15

93.5K 4.1K 148
                                    

Luna dan phobia gelap

Saya pulang ke kontrakan jam tujuh malam, kulihat Luna sedang duduk meringkuk di  teras dengan masih menggunakan baju seragamnya.

Saya pikir dia marah, atau lebih buruknya cemburu mungkin karena kejadian di toko buku tadi. Siapa yang tahu.

"Lo ngapain?" Tanyaku setelah turun dari motor.

Dia menatapku dengan cemas, lalu segera berlari ke arahku dan memelukku secara tiba-tiba. Nyaris saja aku terjungkal.

"Ada apa?" Tanyaku cemas, dia bersembunyi di ketiakku, padahal saya yakin ini seragamku sudah bau.

"Mati lampu, aku takut." Gumamnya pelan,

What? Mati lampu?
Luna takut sama mati lampu?
Eh...

"Gue takut gelap." Gumam Luna dengan suara parau.

"Kenapa lo lama, gue takut " katanya lagi.

Aku menghentikan pelukannya dan memaksa dia untuk menatapku. Wajahnya kacau, rambutnya acak-acakan dan pipinya di penuhi bekas air mata.

"Lo phobia gelap?"

Luna hanya mengangguk.

"Tenang ada gue." Kataku,

Ku dekap dia di pelukanku, lalu kuambil bungkus kue yang tergeletak di depan pintu.

Phuf... Kupikir dia marah tadi,lalu sengaja duduk di teras menungguku pulang untuk dia hajar habis-habis.

Saat aku membuka pintu, dia lebih mengeratkan pelukannya. Saya tidak tahu kenapa dia bisa setakut ini terhadap gelap.

"Gue ngemasin baju-baju, setelah itu kita kerumah orang tua lo yah." Kataku,

Luna hanya diam, dia ini lebih mirip Koala yang sedang bergelantungan memeluk batang pohon.

"Pegang ini." Saya memberikan senter pada Luna.

Tadinya dia enggan untuk aku lepaskan dari pelukan, tapi ayolah aku ini laki-laki jika terus seperti itu aku takut terjadi hal yang tidak di inginkan.

Aku memasukan seragam untuk besok, lalu menuntut Luna ke kamarnya untuk mengambil seragamnya.

"Gue nggak tahu lo naro seragamnya dimana, bisa lo ambil sendiri? Gue yang nyenterin." Kataku.

Dia mengangguk, saya tahu wajahnya menahan takut, tapi dia tidak menangis.

Saat dia membuka kunci lemarinya, tangannya bergetar hebat, juga kakinya.

"Aluna," gumamku saat menyadari ada yang aneh dari Luna.

Seperkian detik dia terduduk lunglai, dia duduk di lantai, lalu berbalik arah dan memeluk kakiku.

Aku segera berjongkok menatap wajahnya.

"Gue ng....nggak bis..a." Luna mulai sesegukan. Saya memeluknya erat, lalu ku gendong dia dari depan. Sudah mirip seperti Koala beneran, haha.

Saya membuka lemari Luna, jika saja keadaannya nggak seperti ini, saya akan mengejeknya berkali-kali dengan pemandangan cd-cd Luna yang bergambar kartun, seperti anak kecil saja.

"Oke, ketemu." Gumamku pada diri sendiri.

Luna hanya diam, tubuhnya bergetar hebat, bahuku juga terasa basah dan berat, Luna sedang menangis.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang