Kaaaan......
"Di post pertama kalian akan ketemu sama Sela dan Raka. Di post ke dua kalian akan ketemu sama Jaka dan Maura nah di post ke tiga kalian akan katemu sama Gaga." Ucap Ummi
"Nanti salah satu dari kelompok kalian harus siap menjadi katua kelompok agar semua anggotanya masih tetap utuh dan kompak, masing-masing kelompok akan kami beri jeda selama dua puluh menit, dan satu kelompok beranggagotakan sepuluh orang." Ummi berkata lagi.
"Baik, di mulai dari kelompok pertama yah. " Katanya melanjutkan.
Semua orang di sebut, hanya tinggal sepuluh orang yang belum dan saya jamin itu adalah kelompokku.
"Dan kelompok terakhir atau kelompok dua puluh yaitu Aluna Ratu Az-Zahra, Putri Lailatunnisa, Dodi Syamsul Maarif, Mumtaz Abdullah, Iqbal Sirremiru, Bunga Istiqomah, Syawaliah, Rizki Aditya, Chandra putra, Nurfaiz."
"Sebelum kita memulai acara iniz marilah kita mengucap lafadz Basmalah."
Bismillahirrahmanirrahim
"Hati-hati temen-temen, di sepanjang jalan akan ada lampu bohlam kok meski agak sedikit redup untuk menunjukan jalan setapak.
***
Ini sudah jam dua belas malam, tepat tengah malam dan sekarang adalah giliran kelompok aku yang menyelesaikan teka-tekinya, jangan tanya aku setakut apa, ini aja aku selalu pegangan sama Putri, untung Putri baik. Sekitar lima menitan kami sudah menemukan post pertama, ada Raka dan Sela yang sedang duduk di kursi plastik sambil memegangi senter.
"Nggak ada yang takut gelap kan yah?" Raka bertanya lantang sekali sambil menatapku, goblog sampe ke ubun-ubun padahal dia tahu lho saya ini yang katanya pacarnya, yang nyatanya Istrinya takut gelap.
"Luna." Ucap Putri,
"Dia phobia sama gelap. Kayaknya Luna bisalah di kasih keringanan buat nggak mengikut acara ini." Lanjutnya.
"Tapikan semuanya juga sama, bahkan tadi aja ada lho yang sampe nangis karena takut." Sela menanggapi ucapan Putri, sialan!
"Lho, tapikan ini darmawisata, buat seneng-seneng lho sebelum menyambut UAS di akhir tahun, kalau misal Luna nya aja nggak ngerasa seneng apa bisa di anggap sebagai Darmawisata, Nona?" Sindir Putri telak. Sela hanya diam, nggak mampu ber argumen.
"Tapi itu ketentuannya, tolong hargai panitia yang udah susah payang buat menciptakan kekompakan." Sela akhirnya berucap lagi setelah tadi hanya mingkem.
"Oh pengen di hargai? Berapa sih, harganya?" Kini, saya giliran yang menatapnya tajam, meski sebenarnya saya gemeteran karena disini remang-remang.
"LUNA!" Raka membanting ucapannya, saya tahu dia marah karena ucapanku yang nggak sopan. Bodo amat!
"Kenapa? Dia sendiri yang bilang pengen di hargai!" Kataku ngegas.
"Udah, nggak usah ada drama tengah malem kayak gini, ini kertas buat kalian. Pokoknya nggak ada toleransi buat kalian mau takut gelap kek, trauma gelap kek kami nggak perduli, disini kalian nggak boleh manja, ini bukan rumah kalian, jadi taati peraturan nya, dan lagi ini cuma bentar kok, cuma lima belas menit doang." Tutur Raka.
Apa katanya?
Nggak mentoleransi?
Dia tahu lho setakut apa aku dulu saat mati lampu,
Bahkan dia kan yang gendong aku dulu.Aku mengepalkan jemariku kuat, lalu mendekatinya dan menampar pipinya kuat, bahkan ini telap tanganku sampai sakit saking kencengnya.
Raka cuma diem, lalu tangannya memegangi pipi kanan yang bekas kutampar tadi, Sela yang tadi menatapku serius kini beralih menatap Raka dan mengelus pipi Raka. Caper anjir!
Kemudian, tangan Sela ia tepis dan menatapku tajam.
"Kenapa? Lo nggak terima? Sama, gue juga nggak!" Bentakku.
"Udah Luna." Kata Muntaz menengahi.
"KAMU." Seru Raka sambil mendekatiku.
"Kenapa? Padahal kamu tahu aku takut gelap, kamu juga tahu aku nggak bisa maksa apa yang nggak aku suka, kamu itu nggak lebih dari sekedar sampah yang mengatas namakan Panitia biar bisa di hormati dan semena-mena. Kalian lupa buat memanusiakan manusia, setiap manusia itu beda-beda anjir! Punya kekurangan dan ketakutannya masing-masing. Nggak kayak kalian yang merasa maha sempurna dan maha nggak takut apapun, apalagi lo!
Aku menunjuk Sela.
"Gila sama kehormatan dan harga, bangsat kalian semua itu!" Makiku, lalu memukul bahu Raka kuat sampai dia mengaduh dan berlari entah kemana, pokoknya lari aja dulu, pokoknya menghindari mereka dulu.
Samar-samar aku denger suara Raka yanh bilang buat tetep ngelanjutin perjalanan, jangan hiraukan Luna. Jahat banget.
Aku lari semakin kencang, mataku kabur karena air mata, saat lelah saya baru sadar kalau saya sepenuhnya berada di tempat gelap, nggak ada lagi cahaya Bohlam yang menyinari, nggak ada lagi jalan setepak di depan.
Aku tersesat karena kebodohanku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Galak Itu Suamiku
Teen Fiction16+ Bagi Raka, menikah dengan Aluna itu bencana, seperti Gempa dengan kekuatan 10 SR. Dan sialnya, dia tidak bisa mengelak karena perjodohan konyol orang tuanya. Dan, bagi Aluna, menikah dengan Raka adalah ajang balas dendam, karena Raka yan...