4

1.2K 39 0
                                    

Lelaki yang jatuh tersungkur itu juga melihat datangnya suara.

"Lo ngapain disini?" Tanya Alfa sambil menurunkan tangannya.

"Ini tempat umum, siapa aja boleh kesini. Kamu sendiri ngapain mukul orang disini."

Belum sempat menjawab mereka mendengar derap-derap langkah yang berjalan mendekat. Ada gerombolan lelaki jalanan yang seorang di antara mereka membawa balok kayu. Orang itu melayangkan baloknya namun Alfa berhasil mengelaknya. Sayangnya balok itu justru mengenai pundak kanan Ia dan membuatnya tersungkur. Alfa yang melihatnya kaget dan langsung menghampirinya. Sementara lelaki yang terjatuh tadi segera bangun dan mereka langsung kabur karena mengetahui korbannya orang lain. Tampak raut kesakitan terlihat pada Ia. Rasa bersalah Alfa kembali muncul. Sudah kesekian kalinya Ia merasa sakit karenanya. Alfa mengulurkan tangan, namun Ia menolak dan bangkit sendiri. Mereka duduk di salah satu bangku taman. Alfa diliputi rasa bersalah dan khawatir melihat Ia yang menjadi korbannya.

"Gue bawa ke rumah sakit ya?" Ajak Alfa.

"Gak perlu." Jawab Ia.

"Dia tadi pake balok kayu, gue yakin itu sakit banget." Tutur Alfa.

"Nanti juga ilang sakitnya. Dan kamu buat masalah apa lagi? Sampai buat mereka nyari kamu pake balok kayu."

"Emang kenapa? Lo gak suka sama gue yang kayak gini?" Tanya Alfa dengan nada tinggi.

"Aku boleh gak minta satu hal sama kamu?" Tanya Ia balik tanpa menjawab pertanyaan Alfa.

Alfa diam tak menjawab.

"Coba berubah jadi yang lebih baik. Jangan suka buat onar, emosian, dan gak main tangan. Andaikan aku teman kamu, buatlah gimana caranya supaya aku bisa nyaman temenan sama kamu." Pinta Ia, lalu berdiri dari duduknya.

"Gue antar pulang."

"Mau berani ngantar pulang? Coba belajar dulu gimana caranya minta maaf." Tutur Ia lalu berlalu dari hadapan Alfa.

Hari berganti, Ia berjalan seorang diri menuju ruang guru dengan membawa tumpukan buku dari teman sekelasnya. Berjalan melewati pinggiran dan pandangannya tertuju kepada seorang lelaki yang berdiri di tengah lapangan. Ia menghentikan langkahnya dan mengamati lelaki itu. Ternyata Alfa sedang di hukum dengan memberi hormat kepada sang merah putih. Ia memberanikan diri menghampirinya.

"Kapan mau berubah? Percuma sekolah tapi kalau tiap hari di hukum dan gak punya temen." Sindir Ia saat berdiri di sampingnya.

"Lo siapa mau ngatur gue? Haaa.." Bentak Alfa.

"Aku mungkin murid yang baru kenal siapa itu Alfa, tapi sayangnya baru kenal aku udah sakit aja gara-gara kamu." Jawab Ia pelan .

"Ya udah, jauh-jauh sana gak usah deket-deket."

"Kejadian sore itu buat aku sadar, aku harap cukup aku aja yang terakhir yang kena balok itu, gak usah ada yang lain. Kenapa? Karena itu sakit, Al. Bukan hanya sakit karena pukulan, tapi yang lebih sakitnya aku gak tau masalah kamu apa sama mereka, namun akhirnya aku yang kena." Jelas Ia lalu pergi.

Alfa terdiam sambil melihat Ia yang kini sudah mulai menjauh dari tempatnya berdiri. Semenjak kejadian sore itu Alfa masih diliputi rasa bersalah dan belum meminta maaf.

Malam pun datang, Ia mengendarai motornya seorang diri untuk pulang setelah membeli beberapa keperluan. Mendadak ia memperlambat motornya karena ada gerombolan lelaki di pinggir jalan. Setelah ia amati ternyata gerombolan itu sedang berusaha mengeroyok seorang lelaki yang masih berusaha melawan. Semakin diamati membuat Ia terkejut mengetahui siapa seorang lelaki yang menjadi sasaran mereka, dia Alfa. Ia segera menghentikan motornya. Berniat ingin melerai mereka, namun langkah Ia dipercepat saat mengetahui salah seorang dari mereka mengeluarkan pisau dan berniat melukai Alfa. Lelaki itu sudah bersiap ingin menusuk Alfa, Ia yang datang segera mendorong tangan orang itu. Sayangnya orang itu berhasil mengelak dan reflek pisau yang dibawanya melukai pergelangan tangan kiri Ia. Orang itu yang menyadari sasarannya kali ini salah langsung pergi dan di ikuti para temannya. Alfa langsung khawatir tak kala melihat darah keluar dari tangan Ia. Segera Alfa membawanya ke klinik terdekat.

Setelah menjalani perawatan dan mengharuskan tangannya di balut, Ia langsung keluar dari klinik. Niatnya untuk langsung pulang ia urungkan karena Alfa.

"Gue mau antar lo pulang." Pinta Alfa.

"Gak perlu." Tolak Ia.

"Gue mau antar lo pulang kenapa lo gak mau?" Balas Alfa mulai dengan nada tingginya.

"Karena aku emang gak mau. Coba hargai aku yang ada di depan kamu saat ini."

Alfa melihat Ia dengan seksama, Ia yang ada didepannya saat ini adalah Ia yang berpenampilan sederhana dengan balutan hijabnya.

"Aku gak mau orang-orang berfikiran yang enggak-enggak. Gimana pendapat mereka kalau tau cewek pakai hijab pulang malam diantar cowok." Lanjut Ia.

"Gue cuman mau pastiin lo selamat sampai rumah, itu aja." Balas Alfa.

Kali ini Ia tak mau berdebat panjang, Ia hargai niat baik Alfa, akhirnya ide pun muncul.

Menit panjang berlalu, Ia sampai di rumahnya. Sebuah motor yang mengikutinya juga ikut berhenti. Ia yang langsung turun dari motornya membuat seseorang yang di bonceng di motor belakangnya ikut turun.

"Makasih udah antar aku pulang." Ucapnya.

"Iya, tangan lo kayak gitu gara-gara gue." Balas Alfa.

"Gak papa, beberapa hari ke depan juga udah sembuh. Aku masuk dulu, kamu pulangnya hati-hati."

Alfa tak menjawab, dia hanya fokus melihat pergelangan Ia yang kini terbalut perban.

"Udah malam, Al." Lanjut Ia lagi.

"Gue pulang." Pamit Alfa.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang