66

453 15 0
                                    


Alfa yang mendengarnya langsung menoleh. Namun sayang lelaki itu sudah mengayunkan linggisnya dan melayang tepat di dahi Alfa. Alfa merasakan kesakitan dan hal itu dimanfaatkan oleh Bayu. Bayu segera berdiri dan memukulnya dari belakang. Alfa berhasil terjatuh. Bayu yang kesal langsung membalas dengan memukul balik Alfa. Tiga lelaki yang menjadi korban Alfa juga terpancing untuk memukuli Alfa. Ia diam melihat Alfa yang dikeroyok oleh empat lelaki. Bayangan masa lalunya kembali muncul. Dia teringat penculikan semasa kecilnya, kakaknya dipukul beberapa kali oleh penculik. Teringat jelas kondisi Ian waktu itu yang berlumuran darah di dahinya dan beberapa luka di tangan serta kakinya.

"Kak Ian.." Panggil Ia karena melihat bayangan Ian pada diri Alfa.

Air matanya jatuh karena mengingat kejadian waktu itu. Tak lama dia segera sadar jika yang ada dihadapannya bukanlah Kak Ian dan bukan masa lalunya. Itu adalah Alfa dan sekarang sedang dikeroyok oleh empat lelaki. Melihat Siska yang hanya diam menyaksikannya, Ia memberanikan diri mendekati mereka. Dia menarik jaket salah satu dari mereka. Namun lelaki itu mendorongnya kasar hingga terjatuh. Ia segera bangkit dan mencoba melerai mereka untuk memintanya berhenti. Melihat aksi keroyokan yang tak kunjung berhenti, Ia mulai kesal pada dirinya sendiri. Apalagi melihat Alfa yang mulai lemah karena tak kuat menahan pukulan dari mereka berempat.

"Berhenti.." Teriak Ia dengan kesal .

Mereka berempat yang mendengarnya langsung berhenti. Aksi keroyokan itu berhenti karena melihat Alfa yang sudah lemah dan terlihat parah dengan lukanya. Bayu dan temannya langsung pergi dari sana, begitu pula Siska. Ia kembali dibuat kesal karena teman-teman Bayu taka da satu pun bersimpati melihat kondisi Alfa. Saat melihat mereka sudah bersiap dengan motornya, Ia menatap kesal kepada mereka.

"Kalian semua jahat.." Teriak Ia.

Bayu dan teman-temannya mendengar jelas kalimat Ia. Namun tak lama mereka pergi dari sana. Kali ini Ia terduduk karena melihat wajah Alfa yang memar dan berdarah di dahi serta hidungnya.

"Elo gak papa kan?" Tanya Alfa.

Ia justru menangis mendengarnya. Disaat seperti ini Alfa masih memikirkan keadaan Ia.

"Kok nangis. Jangan nangis, gue gak suka." Ucap Alfa pelan.

Ia masih diam dan tak menjawab.

"Gue akan berusaha sebisa mungkin untuk jagain elo. Karena gue gak suka lihat elo kenapa-napa karena gue." Kata Alfa semakin pelan hingga akhirnya matanya tertutup.

"Alfa.." Panggil Ia melihat Alfa pingsan.

Alfa tak sadarkan diri. Ia memanggilnya berulang kali sambil menggoyangkan bahu Alfa, namun Alfa tak menjawab. Ia berlinang air mata melihat kondisi Alfa. Apalagi kenangan masa lalunya bersama kakaknya terus terlintas dibenaknya.

Siang harinya. Ia duduk bersandarkan dinding putih. Sudah ada Dani, Tante Ira dan Caca yang berada disana. Tante Ira dan Caca duduk berdekatan sambil menunggu dokter keluar dari ruangan didepan mereka. Begitu pula Ia yang terus menundukkan kepalanya karena mencemaskan kondisi Alfa. Dani yang masih setia disampingnya tak beranjak dari sana karena ikut mengkhawatirkan kondisi Alfa. Menit berlalu hingga akhirnya seorang dokter keluar. Mereka langsung mendekati dokter itu.

"Luka yang didapat Alfa tidak terlalu parah. Tapi untuk berjaga-jaga, kita akan melakukan rontgen untuk memastikan tidak ada luka dalam di tubuh Alfa. Satu jam lagi, Alfa akan dipindahkan ke ruang perawatan. Kalian bisa menjenguknya disana." Tutur dokter lelaki itu.

Semuanya tersenyum mendengar kabar dari dokter.

"Terima kasih, Dok." Ucap Tante Ira.

Sang dokter melempar senyum dan beranjak pergi.

"Aku minta maaf, Tan." Ucap Ia pelan.

Tante Ira tersenyum kecil mendengarnya, tak lama air matanya terjatuh. Namun Tante Ira segera mengusapnya karena ingin terlihat tegar didepan Caca.

Dua hari berlalu, kali ini Ia ditemani Dani menjenguk Alfa di rumah. Sepulang sekolah mereka langsung kesana. Setiba di ruangan Alfa, sudah ada Tante Ira disana. Melihat kedatangan Ia dan Dani, Tante Ira pamit untuk keluar.

"Udah sehat belum bro?" Tanya Dani setelah mendekat.

Alfa mengangguk mantap.

"Kapan masuk sekolah?" Tanya Dani.

"Mungkin lusa."

Kali ini Dani yang mengangguk-anggukan kepala.

"Ia.." Panggil Alfa.

"Hemmm." Balas Ia.

"Temen-temen gue nanti kesini, elo jangan kemana-mana ya?" Pesan Alfa.

"Emang ada apa?" Tanya Ia bingung.

"Pokoknya elo disini aja dulu." Jelas Alfa.

"Kalau gue?" Tanya Dani sambil menunjukan dirinya dengan jari telunjuk.

"Terserah elo lah elo mau kemana." Jawab Alfa santai.

"Sial lo.." Kesal Dani sambil menoyor pelan kepala Alfa.

"Ahhh.. sakit tau." Keluh Alfa.

"Bodo amat."

Ia tersenyum kecil melihat tingkah kedua lelaki didepannya. Kali ini Ia memilih duduk di sofa dan Dani asyik memilik buah yang ada diatas meja dekat ranjang Alfa.

"Oh ya, gue ada pesen khusus buat sahabat ipar gue." Kata Dani sambil memilih buah.

"Sahabat ipar?" Tanya Ia tak mengerti.

"Ya iyalah. Kalau gue abang elo, gue panggil dia adik ipar. Nah, gue sama elo kan cuman sahabatan, jadi gue panggil dia sahabat ipar." Jelas Dani sambil menunjuk Alfa.

Ia yang mendengar penjelasan Dani hanya menyengir kecil.

"Ya udah deh, terus pesen elo apa buat gue?" Tanya Alfa.

"Yaaahhhh, dia langsung PD aja gue panggil sahabat ipar." Kata Dani.

Ia tertawa kecil mendengar jenaka Dani.

"Gini ya, Al. gue udah anggap Ia itu adik gue sendiri. Gue melarang dia buat pacaran. Suka sama orang, silahkan. Tapi sebatas suka. Karena gue mau lihat dia serius dengan janjinya dulu. Dia janji untuk gak pacaran. Tapi kalau ada cowok yang suka sama dia, jangan jadikan dia seperti mainan. Yang bisa dideketin, lalu merasa bosan , menjauh, dan akhirnya nyakitin." Jelas Dani.

Alfa serius menyimak kalimat Dani.

"Kalau cowok itu bikin masalah sama Ia, bukan cuman Kak Ian yang bakal maju, tapi gue yang juga bakal maju didepan Ia." Tambah Dani serius.

Alfa mengangguk sebagai balasan. Tak lama, teman-teman Alfa yang rupanya anak motor sudah datang. Ia yang semula duduk langsung berdiri disamping Dani. Berjumlah lebih dari sepuluh dan lengkap mengenakan jaket hitam kebanggaan mereka langsung memenuhi ruangan itu.

"Udah sehat, Al?" Tanya salah satu dari mereka.

Alfa tersenyum kecil dan mengangguk.

"Oh ya. Bayu gimana?" Tanya Alfa.

 "Kita belum dapat kabar tentang dia." Jawab lelaki itu.

"Bisanya main keroyokan. Lihat aja, kalau gue udah ketemu sama dia, habis dia." Ujar Alfa serius dengan mata tajamnya.

Teman-temannya tak ada yang membalas karena melihat Alfa kesal.

"Al, temen-temen elo kayak gini?" Tanya Dani yang langsung mendapat tatapan dari mereka.

"Maksud lo?" Tanya Alfa dengan nada tak terima dan menatap tajam ke arah Dani.

"Eh.. sorry sorry. " Jawab Dani setelah sadar dengan kalimat yang baru dia ucapkan.

Alfa langsung memalingkan wajahnya dari Dani dan kembali melihat teman-temannya.

"Dia Ia. Jangan sekali-kali ganggu dia di jalan. Kalau gue denger Ia di gangguin dan gue tau siapa orangnya, bakal habis tuh orang." Tutur Alfa kepada temannya.

Semua diam mendengarnya. Apalagi Ia yang terlihat risih karena mendapat tatapan dari teman-teman Alfa yang silih berganti. Karena tak tahan disana, Ia pamit keluar.

ALFA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang