Rasa ini
Aku nggak tahu ini chapter dewasa atau bukan. Tapi ada mengandung hal vulgar di dalamnya. Mohon bijak, untuk adek-adek di bawah umur 16 cukup skip aja yah ^ ^
Aku bangun dalam keadaan terluka, sakit itu masih nyata adanya. Dan mimpi tadi seakan mengunjungiku lagi dari sekian lama bayangan itu hilang.
Kisah ini ternyata belum usai, aku menatap Raka yang sedang berbicara sendiri di laptop, sedang menjelaskan sebagai tutor Online. Tiba-tiba saja air mata ini netes gitu aja. Aku takut kehilangan Raka.
Aku melirik jam di ponselku, sudah jam satu malam, dan Raka belum juga tidur, sekeras itu dia mencukupi keperluanku. Padahal usia tujuh belas tahun itu masih di bilang remaja labil yang belum tahu tentang berjuang mencari sesuap nasi, tapi dia mampu dengan segala keterbatasannya.
Aku cukup sadar diri, Raka itu pasti amat letih, sekolah, ngajar les, dan harus jadi tutor juga.
Raka mendekatiku seraya menghapus air mataku.
"Kenapa bangun?" Tanya Raka cemas, aku menggeleng.
"Bukan mimpi buruk lagi kan?" Tanyanya masih dengan wajah cemas. Aku tersenyum, "Selesain dulu buat videonya." Ujarku. Dia mengangguk lalu mengacak rambutku dan kembali lagi duduk di kursi, iya dia memang kalau buat video selalu di kamarku, katanya sih karena kamarku rapih dan banyak buku, padahal sumpah ini bukunya cuma beratus-ratus halaman tanpa pengetahuan, eh tapikan, sebenarnya di novel juga pasti ada pembelajaran nya yah.
Aku menunggunya sambil sesekali memotretnya dari ponselku, aku tersenyum tiba-tiba, dan tiba-tiba menangis lagi.
"Udah selesai." Ucapnya lalu mengacak rambutnya asal. Heheh, rambut rapihnya hanya sebatas formalitas.
"Tuh kan, nangis lagi." Omelnya sambil menghapus air mataku. Dia duduk di ujung kasur.
Aku memeluknya erat, takut jika akan kehilangannya.
"Ada apa sih?" Tanya Raka bingung. Aku menggeleng sambil senyum.
Aku takut Raka,
"Tuhkan nangis lagi, kenapa sayang?" Tanya Raka lembut.
Aku memegangi rambutnya, lalu memainkan alis tebalnya, hidung mancungnya, bibirnya. Wajah dia sempurna, sesempurna kepribadian nya. Lalu memeluknya sekali lagi.
"Aku sayang sama kamu." Bisiku pelan, aku nggak tahu ekspresi nya seperti apa sekarang, sebab saya tidak ingin berpaling dari dada bidangnya.
"Kamu nggak akan pergi kan."
Dia melepaskan pelukanku, lalu menatapku dengan tatapan redup.
"Luna, dari awal aku udah bilang, aku nggak akan ninggalin kamu. Aku nggak akan cerain kamu, aku nggak akan main-main sama pernikahan ini." Tuturnya.
Aku menangis, lagi. Anjir mellow banget gue, padahal ini tengah malem.
Aku jadi inget awal pertama kali kami bertengkar gara-gara aku main kerumah Indra dan pulang jam sepuluh malam.
Dia bilang, dia nggak akan pernah menceraikan Luna.
"Aku takut." Cicitku pelan, dia terkekeh.
"Aku akan berusaha buat kamu yakin kalau aku nggak main-main sama kamu." Katanya tegas.
"Gimana caranya?""Dengan waktu, sayang... " Ucapnya seraya mengecup keningku singkat.
"Jangan deket-deket sama Sela." Kataku
Dia tersenyum, "Asalka kamu harus deket-deket terus sama aku." Ujarnya. Aku menatapnya sebal, ih sempet-sempetnya ngeledek.
"Lun, awalnya aku memang nggak terima di jodohin sama Luna, tapi aku nggak pernah bilang nolak.dan aku bersyukur bisa kenal Luna lebih deket." Ucapnya, dia memiringkan kepala nya, mendekati wajahku
Dan
Perutku sakit.
Aku memegangi perutku kuat,
"Ih kenapa?"
"Sakiit." Kataku sambil merintih.
"Hee? Sakit kenapa." Raka panik sepanik panik nya.
"Kayaknya aku mau Haid." Gumamku.
Dia memukul keningnya cukup kencang, "Pantesan aneh, wong lagi datang bulan." Ujarnya pada diri sendiri.
"Aku nggak aneh yah..."protes ku
"Itu kamu aneh Luna." Hardiknya
"Mana ada!" Kataku tak kalah tajam
"Ini barusan apa. Tadi aja nangis-nangis, sakarang malah marah-marah." Omel Raka ketus.
"Yakan, tadi karena aku mimpi sesuatu terus kebangun, lagian aku nangis juga karena aku takut kehilangan kamu." Belaku
Dia memincingkan matanya.
"Kan bener, kamu mimpi buruk lagi, tadi mimpi apa?" Tanya Raka, kini intonasinya sedikit lembut dari yang tadi.
Aku menggeleng cepat, "mimpi buruk itu, nggak boleh di ceritain, katanya."kataku masih ketus. Dia hanya mengeluarkan bibir kirinya sambil menatapku jelek. "Nyebelin!"
Tiba-tiba dia mengangkat tubuhku sampai aku duduk sempurna di pahanya, lalu dengan lembut, dia membalikan badanku sampai pas menghadapnya. Kami saling pandang-pandangan cukup lama, karena resah, saya bergerak hendak turun, malu tahu!
"Jangan gerak." Katanya parau, suaranya mendadak serak pelan
"Kenapa?" Tanyaku sambil menatap matanya, eh yang di tatap malah memejamkan mata.
"Kamu nggak akan tahu." Katanya seraya membuka mata, dia tersenyum simpul, lalu menangkup pipiku dan mencium bibirku.
Aku mengalungkan lenganku di lehernya, seolah sudah biasa, aku memejamkan mataku, entah gunanya buat apa.
Tangannya bergerak-gerak liar, yang tadinya di pipi kini sudah ada di tengkukku, lalu berpindah melingkari peritku.
"Ugh!" Aku menatap Raka, dengan sekali hentakan dia menghentikan ciumannya.
"Kamu-" aku nggak sanggup buat berkata lebih panjang, takut salah ucap juga.
"Setiap aku deket kamu, tubuhku bereaksi begitu, Luna. Itu wajar kan." Ucapnya serak.
Anjir, pikiranku sudah kemana-mana.
"Jangan gerak dulu, cukup waktu lama buat aku nggak tegang lagi." Ucap Raka seraya mengatur deru nafasnya.
Raka terangsang kah?
Matanya menatapku redup, deru nafasnya tidak teratur meski sejak tadi dia atur sebisa mungkin. Mungkin akupun sama, merasakan gejolak aneh ketika pahaku, ralat bukan paha, tapi lebih ke sesuatu yang di jaga oleh pahaku nggak sengaja bersentuhan langsung dengan area sensitif milik Raka."Apa kamu tersiksa Raka?" Tanyaku, ini kenaoa ucapanku jadi ikutan serak sih.
Raka mengangguk, lalu tersenyum. "Kita belum cukup umur, dan kamu belum siap. Makanya aku sedikit sesak." Jawabnya jujur.
"Maaf." Kataku sambil mengelus rambutnya.
"Tidur yuk, udah hampir jam dua malem." Katanya. Dia berdiri seraya menggendongku, lalu membaringkan aku ke ranjang, dan dia menghempaskan dirinya di kasur empuk ini.
"Selamat malam Luna." Katanya pelan, lalu memejamkan matanya sambil menarikku dalam dekapannya.
Aku terus mengamati wajah Raka, apakah aku ini bebannya?
Sudah susah payah cari uang, harus menahan gejolak dalam tubuhnya pula.Aku mengecup kening Raka singkat, lalu merengsek masuk ke pelukannya.
Malam, Raka sayang.
![](https://img.wattpad.com/cover/195159390-288-k171790.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Galak Itu Suamiku
Teen Fiction16+ Bagi Raka, menikah dengan Aluna itu bencana, seperti Gempa dengan kekuatan 10 SR. Dan sialnya, dia tidak bisa mengelak karena perjodohan konyol orang tuanya. Dan, bagi Aluna, menikah dengan Raka adalah ajang balas dendam, karena Raka yan...