
Di ruang guru, Dani dan Andi memintakan tanda tangan Bu Retno yang selaku sebagai bendahara sekolah untuk menandatangani beberapa berkas.
"Beberapa waktu itu Ia datang ke UKS untuk mengganti perban di pergelangan tangan kirinya ditemani Alfa. Ada luka sayatan cukup panjang disana, apa kamu tahu penyebabnya apa Andi?" Tanya Bu Retno kepada ketua kelas yang ternyata guru yang menggantikan perban Ia waktu itu.
"Saya tidak tau, Bu." Jawab Andi lalu melirik Dani.
Dani hanya mengangkat bahu tanda ia tak tahu apa-apa.
Selepas dari ruang guru, Dani langsung menuju kantin yang dia yakini Ia dan Icha pasti disana. Benar sekali mereka sedang asyik berbincang ditemani es jeruk.
"Tangan kiri kamu kenapa di perban? Apa karena Alfa?" Tanya Dani.
Sontak Ia di buat kaget dengan pertanyaan Dani yang datang tiba-tiba.
"Oh ya? Kenapa Ia?" Tanya Icha dengan khawatir.
Belum sempat Ia menjawab, Dani langsung berjalan menghampiri Alfa yang baru datang.
"Kamu apain lagi Ia?" Tanyanya dengan kesal.
Sikap Dani yang berani mendatangi Alfa sontak menjadi pusat perhatian. Ia langsung bangkit dan menghampiri mereka.
"Dan, jangan bikin ulah." Kata Ia dengan pelan.
"Kamu udah berapa kali sakit gara-gara dia Ia?" Tanyanya dengan menahan emosi.
"Nanti aku jelasin, kamu gak mau kan jadi pusat perhatian?" Balas Ia.
Dani pun melihat sekitarnya, benar saja semua pandangan tertuju kepadanya.
"Ngapain liat-liat." Ucap Alfa dengan nada tinggi kepada penduduk kantin setelah melihat sikap Dani yang memandang ke segala penjuru arah.
Ia mengajak Dani di salah satu sudut taman sekolah. Alfa juga berada disana karena ditakutkan ada kesalahfahaman. Ia pun menjelaskan semua yang terjadi beberapa waktu dan niat baik yang mengantarnya ke klinik serta mengantarnya pulang sekolah. Ada raut wajah kesal dari Dani megetahui sahabatnya terluka karena benda tajam yang disebabkan oleh Alfa.
"Kamu mau bikin ulah apa lagi supaya Ia bisa kamu sakiti lagi." Kesal Dani.
"Gue udah minta maaf." Balas Alfa yang tak mau melihat orang yang dihadapannya sekarang.
"Aku harap ini yang terakhir buat Ia, kalau kedepannya Ia kenapa-napa dan lebih parah dari ini. Aku bakal buat perhitungan sama kamu." Tegas Dani.
"Danii.." Putus Ia yang tak suka mendengarnya.
Dani tak menanggapinya dan langsung meninggalkan mereka.
"Kenapa dia bersikap saperti itu cuma buat elo?" Tanya Alfa.
"Karena dia sahabat aku sejak kecil. Tau gimana aku sebenarnya, yang semua orang gak tau aku ini sebenarnya seperti apa." Jawab Ia dengan senyum kecil.
Alfa tak menjawab, dia menyadari arti dari kalimat Ia yang dia dengar. Seakan ada hal yang disembunyikan dan itu hanya Dani yang tahu.
"Gak selamanya apa yang kamu lihat akan sama dengan kenyataannya." Lanjut Ia.
"Emangnya elo yang kayak gimana?" Tanya Alfa.
Ia hanya tersenyum kecil di iringi gelengan kepala. Alfa tak mengerti maksud Ia. Ia pun meninggalkan taman itu tanpa memperdulikan Alfa yang berada disana.
Suasana malam, Ia dan Icha sedang asyik berjalan-jalan di salah satu mall di kotanya. Suasana begitu ramai karena esok adalah tanggal merah. Kali ini Dani tidak ikut karena ada urusan. Melihat-lihat beberapa barang wanita meskipun tidak ada niatan untuk membeli. Kadang membandingkan harga disini dengan di tempat lain dan sekedar mencoba lalu di kembalikan di tempat semula. Setelah lelah mereka memilih berhenti disalah satu tempat makan dengan memesan 2 jus jambu dan kentang goreng. Obrolan mereka pun berlanjut dan diiringi dengan tawa. Tanpa mereka sadari ada seorang lelaki yang memperhatikan mereka. Apalagi tawa dan senyuman Ia yang membuat lelaki itu hanya fokus untuk memperhatikannya. Lelaki itu pun memutuskan untuk menghampiri mereka dan langsung duduk ikut bergabung.
"Alfa.." Kata Ia yang kaget dengan kehadiran Alfa.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Icha yang begitu penasaran dengan kehadiran Alfa tiba-tiba.
"Gue gak boleh gabung sama kalian?" Tanya Alfa balik.
"Bo..boleh." Jawab Icha terbata-bata.
Ia hanya cuek sambil meminum jusnya melalui sedotan. Alfa sepintas memperhatikan Ia yang membuatnya heran karena berbeda dengan respon Icha yang mengetahui kedatangannya. Suasana hening sesaat tanpa ada obrolan.
"Malam ini gue yang traktir, silahkan kalian mau pesan apa." Kata Alfa memecahkan keheningan kala itu.
"Beneran?" Jawab Icha antusias.
Alfa mengangguk, lalu dia langsung memanggil pelayan disana. Icha dan Ia sama-sama memesan nasi goreng dan Alfa juga ikut-ikutan memesannya. Setelah menit berlalu akhirnya pesanan mereka datang. Mereka pun menyantap bersama.
"Kapan-kapan bolehlah jalan bareng lagi. Nanti gantian aku yang traktir." Kata Icha.
Alfa hanya tersenyum kecil.
"Oh ya, Fa. Kapan-kapan ganti pula penampilan kamu. Mulai dari rambut di tata rapi biar makin ganteng kayak di mall waktu itu, supaya cewek-cewek tambah suka sama kamu." Tutur Icha.
Tiba-tiba Ia tertawa kecil lalu langsung menahannya, entah kenapa sahabatnya yang satu ini begitu berani atau memang polos. Seakan-akan meminta Alfa untuk melakukannya supaya Icha makin tambah suka kepada Alfa.
"Kalau rambut udah rapi, dirapikan juga seragamnya. Baju dimasukkan, lengkap pakai dasi dan sabuk. Kalau penampilan kamu disekolah udah baik,seiring berjalannya waktu mereka yang mempunyai penilaian buruk tentang kamu jadi berkurang. Soalnya kamu udah mulai berubah."
Seketikan Ia dan Alfa kaget mendengarnya. Alfa langsung memberikan tatapan tajam kepada Icha. Icha yang menyadarinya dibuat berkeringat dingin. Icha yang melihat Ia hanya diam sambil menelan ludah, lalu melihat Alfa yang tak henti memberikannnya tatapan tajam membuat Icha sedikit takut.
"A..aku ke toilet dulu ya." Pamitnya langsung pergi tanpa mendengar jawaban dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Fiksi RemajaAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...