Ngurusin bayi gede
Dari luar suara ketukan pintu terdengar, lalu sahutan namaku menggema, itu pasti Raka yang baru saja pulang dari Darmawisata kelas tiga. Aku buru-buru jalan keluar dan membuka kunci kontrakan.
"Kamu kenapa?" Tanyaku saat kami saling memandang.
Wajahnya pucat sekali, kantung matanya besar. Lalu dengan sekali hentakan, dia langsung menjatuhkan tas besarnya dan menjatuhkan diri di dekapanku.
"Sakit." Katanya parau
Dengan susah payah, aku memapahnya sampai ke kursi, lalu mengambil tasnya dan langsung mengunci pintu karena mengingat ini sudah jam sebelas malam.
Aku melihat Raka yang sudah meringkung di kursi, lalu mendekatinya dan membukakan sepatunya yang kotor.
Lalu setelahnya aku buru-buru mengambil air putih dan memberikannya pada Raka.
"Minum dulu yah." Kataku seraya menepuk pahanya pelan.
Matanya terbuka pelan, lalu menatapku dan air putih yang berada di tanganku, dia duduk untuk bersandar di kursi, lalu aku mengarahkan gelas di mulutnya untuk dia minum.
Pasti dia tidak tidur lagi, mengingat waktu kami kemah juga di Bus bilang kalau dia tidak tidur karena nggak bisa tidur kalau nggak meluk aku atau bonekanya, selain itu tenaga dia di kuras habis, meski ada jeda enam hari, tapi itu tetap aja kurang karena selama Darmawisata itu para Panitia emang selalu sibuk, belum ngurusin makan belum ini belum itu, pokoknya banyak.
Aku memegang keningnya, dia demam tinggi.
"Pindah ke kamar yuk." Kataku, lalu mengangkat tubuhnya dengan sepenuh tenaga, berat banget sumpah.
Dengan penuh perjuangan akhirnya aku sampai di kamar Raka, dan membaringkan tubuhnya di kasur yang empuk. Aku melempar asal boneka beruang yang dia beri nama Bubu itu. Lalu hendak kedapur untuk membuat air panas untuk mengompres Raka.
"Mau kemana?" Tanya Raka lemah seraya memegangi pergelangan tanganku, bahkan ini pergelangan tanganku menjadi panas juga karena suhu tubuh Raka yang mengalir di kulitku.
"Mau ngompres kamu." Ucapku selembut mungkin.
Dia menggeleng, lalu menariku untuk dia dekap.
"Nggak boleh, skin to skin aja." Ucap Raka pelan.
"Di kompres dulu yah," pintaku, dia tampak memanyunkan bibirnya, aku mencoba lepas dari dekapannya, masalnya ini aku ada di atas dia, menindih tubuhnya. Kalau dia nggak sakit sih, nggak apa-apa tapi masalahnya dia lagi sakit, dan suhu tubuhnya ikut mengalir di tubuhku.
"Sebentar aja yah..." Ucapku.
"Habis itu skin to skin yah." Katanya.
Aku mendengus sebal "Lagi sakit juga tetep aja ngeselin." Ocehku.
Saat aku balik lagi ke kamar, Raka sudah meringkuk lagi, mengeratkan tubuhnya hingga tampak menyusut seperempat dari tubuh aslinya.
Aku menempelkan kain panas di keningnya, lalu membelai rambutnya yang basah karena keringat.
Aku terus mengulangi hal yang sama sampai air di baskom menjadi dingin. Lalu menyentuh keningnya lagi dan demamnya belum juga reda. Mau kubawa kerumah sakit, bingung juga bawanya kayak gimana, mungkin kah emang harus skin to skin?
Aku membuka bajuku hingga tinggal kaos dalemanya aja, lalu melepas celanaku hingga tersisa celana pendek di atas lutut.
Aku menyingkap selimut Raka, lalu memeluk tubuhnya erat sambil menggosok-gosokkan tubuhnya berharap semua panasnya hilang karena tersentuh suhu tubuhku yang normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Galak Itu Suamiku
Ficção Adolescente16+ Bagi Raka, menikah dengan Aluna itu bencana, seperti Gempa dengan kekuatan 10 SR. Dan sialnya, dia tidak bisa mengelak karena perjodohan konyol orang tuanya. Dan, bagi Aluna, menikah dengan Raka adalah ajang balas dendam, karena Raka yan...