37

71.5K 3.2K 59
                                    

Mimpi Aluna

"Tunggu Luna, jalanya cepet banget!" Teriakku di parkiran.

Dia menatapku sebal, "Kan tadi kamu lagi sama pacar kamu." Katanya ketus

"He, pacar aku yang mana?"

"Siapa lagi kalau bukan Sela." Omelnya

"Kan pacarku cuma kamu, sayang." Kataku sambil menoel pipinya. Sontak langsung saja dia tepis. "Apaan sih!" Omelnya lagi

Saya tertawa geli, "Kan yang mulai kamu sayang, kamu kan tadi manggil aku sayang."

"Nggak yah!" Teriaknya

Saya tertawa terbahak, saya tahu alasannya. Itu karena Sela, kan. Iya nggak salah lagi Aluna memang ada apa-apa nya dengan Sela. Sejak awal saya memang sudah merasa ada yang tidak beres antara Indra Sela dan juga Luna.

"Kamu yang bawa motornya yah." Ucapku, dia langsung menatapku horor

"Kok aku sih." Katanya cemberut

"Aku capek, baru pulang, terus lari-lari nyari kamu." Kataku jujur. Dia mengedikan bahunya, lalu seperkian detik menataku semakin horor.

"Hem, kenapa?" Tanyaku bingung

Dia menggeleng cepat, lalu menyuruhku naik motor

Aku memeluk Luna erat sambil melingkarkan tanganku di perutnya, jangan tanya reaksi Luna,

"Ih, kamu apaan sih." Katanya sewot

"Kali ini aja yah, aku capek Luna." Ujarku lirih

Lalu aku mengecupi punggungnya, dan memeluknya kembali, dia cuma diam, entah antara tegang atau memang pasrah.

Sesampainya di kontrakan, dia menataku horor, sangat-sangat horor, lihat aja matanya menatapku tajam, tangannya sudah ia kepalkan itu tandanya sebentar lagi ada semut ngamuk, hahahah.

"Apa sih, Lun. Apa." Godaku sambil terkikik

"Apa , apa aja kamu tuh. Aku nggak suka yah kamu ngelecehin aku kayak tadi!" Bentaknya sarkas.

Aku membukatkan mataku "Ngelecehin apa?!" Tanyaku pura-pura bingung. Asli wajah Luna lucu banget kalau lagi ngamuk pengen tak cium ya Allah.

"Tadi, kamu cium-cium punggungku apaan. Itu tuh sama aja kamu ngelecehin aku!" Protesnya.

Aku memeluknya dari belakang, "cium kayak gimana sih, sayang? Kayak gini?" Tanyaku sambil mencium pundaknya.

"Aaa!" Teriakanku lolos begitu saja tatkala dia menginjak kakiku kencang.

"GUE. NGGAK. BERCANDA.RAKA!" Ucap Luna sambil menekan di setiap katanya.

Dia maju mendekatiku.

"Iiih!" Katanya, sambil menjambak-jambak rambutku.

"Aaa. Ampuun sayaaang." Aku masih tetap menggodanya, nggak sakit kok jambakannya orang Luna aja jambaknya sambil jinjit-jinjit nggak nyampe.

"Ih Raka lo tuh nyebelin banget!" Teriaknya, saya tertawa puas saat pipinya merah padam menahan kesal.

"Haduh, kamu tuh lucu banget sih Luna sayang." Kataku lalu tertawa lagi.

Dia yang makin kesel lalu mendorongku kuat, membuatku oleng dan jatuh di kursi.

Aku menarik tangannya lalu kudekap erat di tubuhku.kini dia tepat di atas tubuhku, lalu kubuat semuanya berbalik. Aku mengurungnya di pelukanku dengan aku yang sedang menopang tubuhku agar tidak menindihnya.

"Raka." Katanya parau

"Apa?"

"Jangan kayak gini." Omelnya pelan

Aku mengangkat sebelah bibirku ke atas "Kenapa emang?"

"Takut." Cicitnya pelan.

"Yaudah maaf yah, aku kayak gini aja berarti." Ujarku, lalu mencium bibirnya lama. Hanya diam, tanpa lumatan. Hanya ingin melihat reaksinya aja sih.

Dia menatapku gugup dan syok dalam sekali waktu, lalu tangannya melayang mendorong bahuku.

Setelah kejadian tadi, anggep aja tadi adegan mesra-mesraan suami-istri yang masih di bawah umur. Luna akhirnya ketiduran di kursi, padahal susunya belum dia minum.

Aku mengelus kepalanya lembut, lalu membopongnya ke kamar Luna. Saya ikut berbaring, lalu menatap matanya yang terpejam

"Lun, maaf yah, aku udah banyak salah sama kamu." Gumamku

"Aku serius, Lun. Aku sayang sama kamu. Aku juga seneng kamu tadi manggil aku sayang, hehe."

Ku kecup keningnya, lalu turun ke bibir.

"Lun, maaf kalau aku sering mesum hehe."

"Habisnya daya tarik kamu tuh kuat banget Lun."

Aku mencium bibirnya sekali lagi. "Lun, apapun yang ada di diri kamu aku suka, masa lalumu yang buruk sekalipun aku tetap suka jika itu adalah kamu."

"Luna sayang... Kalau ngomong jangan kasar-kasar yah, nanti aku hukum lho."

***

"Hiks!" Samar-samar saya mendengar seseorang menangis. Lalu aku sadar kalau itu adalah suara Luna.

Aku membuka sedikit mataku, lalu menatap seulas tubuh Luna yang bergetar sedang menangis tersedu-sedu.

Aku ikut duduk di samping Luna, lalu merangkulnya. "Kenapa?" Tanyaku dengan suara khas bangun tidur.

Dia hanya menatapku, lalu memelukku menyembunyikan wajahnya di ketiaku, kayaknya Luna ini emang naksir deh sama ketiakku.

"Mim..pi bu..ruk." katanya sambil sesegukan.

Aku tersenyum mendengar itu, "Belum baca doa mungkin." Ujarku.

Dia menggeleng cepat. Lalu menataku dengan matanya yang berkaca-kaca. Aku mengampus bekas air matanya.

"Mau cerita?" Tawarku

Dan dia mengangguk.

"Akhir-akhir ini aku selalu mimpi anak laki-laki. Dia selalu melambaikan tangannya sama Luna. Dia selalu bilang kalau Luna harus lari nyamperin dia, tapi pas aku lari, aku nggak bisa aku kayak cuma jalan di tempat aja. Terus anak laki-laki itu kayak nangis sambil ngomong sesuatu, tapi aku nggak tahu dan nggak pernah denger dia ngomong apa. Aku terus coba lari lagi ngejar dia yang melangkah pergi, tapi pas aku samperin dia. Aku kayak ada di ruangan gelap, gelap banget Raka, aku jadi takut dan anak laki-laki tadi juga udah nggak ada. Aku sendirian di ruangan gelap, terus ada suara letupan pistol bunyi dan suara Mama sama Papa nangis sambil manggil-manggil namaku." Cerita Luna. Lalu Luna menangis lagi, kali ini tampak sedikit tegar.

"Sejak kapan mimpi kayak gitu terus?"

"Sejak mendadak aku takut gelap." Jawabnya parau.

Dia memelukku lagi. "Raka, Aku takut dan aku ngerasa anak laki-laki itu marah dan sedih karena aku nggak nyamperin dia." Ujar Luna lagi.

Aku menggelengkan kepalaku. "Itukan cuma mimpi Luna, udah nggak usah di pikirin yah."

"Nggak Raka, mana ada mimpi yang terus keulang-ulang. Aku bukan nggak mau nyamperin anak laki-laki tadi, tapi aku nggak bisa karena aku ada di ruangan gelap dan aku nggak tahu apa-apa selanjutnya."

Aku memegangi bahunya, lalu mencium keningnya lembut.

"Kalaupun itu bukan mimpi biasa, aku yakin anak laki-laki itu nggak akan marah sama kamu, percaya deh."

Jika memang itu bukan sekedar mimpi, apakah mungkin bahwa itu semua adalah masa lalu nya Luna?
Hanya saja dia nggak inget karena pernah menjalankan pengobatan.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang