45

378 16 0
                                    

"Biasanya aku kenal cewek hanya sebatas nama. Tapi kalau sama kamu enggak. Aku kenal kamu lebih jauh dari pada aku kenal cewek yang diluar sana. Jadi mungkin itu yang buat aku akhirnya bisa deket sama kamu."

"Wah,, aku dulu kenal kamu juga sebatas nama. Alfa anak donatur sekolah. Hingga akhirnya aku senang karena aku bisa lebih mengenal anak donatur itu." Balas Ia diakhiri senyum.

Alfa ikut tersenyum. Entah kenapa setiap melihat Ia tersenyum, Alfa ingin tersenyum juga. Sadar semakin malam, mereka segera menyelesaikan makanan mereka. Menit berlalu dan Alfa membayar pesanannya dan milik Ia. Ia tak lupa berterima kasih kepada Alfa. Setelah berada di samping motor, Alfa menawarkan diri untuk mengantar Ia pulang.

"Gak usah, rumah aku dekat dari sini." Tolak Ia.

Tampak ekspresi kecewa diwajah Alfa karena mendapat penolakan dari Ia. Tiba-tiba ada sebuah motor matic yang berjalan lambat hingga akhirnya berhenti didepan mereka. Seorang perempuan mengenakan jeans hitam dan jaket kulit hitam turun dari motor itu. Terlihat jelas jika perempuan itu adalah anggota genk motor.

"Lo ngapain kesini?" Tanya Alfa yang tampak mengenal.

"Gue tadi cuma lewat aja. Gue lihat dari jauh kayaknya kenal sama motor ini, gue perlambat lah. Dan bener kan, ternyata itu motor milik elo." Jelas perempuan itu sambil melirik motor Alfa.

"Sekarang elo udah tau kan tuh motor punya gue, lebih baik elo pergi aja soalnya gue juga mau pergi." Perintah Alfa.

Perempuan itu yang merasa diusir langsung menatap sinis ke arah Ia.

"Jadi ini cewek hijab yang dibilang sama anak-anak." Kata perempuan itu sambil melihat Ia dari bawah ke atas.

"Udah sana pulang." Usir Alfa.

Mendapat kalimat seperti itu, perempuan itu langsung kesal dan melayangkan tamparan kepada Ia. Namun Ia berhasil menahan tangan perempuan itu. Seketika Alfa terheran melihatnya. Namun perempuan itu justru menatap Ia tajam dan menarik tangannya sendiri.

"Berani juga elo."

"Aku gak tau salah aku apa, kamu malah main tampar. Karena aku gak tau salah aku apa, coba jelaskan apa salah aku sama kamu?" Ia membela diri sambil tersenyum kecil.

"Gara-gara elo, Alfa menjauh dari kita. Gara-gara elo juga, Alfa mukul teman-temannya cuma buat menolong elo." Kesal perempuan itu sambil menunjuk-nunjuk Ia.

Alfa yang tidak suka dengan sikap temannya langsung menurunkan tangan gadis itu.

"Elo pergi." Usir Alfa sambil menarik temannya.

Terpaksa temannya menurut dan langsung menaiki motornya sendiri.

"Malam ini mungkin gadis elo berhasil lolos dari gue. Tapi lain waktu, dia gak akan selamat." Kata perempuan itu dengan nada lirih.

"Apa maksud elo?" Tanya Alfa dengan mata melotot.

Gadis itu justru tersenyum licik sambil mengangkat bahunya lalu melenggang pergi. Alfa yang melihatnya terlihat kesal sambil mengepalkan tangan kanannya.

"Dia ngomong apa, Al?" Tanya Ia karena melihat Alfa kesal setelah berbincang dengan temannya tadi.

"Bukan apa-apa." jawab Alfa.

Ia yang mendengarnya tampak mengangguk-anggukan kepala.

Pagi disekolah, Alfa baru saja memarkirkan motornya. Baru beberapa langkah dari parkira, dia melihat seseorang yang dia kenal turun dari mobil. Alfa segera menghampirinya.

"Elo bawa mobil?" Tanya Alfa.

"Iya." Jawab Ian singkat.

"Punya elo sendiri?" Tanya Alfa lagi.

"Ya iyalah."

"Emang elo udah punya..."

"Emang menurut elo, gue cuma punya SIM C ? Ya gak lah." Potong Ian seakan tahu apa kalimat lanjutan Alfa.

Alfa diam tak membalas karena masih tak percaya jika Ian membawa mobil ke sekolah. Sekolah memang memperbolehkan muridnya membawa mobil asalkan sudah memiliki kelengkapan berkendara. Ian yang teringat cerita adiknya langsung meminta Alfa untuk memasuki mobilnya. Didalam mereka tampak berbicang serius.

"Akhir-akhir ini gue lihat Ia gak mau terbuka cerita sama gue. Biasanya kalau gue di rumah, dia pasti cerita apa aja tanpa ada yang ditutup-tutupi. Tapi malam itu dia gak mau cerita semua."

"Emang dia cerita apa?" Potong Alfa.

"Gue sebagai abangnya dia wajarlah kalau mau tau temen deket dia siapa aja. Dia cerita soal elo. Soal ini, soal itu lah. Hingga akhirnya gue menangkap ceritanya dia kalau ada orang yang gak suka sama dia karena dia udah buat elo berubah. Gak tau kenapa gue yakin kalau orang yang adik gue maksud itu udah melukai dirinya. Gue tanya dia siapa tapi dia gak jawab." Cerita Ian.

Alfa yang mendengarnya hanya diam.

"Salah gak sih kalau gue pengen melindungi adik gue? Gue gak melarang elo buat berteman sama adik gue. Tapi gue mohon, buat adik gue nyaman dan merasa aman kalau berteman sama elo." Lanjutnya.

"Gue minta maaf karena udah buat elo khawatir dengan pertemanan gua sama adik elo. Gue juga berterima kasih karena setelah banyak hal yang menimpa adik elo gara-gara gue, elo masih mengizinkan gue untuk berteman sama adik elo." Kata Alfa.

"Gue gak mau melarang adik gua dalam memilih teman. Asalkan dia tau mana yang baik dan mana yang buruk, itu udah cukup buat gue percaya sama adik gue." Balas Ian tersenyum.

"Percaya aja sama gue, gue akan memastikan kalau dia akan baik-baik aja."

"Percaya sama elo, emang situ siapanya gue?" Balas Ian.

Alfa tampak memutar bola matanya malas.

"Minta nomor elo." Lanjut Ian sambil menyodorkan ponselnya.

"Buat apa?" Tanya Alfa bingung.

"Ntar kalau ada mobil baru dari kantor gue, gue telfon elo. Sapa tau elo atau bokap nyokap elo minat."

"Haaa..." Alfa terkejut dengan jawab Ian.

"Ya enggak lah. Kalau ada suatu hal menimpa Ia, elo adalah orang pertama yang gue telfon." Jelas Ian.

Alfa pun meraih ponsel Ian dan memberikan nomornya.

Saat jam istirahat, Alfa langsung bergegas ke kantin. Namun sayang Ia tidak ada disana. Dia memesan bakso dan segelas es jeruk lalu menyantapnya seorang diri. Tak lama kehadiran Dani membuatnya terkejut. Dani langsung duduk didepannya dan menyeruput es jeruk yang dia bawa.

"Sendirian aja?" Tanya Dani.

"Iya, temen lo gak ke kantin ya?" Alfa tanya balik.

"Ia?"

Alfa mengangguk.

"Dia ada tugas dari wali kelas. Sekarang dia lagi di ruang guru sama Andi." Jelas Dani.

"Lo seneng gak kalau gue deket sama dia?" Tanya Alfa.

"Senang-senang aja. Aku lihat Ia juga happy aja kalau sama kamu." Jawab Dani.

"Gue cuman pengen deket sama dia, gak ada niat sedikit pun untuk membuat dia merasa terancam. Tapi gak tau kenapa selalu aja ada yang gak suka sama dia, dan orang-orang itu dari pihak gue."

"Aku sebagai sahabat dia menerima aja dia deket sama siapa aja. Tapi kalau aku tau dia terluka gara-gara kedekatannya itu, aku gak akan tinggal diam." Ujar Dani serius.

"Lo tau kan dulu gue kayak gimana. Mereka gak suka gue yang sekarang dan sebagian dari mereka kesel sama dia. Gue khawatir kalau suatu saat mereka bisa berbuat nekat. Gue gak mau dia kenapa-napa, apalagi itu soal gue. Kejadian dia sama Shila, gue harap itu yang terakhir kalinya. Gue gak mau dia terluka gara-gara gue." Cerita Alfa.

Dani terdiam mendengar cerita Alfa. Dani melihat jelas raut wajah Alfa yang begitu khawatir dengan sahabatnya. Dengan sikap Alfa yang seperti itu, Dani semakin yakin jika lelaki yang ada didepannya saat ini sudah menyukai sahabatnya.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang