40

411 14 0
                                    

"Haaa.." kali ini Dani tersenyum mendengarnya.

"Kenapa?" Tanya Ia bingung.

Dani menggeleng.

"Ia.." Panggil Dani.

"Hemmm." Jawabnya.

"Kita udah lama banget selalu bersama. SD, SMP, dan sekarang. Gue tau betul elo kayak gimana, dan elo juga tau gue kayak gimana."

"Ngomong apa sih?" Ia dibuat bingung dengan kalimat Dani.

"Gue seneng elo bisa berteman dan akrab sama siapa aja, termasuk sama cowok. Tapi elo pernah berfikir gak kalau sikap akrab elo sama mereka, justru membuat mereka beranggapan lain."

"Anggapan lain gimana?"

"Mungkin elonya biasa aja, tapi mereka enggak."

"Jangan dibuat bingung deh." Keluh Ia.

"Dari sekian banyak temen cowok elo, ada gak yang bisa buat elo nyaman kalau didekat mereka?"

"Jujur aku gak bisa langsung akrab sama orang lain. Aku bisa akrab sama mereka jika waktu pertama kita ngobrol kesannya udah enak, ya udah aku bisa akrab sama mereka. Tapi kalau kesan pertamanya menurut aku biasa aja dan ada rasa canggung, aku gak bisa akrab sama mereka." Jelas Ia.

"Elo udah pernah merasakan jatuh cinta apa enggak?" Tanya Dani yang sukses membuat Ia kaget.

"Kamu kan tau aku kayak gimana. Dari dulu gue udah tomboy, gak pernah merasakan yang namanya suka sama cowok. Setelah aku hijrah, aku memilih untuk sebisa mungkin menjauh dulu dari yang namanya jatuh cinta. Soalnya sosok tomboy di masa lalu aku masih terbawa sampai sekarang. Jadi menurutku, aku belum bisa merasakan jatuh cinta." Jelas Ia.

"Terus arti kedekatan elo sama Rey, Andi & Alfa?"

"Rey itu orang asyik, sama kayak kamu. Sementara Andi kan teman sekelas kita. Kalau Alfa mungkin karena dia mulai berubah." Jawab Ia mantap.

"Yakin cuma itu aja alasannya?"

"Jujur aku lebih dekat sama Alfa karena kejadian waktu itu. Aku lihat sendiri dia rela mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan aku." Kata Ia dengan sedih.

"Terus elo deket sama dia karena elo merasa berhutang budi sama dia?"

"Enggak, kalau menurut aku ada sisi baik Alfa yang membuat aku kagum dan bisa nyaman kalau berteman dengan dia. Ya sama lah kayak nyamannya aku ke kamu."

"Tapi elo nyaman sama gue karena kita sahabat, terus rasa nyaman elo sama Alfa dalam artian apa coba?" Tanya Dani.

"Ya gak tau, enak aja gitu kalau ada didekat dia."

"Berarti elo suka sama dia?" Dani terus menerus memberikan pertanyaan.

Ia tak menjawab.

"Suka itu banyak macamnya, tapi suka yang gue tanyakan ke elo adalah suka dalam artian cinta." Lanjut Dani.

"Emang orang yang sedang jatuh cinta itu kayak gimana?" Tanya Ia.

"Ada perasaan berbeda saat elo dekat sama orang itu. Perasaan yang sebelumnya gak pernah elo dapat saat elo dekat sama yang lain. Dan karena perasaan itulah akhirnya membuat elo nyaman kalau didekat dia. Elo gak bisa jaim, elo udah terbuka sama dia sampai elo mau berkeluh kesah sama dia. Saat dia gak didekat elo, elo cari-cari dia. Saat dia marah, elo akan berusaha apapun itu hingga membuatnya tak marah lagi. Dan saat dia terluka elo pasti sedih melihat kondisinya."

Mendengar kalimat Dani tiba-tiba Ia teringat semua hal tentang Alfa. Apa yang Dani ucapkan langsung terlintas difikirannya mengenang kejadian yang dia lalui bersama Alfa. Ia terdiam mengingatnya. Seakan membenarkan kalimat yang Dani ucapkan dengan perasaannya saat ini.

"Dan elo merasa sedih saat dia gak ada didekat elo, bahkan mungkin dia akan memilih menjauh dari elo. Elo merasakan sakit karena melihatnya yang mulai menghindar dan melupakan elo. Berarti elo bener-bener jatuh cinta sama dia." Tutup Dani menceramahi sahabatnya.

"Bentar, kalau kalimat kamu yang ini aku gak terima ya. Seakan kamu mendoakan aku mengalami sakitnya putus cinta." Balas Ia kesal.

"Semua yang gue bilang tadi cuma perumpamaan Ia. Elo nya jangan baper."

"Menurut kamu, aku suka gak sama Alfa?" Tanya Ia pelan.

"Kalau menurutku sih iya. Apalagi kejadian waktu itu yang membuat kamu menangis karena dia. Gue tau elo kayak gimana, elo gak mungkin menangisi seseorang kalau orang itu gak berarati buat elo." Jelas Dani.

"Jadi menurut kamu, Alfa itu berarti buat aku?"

"Gue sih gak bisa memastikan iya, soalnya elo bisa dekat dan akrab sama siapa aja. Coba tanya ke diri elo sendiri." Pinta Dani.

Ia diam tak menjawab. Dia tampak berfikir meresapi kalimat Dani. Tiba-tiba Icha datang dan mengagetkan mereka.

"Bicara apa sih? Serius banget.

"Bicara soal hati, kesal aja kalau lihat dia gak sadar-sadar tentang apa isi hatinya saat ini." Balas Dani lalu pergi.

Ia melihatnya kesal.

"Apaan sih?" Tanya Icha.

"Gak tau apaa." Jawab Ia ketus.

Icha dibut bingung dengan sikap mereka pagi ini.

Saatnya jam istirahat, sudah ada Ia, Alfa, Dani & Icha yang sedang menyantap bakso. Kali ini Alfa memilih bakso jumbo karena penasaran dengan bentuknya. Ini adalah pertama kalinya dia memesan menu itu. Dia dibuat bingung dengan cara memakannya. Dia terus mengeluh namun mereka bertiga tidak ada yang memperdulikannya.

"Ini gimana sih, kalau kayak gini terus gue gak bisa makan sampai jam istirahatnya habis." Keluh Alfa sambil memainkan garbu dan sendoknya.

Ia yang mulai geregetan melihat sikap Alfa langsung menarik mangkok bakso Alfa. Alfa yang melihatnya hanya pasrah.

"Dipotong kecil-kecil Alfa. Kalau bingung cara makannya lain kali gak usah beli kayak gini. Kamu kan cowok, masak gak tau cara potong bakso supaya jadi kecil-kecil. Kamu itu harus bisa sabar." Kata Ia sambil memotong-motong bakso Alfa menjadi ukuran kecil.

Alfa yang diperlakukan seperti itu terlihat senym-senyum sendiri. Sementara Dani yang melihat sikap aneh Alfa langsung menyadari jika Alfa tersenyum seperti itu karena perlakuan manis Ia.

"Kalian kenapa pada senyum?" Tanya Icha kepada Alfa & Dani.

Mereka berdua pun kaget dan tersadar dari senyumnya. Mereka kompak diam tak menjawab. Ia yang sudah selesai memotong bakso Alfa langsung mengembalikan mangkok itu kepada pemiliknya.

Sepulang sekolah, mereka berempat memutuskan untuk berjalan-jalan ke mall. Berjalan santai melewati pertokoan hingga akhirnya Ia mengajak untuk masuk ke timezone di mall tersebut. Mereka tampak asyik bermain disana. Alfa yang merasa sebagai anak yang berasal dari keluarga kaya berinisiatif membayari semua permainan yang telah mereka mainkan. Senyum dan tawa lepas dari mereka semua karena merasa asyik dan seru berada disana. Menit berlalu akhirnya mereka memutuskan keluar dari timezone itu. Mereka berjalan santai dan Alfa berniat untuk mentraktir mereka. Mereka pun tampak bersemangat. Namun tiba-tiba langkah mereka terhenti karena melihat cowok seusia mereka yang menabrak kasar seorang ibu hingga barang bawaan ibu itu jatuh semua. Lelaki itu langsung kabur. Alfa yang tak suka dengan sikapnya langsung melempar tasnya untuk menghentikan langkah lelaki itu.

"Woy... berhenti.." Teriaknya sambil berjalan cepat ke arah lelaki itu.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang