"Marah karena aku melarang dia makan pedas, kemarin dia diare dan tidur di UKS. Baru aja sembuh udah pengen makan pedes. Kalau kumat lagi gimana." Alfa yang menjawab.
"Tapi sikap kamu gak harus gitu juga." Jawab Ia.
"Gitu gimana? Udah dua cowok bilang sama elo jangan makan pedes, elonya aja yang egois. Gue sama Dani itu perhatian sama elo, takut elo kenapa-napa. Apa kurang cukup perhatian dari gue dan Dani buat elo. Apa elo mikirnya kita kurang perhatian sama elo. Atau jangan-jangan elo cewek yang suka cari perhatian?" Jelas Alfa panjang lebar.
"Alfa.." Bentak papanya setelah mendengar kalimat terakhir Alfa.
Dani melotot tajam ke arah Alfa karena tak suka mendengar kalimat terakhir Alfa.
"Udah sore, aku pulang dulu ya." Ucap Ia sambil mengeluarkan uang 25.000.
"Om, saya pamit pulang dulu." Pamit Ia kepada Om Dani lalu pergi tanpa mau melihat Alfa.
"Parah banget." Ketus Dani kesal.
"Alfa, dia itu perempuan, tidak baik kamu berkata seperti itu. Papa tidak pernah mengajarkan kamu berkata kasar terhadap perempuan." Papanya marah.
Alfa merasa bersalah setelah mengucapkan kalimat yang seharusnya tidak boleh dia ucapkan. Segera dia berlari mengejar Ia. Sampai di depan Ia sudah melenggang pergi dengan motornya.
Setiba di rumah, Ia langsung masuk ke rumah setelah mengucapkan salam kepada Bi Asih. Tak berapa lama kemudian Alfa juga datang. Ingin dia masuk ke dalam tapi ia urungkan karena merasa tidak sopan masuk ke dalam tanpa di izinkan sang pemilik rumah. Bi Asih yang selesai menyapu pekarangan menghampiri Alfa yang berdiri mondar-mandir di depan pintu rumah.
"Ada apa , Mas Alfa?" Tanya Bi Asih.
"Dia marah sama saya, Bi." Jawab Alfa.
"Ia marah sama Mas Alfa?" Tanya Bi Asih lagi.
"Iya, coba bujuk dia keluar, Bi." Pinta Alfa.
Bi Asih pun masuk ke dalam. Tak butuh waktu lama Ia pun keluar.
"Okey, gue minta maaf kalau udah buat elo marah, minta maaf atas sikap gue di sekolah dan di kafe tadi." Tutur Alfa setelah mengetahui kedatangan Ia.
"Ayah sama Dani aja gak pernah kalau ngomong ataupun bersikap seperti kamu. Sementara kamu yang baru aku kenal tapi udah seperti itu. Aku bisa saja mengendalikan amarahku saat menerima kalimat kasar atau bentakan orang lain. Tapi aku sama seperti cewek yang lain. Kalau sudah ada kalimat kasar yang keterlaluan dan terus dibentak padahal aku gak buat salah sama orang itu, aku gak bisa tahan lagi amarah aku." Jelas Ia panjang lebar.
"Gue minta maaf."
"Percuma minta maaf kalau lain waktu kamu ulangi lagi bentak aku." Balas Ia sambil melangkah menjauh yang memberi jarak pada meraka.
Alfa hanya diam tak membalas.
"Aku sama Dani udah anggap kamu itu teman kita, Dani yang awalnya gak suka sama kamu, akhirnya dia mau berteman sama kamu. Karena dia peduli sama kamu, akupun juga begitu. Kita bisa menghargai kamu sebagai teman kita, tapi kita juga memohon sama kamu, hargai kita sebagai teman kamu yang hanya meminta kamu untuk mulai berubah." Lanjut Ia.
"Iya gue bakal berubah asal elo maafin gue."
"Aku pasti maafin, tapi aku yang minta maaf karena belum bisa membuang rasa kesal aku sama kamu."
"Okey, gue bakal mulai berubah."
"Tapi percuma aja kalau itu hanya omongan tanpa pembuktian." Balas Ia yang kali ini melihat orang yang berbincang dengannya.
"Demi elo, gue bakal buktikan omongan gue barusan." Jawab Alfa mantap.
"Kenapa demi aku?" Tanya Ia.
"Karena elo cewek pertama yang kenal baik tentang gue yang kayak gimana dan sebagai keseriusan permintaan maaf gue sama elo."
Ia tersenyum kecil mendengarnya.
Hari berganti, kali ini bel masuk akan berbunyi lima belas menit lagi. Suasana sekolah mulai dibuat ramai dengan kedatangan para murid. Tak terkecuali sebuah motor sport merah yang juga baru datang. Sang pemilik mulai melepas helmnya dan turun dari motor. Berpenampilan yang begitu berbeda dengan sebelumnya, kali ini berseragam rapi lengkap dengan memakai dasi dan ikat pinggang yang melingkar rapi di celana. Rambut yang tersisir rapi berkat olesan pomade menambah kesan tampan di wajah sang pemilik. Tak jarang para murid cewek dibuat terheran dan takjub akan perubahan dan penampilannya yang sekarang. Ia dan Icha yang baru keluar kelas dan berjalan ke kantin menghentikan langkahnya saat para cewek memanggil sebuah nama yang mereka kenal juga.
"Ya ampun beneran itu Alfa.""Iya, ganteng banget.."
Celetuk para murid cewek. Ia dan Icha pun berbalik badan. Betapa terkejutnya mereka melihat Alfa yang berpenampilan 180 derajad berbeda dari sebelumnya. Alfa melangkahkan kakinya mengarah kepada Ia dan Icha. Ia yang melihat perubahan Alfa tersenyum senang.
"Ia, dia ganteng banget." Kagum Icha.
Ia menganggukan kepalanya, menyadari Alfa jika memang terlihat lebih tampan dari sebelumnya. Segera dia buang fikirannya saat menyadari Alfa sudah mendekatinya. Alfa menghentikan langkahnya saat melihat Ia dan Icha sudah berada tepat di depannya. Alfa menatap mereka berdua, lalu kali ini melempar senyuman kecil khusus ditujukan kepada Ia. Seyumannya yang seakan berkata jika dia memang bisa berubah. Alfa pun segera melanjutkan langkahnya dan berlalu dari mereka berdua. Ia dan Icha dibuat bengong bersama melihat Alfa yang sudah berlalu dari hadapan mereka.
"Alfa ganteng banget sumpah, tapi dia tadi senyum ke siapa ya? Soalnya waktu dia senyum, dia gak lihat aku." Kata Icha.
Ia tersadar dari bengongnya setelah mendengar kalimat Icha.
"Udah ahh, ke kantin yuk. Keburu masuk nanti." Ucap Ia sambil menarik pelan tangan Icha.
Kali jam pelajaran matematika tengah berlangsung di kelas XI IPA 1. Suasana cukup tenang karena Ia bersama teman-temannya memperhatikan dengan seksama apa yang diajarkan Pak Bandi. Tak jarang sedikit dari mereka melirik jam dinding menunggu bel istirahat yang sebentar lagi berbunyi. Tiba-tiba pintu kelas ada yang mengetuk dan tak lama muncul seorang murid lelaki berpakaian olahraga dari balik pintu membawa kotak bekal.
"Siang, Pak." Sapa dia sambil melempar senyum.
"Ada perlu apa kamu kesini Alfa?" Tanya Pak Bandi.
"Saya ada perlu sama Ia."
Seketika pandangan para murid tertuju kepada Ia. Ia yang melihatnya langsung memijit-mijit dahinya karena malu. Pak Bandi mempersilahkan Alfa masuk.
"Gue tadi minta Bi Sarti buatin bekal dan ini gue kasih ke elo. Nanti jam istirahat gue gak ke kantin, soalnya PR gue belum selesai. Jadi selesai olahraga gue langsung kesini buat kasih ini. Anggap sebagai permintaan maaf dari gue, jangan lupa dimakan." Tutur Alfa panjang lebar setelah menaruh bekal di bangku Ia.
Ia mengangguk diiringi senyum kecil menahan malu karena para siswa memperhatikannya. Tak lama Alfa pamit. Selesai Alfa keluar para temannya mengajukan pertanyaan penasarannya.
"Demi apa Alfa datang kesini kasih bekal ke kamu."
"Setau kita Alfa itu gak kayak gitu, kok dia bisa seenaknya kasih itu ke kamu Ia."
"Ada apakah gerangan diantara kalian?"
"Eh, tapi Alfa tadi ganteng tau..." Celetuk Icha .
"Huuuuuuuuu...." Murid yang lain bersorak bersama setelah mendengar kalimat Icha.
"Diam..." Bentak Pak Bandi sambil menggebrak meja.
Sontak para murid langsung terdiam bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Teen FictionAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...