Saat jam pelajaran berlangsung, tiba-tiba pintu kelas XI IPS 1 ada yang mengetuk. Tak lama pintu terbukan dan muncul Ia dari balik pintu. Semua pasang mata tertuju kepada Ia, bahkan Pak Bandi yang mengajar matematikan di kelas itu. Ia menghampiri Pak Bandi yang berdirisedang menulis materi di papan tulis. Belum sempat menyampaikan pesan, para murid laki-laki saling berceloteh masing-masing.
"Wahh, demi apa Ia datang ke kelas kita."
"Udah berhijab, cantik, ramah pula. Pinternya di bagi dikit boleh lah."
"Ngajak gue jalan juga boleh, ntar gue jemput deh."
"Ngajak belajar bareng kali, biar tau cara belajar mengikhlaskan seseorang yang tak mungkin untuk dimiliki.
"Lo mah curhat."
"Huuuuuuu.." Sorak seisi kelas.
"Wait.. wait.. Lo pada kagak tau napa? Dibelakang ada cowok yang menatap tajam lurus kedepan liatin kalian. Yang tatapan sangat tajam setajam silet." Sahut Rey sambil menirukan nada bicara host di salah satu acara infotainment di TV.
Sontak para murid langsung bersamaan menghadap ke belakang dan mendapati Alfa yang duduk tegak sambil memainkan pensil dengan ekspresi datarnya namun tatapannya begitu menusuk. Tak lama mereka kembali fokus ke depan.
"Sudah selesai ceritanya?" Tanya Pak Bandi dengan menahan marah.
"Udah, Pak." Jawab mereka bersama.
Pak Bandi langsung menghela nafas panjang setelah menahan marah karena kegaduhan di kelas ini.
"Ada apa Ia?" Tanya Pak Bandi.
"Ketua kelas XI IPS 1 di panggil wali kelas di ruang guru, Pak." Jawab Ia ramah sambil mengukir senyum.
Pak Bandi hanya mengangguk dan langsung mengedarkan pandangan ke seluruh siswa. Pak Bandi tak mau mengulang kalimat Ia dan menunggu ketua kelas XI IPS 1 berdiri tanpa beliau perintah. Ternyata Rey berdiri dan langsung menghampiri Ia.
"Permisi, Pak." Pamit Ia sambil tersenyum.
Pak Bandi mengangguk. Tak lama Ia dan Rey berjalan beriringan.
"Tenang, Fa. Gak bakal gue apa-apain." Kata Rey sebelum meninggalkan kelasnya.
Alfa yang mendengarnya hanya menatap datar tanpa niatan untuk membalas.
"Kerjakan soal di papan tulis. Kumpulkan sepuluh menit lagi." Perintah Pak Bandi setelah Ia dan Rey keluar.
"Iya, Pak." Jawab mereka bersama.
Bel pulang sekolah berbunyi, para murid berhamburan keluar kelas. Tak terkecuali Ia, Icha & Dani yang keluar bersama. tak jarang sebagian dari mereka memilih menerobos kerumunan murid karena ingin segera pulang. Dani memilih berpisah dari Ia dan Icha karena ada urusan OSIS. Jadilah mereka berdua berjalan beriringan sambil melewati koridor kelas. Setiap menuju parkiran, Ia selalu melintasi kelas XI IPS1. Sudah ada Alfa yang berdiri di depan yang sudah bersiap dengan jaket hitamnya yang selalu dia kenakan disaat pulang sekolah. Melihat Ia melintasi kelasnya, Alfa langsung membuntut dibelakang. Ia yang menyadarinya hanya menoleh sebentar dan melempar senyum kecil. Masih berada di koridor kelas, sebuah botol minuman tanpa tutup melayang dan sisa airnya mengenai lengan Alfa. Rupanya ada murid yang kurang berhati-hati melempar botol yang sebenarnya ingin dilempar ke dalam tempat sampah. Alfa yang tak terima langsung melihat seseorang yang berdiri tak jauh darinya.
"Woy, hati-hati donk. Punya mata gak sih."
Alfa yang berniat menghampiri lelaki itu tiba-tiba ujung jaketnya ditarik Ia. Ia menggelengkan kepalanya sebagai tanda agar Alfa tak mendatangi lelaki itu. Alfa menatap Ia sebentar namun kembali menatap lelaki itu dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA ✔️
Teen FictionAlfa Danendra, murid terkenal disekolahnya karena sikap badboynya dan wajah tampannya. Sering membuat onar dan membuatnya tidak memiliki banyak teman. Hingga akhirnya perkenalannya dengan seorang gadis mulai membuatnya berubah. Entah karena paksaan...