24

500 17 0
                                    

Jam istirahat di kantin, Ia dan Icha sedang asyik menyantap bakso pesanan mereka. Alfa yang baru datang langsung mengarahkan pandangannya kepada Ia. Ia yang menangkapnya langsung tak menghiraukannya dan melanjutkan makan. Alfa memesan bakso dan langsung mengambil tempat duduk tak jauh dari Ia. Alfa menyantap baksonya sambil sesekali melirik ke arah Ia. Dia tak memperdulikan suasana saat itu dimana para cewek asyik melihatnya dengan penampilan barunya. Ia yang masih merasakan Alfa tak henti-hentinya merasa risih namun dia tetap melanjutkan makannya. Tiba-tiba segelas es jeruk menyiram wajahnya. Sontak dia kaget bahkan pengunjung kantin melihat kejadian itu. Dia mengelap pelan wajahnya dengan tangan tanpa mau melihat orang yang sudah bersikap tidak baik dengannya.

"Di tempat ramai kayak gini elo masih enak main mata sama dia ya?" Ketus Shila.

"Apa maksud kamu?" Tanya Ia sambil berdiri.

"Alahhh, gak usah bohong, sedari tadi gue lihat elo ngelirik-lirik Alfa." Ucap Shila sambil menunjuk-nunjuk Ia.

"Bukan dia yang ngelirik gue, tapi gue yang ngelirik dia." Sahut Alfa yang sudah mendekat.

Ia dan Shila kaget mendengarnya, apalagi Icha yang diam tak percaya Alfa mengatakannya.

"Apa bagusnya dia dari gue?" Tanya Shila sambil mendorong kasar pundak Ia.

"Dia lebih baik dari pada elo, dan elo sama sekali gak ada baik-baiknya." Jawab Alfa kasar sambil menarik lengan Ia mengajaknya pergi dari sana.

Alfa tak memperdulikan sikapnya saat ini yang menjadi tontonan para pengunjung kantin sementara Ia hanya menahan malu sambil menundukkan kepala.

Alfa mengajaknya pergi ke toilet, Alfa berhenti di depan toilet cewek dan membiarkan Ia masuk. Setelah selesai Ia keluar dari sana dan Alfa memintanya duduk di kursi panjang dekat toilet. Alfa berdiri sambil mengamati gadis yang saat ini sudah duduk di depannya.

"Gue minta maaf karena perlakukan yang udah Shila perbuat sama elo."

"Gak papa, lagian kan bukan kamu yang salah." Balas Ia dengan senyum kecil.

"Tapi tetap aja Shila kayak gitu ke elo gara-gara gue."

"Shila yang salah, bukan kamu. Lagian aku juga gak papa." Jelas Ia dengan masih tersenyum.

"Cewek kalau ngomong gak papa, pasti dia kenapa-napa. Bilang aja kalau elo marah karena Shila sering kayak gitu sama elo dan itu gara-gara gue."

"Enggak Al. aku beneran gak papa. Justru dengan Shila kayak gitu bisa melatih aku untuk bersabar dan gak marah."

"Oke, terserah elo mau bilang apa. Kalau gitu nanti gue antar pulang." Ajak Alfa.

"Maaf, tapi aku gak bisa." Ia menolaknya.

"Tolak aja terus." Kesal Alfa lalu meninggalkan Ia.

Ia hanya diam melihat Alfa pergi sambil menghela nafas panjang. Dia tak mengerti kenapa sikap Alfa sejauh ini kepadanya.

Pulang sekolah Alfa masih berada di parkiran. Dia menunggu seseorang yang dia hafal betul orang itu akan pulang disaat suasana mulai sepi. Dan benar saja, Ia kali ini berjalan seorang diri dan berlalu begitu saja dari parkiran meskipun melihat Alfa sudah ada disana. Dia langsung ke gerbang sekolah, sudah ada lelaki berseragam sama dengannya yang menunggunya dengan menaiki motor. Ia langsung membonceng di belakang karena sudah kenal dengan lelaki itu. Alfa di buat kesal melihatnya.

Sepulang sekolah Alfa langsung menuju ke rumah Ia. Ia ternyata belum pulang dan Bi Asih mempersilahkan Alfa duduk sambil menunggu kedatangan Ia. Menit berlalu akhirnya ada sebuah motor matic masuk ke halaman rumah Ia. Tak selang lama Ia turun dari motor itu dan memberikan helm kepada lelaki yang memboncengnya. Mereka berjalan bersama menghampiri Alfa yang berdiri di teras rumah.

"Ngapain lo kesini?" Tanya lelaki itu tanpa basa-basi.

"Elo siapa?" Tanya Alfa yang dibuat bingung dengan seorang lelaki didepannya.

"Gue Ian." Jawab lelaki itu memperkenalkan diri.

"Ian?" Ucap Alfa mengulang nama lelaki itu.

"Abang aku." Timpal Ia.

"Kok elo gak bilang kalau Ian ini abang lo?" Tanya Alfa.

"Emang kamu pernah tanya?" Ia tanya balik.

Alfa tak menjawab.

"Kayaknya gue kenal sama elo." Kata Alfa kepada Ian.

Ian hanya tersenyum sinis.

"Sial, elo kan yang udah nabrak gue dua kali, gue panggil elonya gak jawab." Kesal Alfa setelah mengingat kejadian dirinya ditabrak lelaki di sekolah.

"Abang mana yang terima adiknya diperlakukan kasar sama cowok kayak elo." Jawab Ian.

"Oh.. ceritanya elo mau balas dendam karena gue udah berlaku kasar sama adik elo."

"Iya, dan itu gue melakukannya dengan sengaja. Apalagi kejadian yang tadi pagi. Gue antar adik gue sampai ke kelas, baru aja jalan beberapa langkah gue denger elo gebrak meja dan bentak adik gue. Gue balik lagi ke kelasnya, gue tunggu waktu yang pas. Elo keluar, akhirnya gue tabrak." Jelas Ian dengan tersenyum.

"Parah lo." Balas Alfa.

"Biarin." Kata Ian dengan senyum sinisnya.

"Udah, jangan berantem.." Keluh Ia lalu masuk ke dalam rumah.

Alfa dan Ian dibuat saling melihat satu sama lain.

"Akhir-akhir ini gue udah memperhatikan elo yang mecoba dekat dengan adik gue. Setelah gue amati dari sikap elo kepada adik gue, gue pun tau kalau sebenarnya elo suka sama adik gue."

"Deket sama orang bukan berarti gue suka sama orang itu." Balas Alfa.

"Munafik. Gue gak masalah kalau elo suka sama adik gue. Yang jadi masalah adalah gue gak suka kalau elo bersikap kasar sama adik gue, apalagi kalau gue tau adik gue terluka gara-gara lo." Jelas Ian pelan lalu berjalan meninggalkan Alfa.

Alfa terus memperhatikan Ian yang semakin mendekati pintu rumah.

"Ngapain masih disitu? Masuk sini. Gue izinin teman adik gue masuk ke rumah soalnya udah ada gue." Ajak Ian.

Alfa pun melangkahkan kakinya masuk ke rumah Ian. Alfa mengikuti Ian yang langsung mengarah ke dapur. Disana Ian duduk sambil menuang air putih ke dalam gelas lalu meneguknya. Bi Asih yang mengetahui kedatangan Ian langsung menghampirinya.

"Mas Ian sudah pulang?" Sambutnya.

"Iya." Jawabnya setelah meletakan gelasnya.

"Gak kerja, Mas?"

"Nanti setelah asar berangkat."

"Oh,, Mas Ian mau di buatkan apa?" Tanya Bi Asih.

"Gak usah, aku nanti makan disana. Tawarin dia aja mau dibuatkan apa." Kata Ian sambil merlirik kepada Alfa yang ada disampingnya, lalu berdiri.

"Baik Mas." Bi Asih mengangguk.

"Kalau gue nanti berangkat, elo masih disini, elo harus pindah di teras depan." Kata Ian kepada Alfa lalu berlalu pergi.

Alfa hanya diam sambil memperhatikan Ian yang sudah menghilang di balik tembok. Alfa ingin mengajukan pertanyaan kepada Bi Asih, namun Bi Asih terlanjur menawarinya.

"Mau dibuatkan apa Mas Alfa?"

"Teh aja, Bi." Jawabnya.

Bi Asih pun pergi membuatnya dan meninggalkan Alfa.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang