Si galak
"Itu yang bener jewer telinganya!" si galak terus nge-bacot, dengan tatapan sangarnya dan mata tajamnya.
"Ogah..." ucapku, lalu menjulurkan lidahku tepat di hadapannya.
"Jewer yang bener itu telinga, atau gue yang jewer." ucapnya tajam.
"Bagi uang dulu. " ucapku sambil menaik-turunkan alisku.
Raka tampak memutar bola matanya, mungkin sebal. Haha
"Enggak!"
Aku tersenyum padanya, membuat dia menunjukan tatapan bingung padaku.
"Kalau gitu gue bakal kasih tahu, kalau ketua osis sok galak ini tidur nya suka-
"SEKALI LO NGOMONG, GUE NGGAK AKAN KASIH UANG SAMA LO!" Raka berbisik, namun kata-katanya tajam.
"Ohya?" aku menyeringai
"WOY TEMAN-TEMAN... TERNYATA SI KETUA OSISI INI DIA- Mppph."
Tangan Raka menutup mulutku rapat. Sambil matanya menatapku dengan tatapan paling benci sedunia.
Aku tersenyum meremehkan padanya.
"Kenapa Aluna?" tanya Kak Bobi, temannya si galak Raka dengan tatapan heran.
Aku tersenyum, "Nggak apa-apa kak Bobi." ucapku lembut.
"Hee... Lo itu kalau senyum jangan manis-manis, nanti gue diabetes." racaunya sambil terkekeh.
"Gue Ikhlas kok, kalau Kak Bobi Diabetes." gumamku, lalu melempar senyum ke arahnya.
"Anjiiir!" Kak Bobi memekik, dan aku tertawa detik itu juga. Nggak ada yang lucu sih, tapi hey, lihatlah tampang si menyebalkan Raka yang sudah masam mendengar ocehan kami.
"Lo ini lagi hukum, emang lo mau gue tambahin hukumannya."
"Lo juga Bobi, lo kenapa keluar, belum Istirahat juga. Dan lo kan lagi nggak tugas hari ini." coba bayangin, dia ngomelnya ke Kak Bobi, tapi matanya ke aku. Bayangin dong... Haha.
"Ya Maap, habis teriakan Aluna menggetarkan hatiku."
Sontak, aku tertawa detik itu juga.
"AAAW!"
Raka menjewer hidungku dengan kencang, aku rasa telingaku ini sudah sangat merah
"Lo bodoh yah... Kalau telinga gue copot gimana PEA!" kataku sambil memukul bahunya.
"Yaudah, makanya yang bener dong. Lagi di hukum juga."
"Gue di hukum juga gara-gara lo yang nggak bangunin gue." kataku sebal.
Iya, jadi tadi pagi Raka justru meninggalkanku yang dalam keadaan tidur di rumah, akhirnya ya terlambat. Mana nggak di kasih uang jajan lagi.
Eh, kalian bingung ya?
Jadi gini, dua minggu yang lalu kami, aku dan Raka resmi menikah. Iya menikah, nggak salah baca kok.Kami menikah atas dasar perjodohan konyol orang tuaku dan dia. Sumpah konyol banget, dan lebih konyol lagi sekarang kami tinggal bersama di sebuah kontrakan dekat sekolah, mungkin jaraknya hanya sebatas setengah kilo meter saja.
"Makanya kalau tidur jangan kayak orang mati!" kata Raka ketus.
Aku mengerucutkan bibirku, lalu kuinjak saja kakinya. Dan itu sukses buat dia mengaduh sakit.
"Lo gila yah." ucapnya tajam. Aku hanya ngecir lalu merogoh saku seragamnya dan mendapati uang Lima Puluh Ribuan, ya ku ambil aja.
"Uangnya buat gue yah..." kataku, dia hanya diam, lalu menatapku dengan tatapan yang tidak pernah kulihat sebelumnya.
"Apa lo nggak nyadar atas apa yang lo lakuin." serunya
"Kenapa?"
"Ya lo ngerogoh saku baju gue, itu membuat-"
"Buat apa?"
Dia tampak berdecak kesal.
"Lupakan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Galak Itu Suamiku
Roman pour Adolescents16+ Bagi Raka, menikah dengan Aluna itu bencana, seperti Gempa dengan kekuatan 10 SR. Dan sialnya, dia tidak bisa mengelak karena perjodohan konyol orang tuanya. Dan, bagi Aluna, menikah dengan Raka adalah ajang balas dendam, karena Raka yan...