45

70K 3K 98
                                    

Tupai dan pohon

Hari terakhir Kemah, pagi ini kami semua melakukan senam bersama, senam jaman dulu yang nggak lekang oleh waktu, senam Pramuka kebangganku sewaktu kanak.

Ada Jaka, Ummi, Pak Hasbi yang memimpin senam pagi ini, lalu panitia yang lain ikut berbaris dengan yang lainnya.

Kecuali satu. Kulihat Raka hanya diam terduduk di kursi sambil memainkan kamera entah milik siapa, mungkin milik sekolah.

Lalu setelahnya di susul dengan sarapan pagi dengan menu Nasi, mie dan juga tempe, khasnya anak kemah.

Selesai sarapan, kami di intruksikan untuk berkumpul di lapangan dengan memakai kaos olahraga lengkap sepatu kets. Katanya akan di adakan permainan yang mengasah Logika dan kecepatan.

"Ini sesuai yah, kelompok nya kayak yang semalem. Jadi tolong dalam hitungan ke lima semua sudah  harus berkumpul dengan kelompok nya masing-masing." Kata Raka, suaranya serak entah kenapa.

"SATU!"

Aku menatap Mumtaz lebih dahulu, lalu melirik Putri yang hanya berjarak dua orang dari barisanku.

"DUA!"

Aku berlari sangat cepat menghampiri  Putri, lalu menarik lengannya menuju Mumtaz.

"TIGA!"

kami sudah terkumpul lima orang, di sana manusia hilir mudik berlari-lari saling menabrak, lalu enam, dan tujuh. Tiga lagi maka kelompok kami genap sepuluh orang.

"EMPAT!"

yap, kelompokku sudah siap.

"LIMA!" Raka berteriak paling kenceng saat hitungan lima.

"Baiklah, buat kelompok yang nggak lengkap, boleh ketuanya melapor ke saya. Karena akan ada hukuman buat yang nggak lengkap."

"Lho, kan belum di mulai game nya."

"Udah kok, saat saya mulai menghitung artinya game sudah di mulai." Ucap Raka.

"Baiklah, gini permainan nya. Disana sudah ada jaring-jaring berbentuk persegi, nanti kalian masuk kedalam kotak itu tanpa mengenai jaringnya, kalau semisal dalam sekelompok ada lima orang yang kena, maka akan dikenakan hukuman berlapis." Tutur Raka.

Saya duduk di samping Putri sambil melihat kelompok yang kena hukuman. Beberapa ada yang memasuki kotak dengan luas nggak lebih dari lima puluh cm kurasa yah. Ada yang di gotong, ada juga yang dengan caranya sendiri tapi ujungnya keduanya sama-sama mengenai jaring.

Suara heboh memenuhi di kaki gunung tempat kami berkemah, singkat cerita, setelah semua hukumannya selesai, kami berkumpul di lapangan membuat lingkaran yang sangat besar sekali.

Lalu Raka yang sedang mengenakan Topi sedang berkoar-koar di tengah lapangan.

"Sekarang ada permainan baru, namanya Tupai dan Pohon, sudah ada yang pernah denger?"

"Sudah." Kata sebagian orang, saya sih belum, jadi diem aja.

"Saya jelasin lagi yah, takut lupa. Jadi gini, buat kelompok tiga orang Sekarang." Kata Raka.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang