55

338 16 0
                                    

Saat bel pulang sekolah, Ia segera keluar kelas dan meninggalkan Icha dan Dani yang masih membereskan buku. Ia merasa sudah tidak tahan diperlakukan Alfa seperti ini. Ia langsung menuju kelas Alfa dan berdiri di dekat pintu menunggu Alfa keluar. Tak memperdulikan pandangang sekitar yang menatapnya heran karena berdiri seorang diri. Rey yang baru muncul juga dibuat heran dengan keberadaan Ia. Ingin sekali Rey bertanya namun Alfa menabraknya dari belakang dengan kasar. Ia ingin memanggilnya namun Alfa langsung berjalan tanpa menghiraukannya. Sebelum mengejar Alfa, tak lupa Ia melempar senyum kepada Rey sebagai tanda sapanya dan bergegas menyusul Alfa. Alfa dengan langkah lebar berhasil membuat jarak dengan Ia. Ia sedikit berlari karena panggilannya diabaikan Alfa. Berulang kali Ia memanggil Alfa namun Alfa tak sekali pun menoleh ke belakang. Ia pun berlari mengejarnya. Hingga akhirnya Ia berhasil menghentikan Alfa dengan menarik tasnya di dekat parkiran.

"Udah, Al. berhenti. Aku capek." Kata Ia sambil membungkuk dan mengatur nafasnya.

Alfa diam dan tak mau berbalik badan. Setelah detak jantungnya mulai normal, Ia menegakkan tubuhnya.

"Aku minta maaf.." Ucap Ia dan berhasil membuat Alfa membalikkan badan.

Alfa hanya menatap datar ke arah Ia.

"Kamu mau menyalahkan kejadian kemarin sama aku kan. Okey aku terima, tapi aku mohon maafin aku." Lanjutnya memohon.

"Kok elo ngomong gitu sih. Berarti elo masih ngira kalau mama gue yang salah. Terus elo ketemuan sama mereka siapa yang harus disalahkan." Kata Alfa dengan nada tinggi.

Sontak kalimat Alfa membuat siswa yang ingin pulang langsung memperhatikan mereka.

"Kamu mau menyalahkan aku atas apa yang terjadi sama mama kamu, aku terima. Tapi yang aku bertemu sama Rey dan Andi di mall itu salah faham."

"Salah faham gimana. Gue kan udah bilang jauhin mereka, apalagi Andi. Karena gue gak suka elo deket-deket sama mereka." Kesal Alfa.

"Kenapa kamu lebih percaya sama mama kamu sebelum mendengar penjelasan dari aku?"

"Karena gue udah mengenal baik siapa mama gue."

"Terus menurut kamu aku gak mengenalmu secara baik?" Balas Ia.

"Gue kenal mama udah lama dibanding kenal sama elo." Kesal Alfa.

"Tapi gak semuanya yang dibilang mama kamu itu benar Alfa." Kata Ia akhirnya.

Merasa Ia telah menjelekkan mamanya, Alfa marah .

"Terus apa yang akan elo bilang itu semuanya bener, iya?" Bentak Alfa.

Para murid yang disekitarnya langsung berhenti karena mendengar bentakan Alfa. Sementara Ia hanya bisa menunduk. Dani yang sudah ada disana berniat mendekati Ia namun tangannya ditarik Icha dan memintanya untuk jangan ikut campur.

"Aku cuma mau minta maaf dan kasih penjelasan sama kamu supaya kamu gak salah faham, Al." Kata Ia dengan menunduk.

"Oh ya. Kalau elo mau minta maaf, minta maaf sama mama gue. Tapi yang ada difikiran elo, elo gak merasa bersalah dengan apa yang udah elo perbuat." Balas Alfa.

Seketika Ia mengangkat kepalanya dan menatap orang yang dihadapannya. Ia terima dengan pasrah tuduhan Alfa padahal dalam hatinya Ia sangan yakin tidak melakukan hal yang dituduhkan Alfa.

"Dan elo masih aja deket-deket sama Rey dan Andi padahal gue udah melarang elo buat deket sama mereka. Nyatanya apa? Mama gue bilang kalau melihat elo ketemuan sama mereka di mall." Lanjut Alfa dengan nada penekanan di kalimat terakhir.

"Dan kamu percaya sama mama kamu sebelum mendengar penjelasan langsung dari aku?" Tanya Ia dengan tenang setelah mengusir rasa takutnya.

Alfa diam tak menjawab.

"Terserah kamu mau percaya apa enggak, aku gak sedikit pun punya niat untuk melukai mama kamu. Dan untuk yang di mall , aku gak sengaja ketemu mereka dan kejadian itu udah lama sebelum kamu meminta aku untuk menghindar dari Rey dan Andi." Jelas Ia.

"Omong kosong." Balas Alfa dengan nada tinggi.

Sontak beberapa murid yang mendengarnya masih berdiam di tempat mereka berdiri.

"Dan saat aku udah jelasin semuanya, kamu masih percaya sama mama kamu?" Tanya Ia.

"Mama gue baik, dia cerita apa yang dia lihat ke gue dari pada elo yang gak mau cerita sama gue padahal gue udah ngelarang elo buat deket sama mereka." Kesal Alfa.

"Tapi kenyataannya mama kamu gak sebaik dengan apa yang kamu kira." Tegas Ia.

PLAAKKKKK... Tamparan keras mendarat di pipi kiri Ia. Alfa benar-benar marah hingga tidak bisa menahannya dan melayangkan tamparan kerasnya. Sontak para murid yang disana kaget melihat sikap Alfa. Ia yang mendapat tamparan dari Alfa hanya bisa menunduk dan menahan sakit. Ian yang melintas menyadari jika adiknya disakiti langsung menghampirinya.

"Elo apa-apaan? Haa..." Murka Ian sambil mendorong kasar Alfa.

Ia yang melihat abangnya marah hanya bisa menarik lengannya untuk tidak berbuat nekad.

"Tanya sama adek elo, dia jelas-jelas salah tapi masih aja merasa tidak bersalah. Dan dia gak mau jujur sama gue tentang ketemuannya bersama Rey dan Andi yang jelas-jelas gue udah ngelarang adek elo buat gak deket sama mereka." Jelas Alfa.

"Elo ngelarang-larang adek gue? Emang elo siapanya dia? Haa.." Bentak Ian.

"Gue cuma gak mau dia deket-deket sama cowok lain. Kalau gue udah larang, tapi dia masih kayak gitu berarti dia sama aja donk dengan cewek yang lain yang sukanya cari perhatian." Balas Alfa dengan nada tak kalah tinggi.

"Apa lo bilang?" Geram Ian sambil berniat memberikan bogem mentah namun lengannya ditahan adeknya.

Ian menatap adeknya dengan berusaha mengatur emosinya agar tidak menjadi-jadi. Ia tampak menggeleng-gelengkan kepala dengan tatapan memohon. Ian pun menarik nafas panjang dan akhirnya mengurungkan niatnya.

"Setelah apa yang udah elo perbuat sama adek gue, jangan pernah lagi elo datang ke rumah gue." Tegas Ian dengan serius sambil menarik lengan Ia untuk mengajaknya pergi.

"Bentar, Kak.." Kata Ia sambil melepas lengannya dari tangan abangnya.

Ian tak menjawab, namun dia mengerti jika adeknya ingin berbicara dengan lelaki yang didepan mereka saat ini.

"Selama kita bersama aku kira kita bisa lebih dekat, bisa lebih mengenal  dan bisa saling menerima satu sama lain. Tapi kenyataannya enggak. Aku yang salah."

Kalimat Ia terhenti karena pipinya mulai terasa panas. Ia akhirnya mengelus-elus pipinya. Alfa yang melihatnya bahkan tak punya rasa bersalah karena masih diselimuti amarah.

"Jika suatu hari nanti kenyataannya sama persis dengan apa yang aku ucapkan, aku harap kamu gak akan pernah menyesal dengan apa yang udah kamu lakukan sama aku di hari ini." Ucap Ia serius dengan nada lirih namun penuh penekanan disetiap katanya.

Alfa terdiam mendengarnya dan hanya menatap datar gadis yang ada dihadapannya. Melihat Alfa hanya diam saja, Ian pun menarik lengan adiknya dan pergi dari hadapan Alfa. Ian langsung meghampiri mobil dan membukakan pintu mobil. Meminta adiknya untuk masuk. Setelah Ia masuk, Ian menutup kasar pintu mobilnya hingga sebagian murid dibuat kaget karena mendengarnya. Bahkan Alfa ikut tersentak kaget hingga mengerjapkan kedua matanya. Ian langsung masuk mobil dan duduk di kursi pengemudi. Menyalakan mobilnya dan pergi dari sana. Alfa hanya bisa diam melihat kepergian mereka tanpa sepatah kata pun.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang