1

2.8K 61 0
                                    

Suasana sekolah mulai ramai dan kini Ia sudah berada di kantin sekolah. Kali ini dia duduk sendiri sambil di temani segelas teh hangat dan menanti kehadarian Icha & Dani, sahabatnya. Tehnya sudah tersisa setengah gelas, namun mereka belum datang. Ia mulai bosan dan berdiri. Ia melihat keluar kantin dan masih tidak melihat batang hidung mereka. Ia duduk kembali dan menghabiskan tehnya, lalu pergi. Baru beberapa langkah keluar dari kantin Ia akhirnya melihat sahabatnya berjalan mendekat ke arahnya.
"Kemana saja kalian? Kenapa baru datang?" Tanyanya sambil menghentikan langkah.

"Dilapangan lagi ramai, kamu tahu kenapa?" Dani tanya balik.

Ia hanya menggelengkan kepalanya.

"Alfa di hukum Pak Bani karena dia bikin rusuh di parkiran." Lanjut Dani.

"Padahal Alfa itu anak orang kaya, papanya salah satu donator terbesar di yayasan sekolah kita. Tapi kenapa dia kayak gitu ya." Kata Icha prihatin.

Ia dengan seksama mendengarnya.

"Ia ngomong donk." Dani.

"Aku harus ngomong apa?" Tanya Ia.

"Jadi cewek jangan cuek-cuek Ia." Balas Dani.

"Aku tau siapa Alfa, tapi cuma sebatas kenal. Kenal karena dia anak donatur di sekolah kita." Jawab Ia.

"Kok gitu sih respon kamu." Dani geregetan.

"Emang harus gimana?" Ia tanya balik.

"Tanya kek dia bikin rusuh apa, sama siapa. Icha udah bilang Alfa siapa , eh kamunya ngulangin." Kesal Dani.

"Udah udah, jangan pada ribut. Ia mau lihat gak?" Tanya Icha.

Ia mengangguk dan mereka pun pergi ke lapangan.

Disana Pak Bani berdiri di depan Alfa. Tampak raut kesal dari wajah beliau karena terlalu sering menangani masalah Alfa. Murid-murid pun ikut terfokus ke tengah lapangan karena cara berbicara Pak Bani yang sudah bernada tinggi. Apalagi yang dihukum adalah murid paling terkenal di sekolah. Murid yang suka membuat onar namun berwajah tampan. Tak jarang disaat dia dihukum beberapa murid perempuan ikut berdatangan ke lapangan. Namun pandangan mereka teralihkan karena Ia ikut bergabung disana. Ia cukup dikenal di sekolah karena penampilannya yg berbeda dari yg lain.  Ia yang menyadari kedatangannya membuat mereka mengalihkan pandangan langsung melempar senyum. Namun tak lama suara Pak Bani mengalihkan pandangan mereka kembali dan terfokus ke tangah lapangan.

"Saya sudah lelah sama kamu, kalau kamu masih mengulang kesalahan yang sama, Bapak tidak segan-segan menskors kamu, atau Bapak panggil papa kamu ke sekolah." Gertak beliau.

Karena Pak Bani guru olahraga, ia meminta Alfa untuk membersihkan bola basket yang ada di pinggir lapangan karena kotor terkena lumpur kemarin. Alfa berjalan malas ke pinggir lapangan tanpa menghiraukan murid-murid yang memperhatikannya. Dia pun duduk dan mengambil satu bola lalu ia bersihkan dengan air keran. Alfa yang mulai risih dengan tatapan para murid akhirnya naik pitam.

"Apa loe liat-liat?"

Mereka kaget. Namun salah satu dari mereka ada yang mengejek Alfa karena sering membuat onar. Alfa pun melempar bola yang ia pegang ke arah segerombolan murid tanpa tahu dari mana sumbernya. Bola basket melayang . BUKKKKK... Bola itu terkena kepala Ia . pandangannya mulai gelap dan akhirnya pingsan.

Beberapa menit berlalu akhirnya Ia mulai membuka mata. Dilihatnya ruangan dan gorden serba putih, diliriknya kanan kiri namun tidak ada orang. Ia pun bangun sambil memegang kepalanya yang masih terasa sakit. Diliriknya jam dinding dan sudah pukul 07.30. Lama juga ia pingsan. Ia pun berdiri dan berjalan keluar. Baru saja Ia keluar dari pintu, Ia dikagetkan dengan keberadaan Alfa. Alfa berdiri bersandar tiang sambil menatap kosong ke depan. Karena mendengar dengar langkah, Alfa pun berbalik.

"Lo mau kemana?" Tanyanya dingin.

"Mau ke kelas." Jawab Ia singkat.

"Kalau gue bilang lo disini, disini aja." Balas Alfa denga nada sedikit tinggi.

Ia pun tak menggubris dan tetap melangkah pergi. Baru beberapa langkah berjalan namun Alfa langsung meraih lengannya. Tampak jelas Ia tidak suka diperlakukan seperti ini karena cengkraman tangan Alfa membuatnya merasa sakit. Apalagi Alfa menatapnya dengan tatapan tajam.
"Bisa dilepas gak?" Pinta Ia yang mulai menahan emosi.

"Lo disini aja." Jawab Alfa masih dengan tatapan tajamnya.

"Kalau aku gak mau kenapa?" Balas Ia dengan senyuman sedikit mengejek.

Alfa yang melihatnya tak percaya, perempuan yang ada didepannya saat ini sedang menatapnya dengan tatapan mengejek.

"Karena gue diminta Pak Bani untuk menjaga lo di UKS. Jadi nurut sama gue." Balas Alfa sembari menambah tekanan cengkraman di lengan Ia.

Ia tampak kesakitan tapi ia diam tak mengeluh.

"Ngerti gak." Alfa semakin mencengkeram lengan Ia.

"Aaahhhh, sakittt...." Ia pun akhirnya mengeluh.

Alfa yang mendengarnya langsung melihat tangannya sendiri. Bukannya melepas tangannya, justru dia menatap Ia dengan perasaan bersalah. Ia pun mengeluh tanpa mau melihat lelaki yang di depannya. hingga akhirnya Alfa melepaskan cengkeramannya.

"Lo belum sehat, disini aja." Kata Alfa dengan menurunkan nada bicaranya.

"Gak papa, aku udah baikan."

"Kalau gue gak jagain lo, gue dimarahin sama Pak Bani."

"Bilang aja aku udah sehat dan aku mau ke kelas. Jadi kamu gak kena marah Pak Bani." Jawab Ia dengan sedikit tersenyum manis.

Alfa tak menjawab, dia terdiam melihat perempuan yang ada didepannya saat ini. Tadi dia senyum mengejek, mengeluh kesakitan dan akhirnya tersenyum manis kepadanya.

"Aku pergi dulu." Pamitnya lalu pergi.

Alfa pun akhirnya mengikut di belakang. Ia yang merasa diikuti akhirnya menoleh ke belakang.

"Kenapa ngikuti aku?" Tanyanya sambil berjalan pelan.

"Buat memastikan kalau kamu udah sampai dikelas dengan selamat."

**

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang