16

661 20 0
                                    

Alfa melihat ke arah Ia lalu tak lama memejamkan mata sambil menahan emosi. Alfa melepas kerah Rey dengan kasar.

"Ia, jangan cuma perhatian sama Alfa, elo harusnya perhatian juga sama gue." Kata Rey.

Ia hanya diam tak membalas namun diiringi senyum kecil.

"Tuh kan, elo senyum gue tambah suka tau." Lanjut Rey.

"Lo pergi aja. Kalau elo masih disini, Rey gak bakalan berhenti gombalin elo." Kata Alfa.

"Aku pergi tapi kamu jangan kasar lagi sama teman kamu ini." Pinta Ia.

Alfa mengangguk pelan.

"Tuh kan, akhirnya Ia belain gue. Kalau Alfa gak mau jadiin elo pacar, gue mau kok jadiin elo pacar gue." Kata Rey di iringi senyumnya.

Ia yang mendengarnya hanya tersenyum kecil lalu pamit pergi. Alfa yang berniat masuk ke kelas berhenti karena kaki Rey tiba-tiba menghalanginya.

"Alfa, gue serius tau sama omongan gue tadi." Kata Rey dengan nada candaan.

Alfa menatap tajam ke arah Rey.

"Di sekolah ini siapa coba yang gak kenal sama Ia. Siswa berhijab, orangnya baik, suka menolong dan dikenal karena kepintarannya. Bohong kalau ada orang yang gak suka sama dia kecuali orang itu benci sama dia. Gue emang gak sebaik dia, tapi jujur gue emang suka sama dia. Kalaupun di kasih kesempatan buat jadi pacarnya dia, kenapa enggak." Jelas Rey lalu masuk ke kelas sambil mengelus-elus pipinya dan meninggalkan Alfa.

Murid yang memperhatikan mereka seketika bubar dan kembali ke bangkunya. Alfa yang mendengar kalimat Rey hanya bisa diam dan menghela nafas panjang.

Malam pun tiba, kali ini Ia diminta Bibi untuk membeli sayur dan bumbu dapur disalah satu pasar yang buka di malam hari. Ia langsung menghampiri pedagang langganannya sambil memberikan secarik kertas yang ditulis bibinya. Sambil menunggu pedagang yang sibuk mencari pesanannya, Ia berdiri santai sambil melihat suasana malam saat itu. Jalanan yang masih ramai oleh lalu lalang kendaraan dan hilir mudik orang yang mencari kebutuhan di pasar itu. Menit berlalu akhirnya belanjaan Ia sudah masuk ke dalam tas. Sang pedagang memberikan tasnya sambil mengatakan total belanjanya. Ia memberikan uangnya lalu pergi. Baru beberapa beberapa langkah dari kedai pedagang, ada gerombolan lelaki yang berlari melintasinya. Ia berhenti sambil menurunkan tas belanjaannya karena berat. Namun sayangnya salah satu dari mereka ada yang terjatuh dan mengenai tas belanjaan Ia. Teman-temannya yang mengetahui justru meninggalkannya. Sebagian belanjaan Ia keluar dari tasnya, namun sangat disayangkan telurnya 1 kg harus pecah dan sayurannya kotor karena kelakuan lelaki itu. Ia mendengus kesal melihatnya. Lelaki itu yang merasa bersalah akhirnya berdiri dan meminta maaf.

"Sorry sorry, gue gak sengaja." ucap lelaki itu sambil memasukkan barang belanjaan Ia.

"Gak papa." Balas Ia.

Seperti mengenal suara Ia, lelaki itu pun melihat ke arah Ia.

"Ia." Panggil Rey.

Ia tersenyum kecil saat mengetahui lelaki itu adalah Rey.

"Okey, gue bakal ganti sayur sama telur elo. Disitu kan elo belinya." Lanjut Rey sambil berjalan ke kedai yang tak jauh darinya dengan membawa tas belanjaannya Ia.

"Coba elo cek yang harus gue ganti apa aja." Kata Rey kepada Ia yang baru sampai.

"Heemm.." Balas Ia.

"Heemmm apaan, elo cek yang harus gue ganti apa aja." Ulang Rey.

"Pak, tadi belanjannya ada yang rusak karena dia. Coba bapak lihat barang apa aja yang hancur dan gak ada di daftar yang saya kasih tadi. Nanti bapak total yang diganti apa aja, dia yang akan bayar." Pinta Ia kepada sang penjual.

Rey pun memberikan tas itu kepada si penjual. Mereka menunggu dengan saling diam.

"Malam begini kok masih mau belanja ke pasar?" Tanya Rey dengan melihat Ia.

"Iya, soalnya kalau pagi bibi gak ada yang ngantar ke pasar. Kalau beli sama tukang sayur yang lewat harganya kemahalan." Jawab Ia dengan menikmati suasana jalanan.

"Oh ya, kenapa kamu gak bilang aja barang yang mesti aku ganti apa dari pada kasih tas kamu ke bapak pedagang. Kasihan bapaknya yang harus mengeceknya satu per satu."

"Emm,,, barang aku yang rusak tadi kan banyak, dari pada aku salah bilang sama bapak barang apa yang harus diganti jadi biar bapaknya sendiri yang mencocokkan dengan daftar belanjaan yang aku kasih tadi." Jelas Ia.

"Jangan bilang kamu gak tau..."

Belum sempat Rey meneruskan kalimatnya sang pedagang memberikan tas Ia yang sudah mengganti belanjaan yang rusak dengan belanjaan yang baru. Ia menerimanya dengan berterima kasih diiringi senyum.

"Terima kasih udah mau ganti belanjaan aku, dan jangan lupa dibayar." Kata Ia sambil melangkah pergi.

Rey yang masih ingin melanjutkan obrolannya hanya bisa pasrah melihatnya.

Hari berganti, sepulang sekolah Ia menunggu Caca di taman karena mereka ingin bermain disana sebagai pengganti waktu itu yang sempat berakhir karena Ia harus mengantarkan dompet Alfa. Tak butuh waktu lama Ia menunggu, Caca turun dari mobil dan segera menghampiri Ia.

"Kak Ia apa kabar?" Tanyanya setelah mendekat.

"Kabar baik, kamu sendiri?" Ia tanya balik di iringi senyum.

"Sama baiknya, enaknya hari ini kita ngapain ya, Kak?" Tanya Caca lagi sambil duduk.

"Kita jalan-jalan sambil bercerita di sekitar taman ini, nanti Kak Ia belikan es krim."

Caca langsung mengangguk dan bergegas berdiri. Dia menarik tangan Ia dan mulai berjalan bersama. Caca terlihat bahagia saat itu. Dia mulai bercerita tentang sekolahnya, teman-temannya, orang tuanya bahkan sopir dan pembantunya. Ia menjadi pendengar sejati. Tak lupa Ia berikan candaannya hingga membuat Caca tertawa lepas. Namun sayang tawa Caca berhenti tak kala melihat tiga lelaki yang Caca kenal salah satunya. Caca segera berlari menghampiri mereka disaat seorang lelaki bersiap melayangkan pukulannya kepada temannya.

"Kakak berhenti.." Teriak Caca.

Alfa yang menyadari kedatangan Caca langsung melepas temannya dan membiarkan kedua temannya itu pergi.

"Kenapa kakak mau pukul dia? Salah dia apa?" Caca terlihat marah.

"Karena mereka gak nurut sama kakak." Balas Alfa sambil menahan amarah.

"Gak semua masalah harus diselesaikan dengan tangan kasar kakak, pasti kakak tidak berfikir kalau orang yang kakak pukul nanti akan sakit karena ulah kakak." Jelas Caca lalu pergi.

Ia yang berniat mengejar Caca namun dia urungkan dan menghampiri Alfa.

"Mungkin kamu biasa aja kalau orang lain mengeluh dengan sikap kamu, tapi bagaimana rasanya kalau adik kamu sendiri yang melihat sikap kamu dan mengeluh dengan sikap kamu yang belum berubah." Tutur Ia lalu kemudian pergi.

Alfa hanya terdiam mendengarnya tanpa mau tergerak untuk menyusul adiknya.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang