PROLOG

163K 6.3K 178
                                    


Aku duduk di samping Mama dan Papa yang tengah tertawa akibat tontonan Televisi yang menunjukan seekor Tikus kepeleset di toilet.

"Nih-

Kataku memberikan sebuah surat, yang seratus persen mereka tahu itu surat apa.

Yups, betul, surat peringatan.

"Lagi?" tanya Mama sambil duduk tegap di sofa.

Papa hanya menatap wajahku masam "Surat Peringatan atau surat panggilan?" Tanya Papa

"Surat peringatan, tadi Luna nggak sengaja ngecat dinding samping toilet." aku-ku sambil tersenyum

"Halah... Orang kayak kamu aja bisa nggak sengaja." kata Papa meledek, lalu di selingi tawa.

Rasanya, beruntung memiliki mereka, yang nggak nuntut ini-itu dan menerima setiap hal yang aku lakukan, kata mereka, menjadi orang baik dan jujur adalah hal yang harus kita utamakan di Dunia ini, dan Mama pernah bilang

Mama nggak maksa kamu mau ambil jalan yang mana, meski Mama tahu jalan itu berlubang, atau justru menyesatkan, Mama cuma minta jadilah anak yang baik dan Jujur, karena selama kamu memegang itu Mama yakin kamu akan bisa menemukan jalanmu sendiri, jalan yang baik dan yang bisa membuatmu tumbuh menjadi baik.

Itu kata-kata Mama sewaktu aku mendapatkan surat panggilan orang tua pertama kali sekitar satu tahun yang lalu.

Mama nggak maksa aku mau seperti apa, tapi jika aku di wilayah Mama, sebut saja Rumah. Maka aku harus ikuti aturan Mama.


Itu juga berlaku untuk adikku, Bilqis Asteria, cewek centil yang hobi nya dandan, padahal usianya baru genap 12 tahun.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang