7

117K 4.6K 116
                                    

Heeerssss

Aku baru saja sampai kontrakan petang ini,  Raka yang membawa motor.  Aku berjalan masuk ke kamarku,  kontrakan ini tidak luas,  hanya ada dua kamar tidur,  satu ruang  tamu dan satu lagi ruangan dapur dan kamar mandi,  itupun kecil sekali.  Aku pikir hidupku akan sama seperti yang di novel-novel yang aku baca setiap malam,  nikah muda,  di jodohin,  tinggal di Apartemen mewah,  lalu LDR karena kuliah terus selesai.  Ku pikir sesimpel itu,  tapi nyatanya nggak.

Kami hanya tinggal di kontarakan kecil,  yang bahkan berada di gang sempit yang bahkan mobil saja tidak bisa masuk kedalam.  Jika di tanya apakah Raka punya mobil,  ya aku jawab bahwa si nyebelin Raka punya mobil pribadinya,  tapi dia hanya simpan di garasi rumahnya sebagai rongsokan.  Padahal jika dia membawa mobilnya aku bisa menggunakan motornya untuk ke sekolah,  bukannya jalan kaki sepuluh meter lalu naik angkutan umum menuju sekolah. 

Sifat menyebalkan Raka kambuh lagi,  dia membawa Bubu ke kamarku,  lalu menatapku datar

"Ini buat nanti besok." ucapnya,  dia menyodorkan uang dua puluh ribuan,  aku hanya menatapnya tajam,  sedangkan,  dia hanya menatapku datar sambil meluk boneka raksasanya. 

"Kalau nggak mau gue ambil lagi." ancamnya.  Aku mendengus kesel,  segera kutarik uang dari tangannya. 

"Asal lo tahu,  uang segini itu nggak cukup buat jajan gue."

"Gue nggak perduli. " katanya songong.  Dia berbalik arah keluar kamarku,  lalu berjalan gontai menuju kamarnya.  Ya,  kami memang tidak satu kamar,  jangan tanya alasannya apa,  karena sudah pasti aku nggak sudi tidur satu kasur sama dia yang bahkan nggak muat untuk berdua gara-gara ada boneka beruang sialan itu

***

Ini hari Senin,  aku datang tepat waktu ketika bendera akan di kibarkan,  aku melihat orang-orang memberikan hormat,  aku menghela nafas,  lebih baik pergi ke kantin. 

"Neng Luna mau pesen apa?" Mang Mamat bertanya ramah padaku,  aku tersenyum. 

"Biasa mang." ujarku.  Mang Mamat hanya mengangguk sambil membentukan kata oke dari jemarinya. 

Kebetulan di kantin hanya ada aku,  jadi nggak perlu repot-repot mengantri makanan. 

Satu porsi Somay sudah terhidang di depanku,  lalu di susul dengan es teh manis. 

Aku melahap nya,  Somay Mang Mamat memang tiada duanya. 

Omong-omong suara lagu kebangsaan Indonesia tidak lagi terdengar,  mungkin sudah selesai.  Aku segera menegak es teh terakhirku lalu hanya menyisakan dua bongkahan es batu kecil.  Aku menyerahkan uang sepuluh ribuan,  lalu Mang Mamat memberikan uang tiga ribuan sebagai kembaliannya. 

Aku berjalan keluar kantin,  hendak ke kelas.  Tapi saat di koridor aku mampu melihat mata sinis Raka. 

Dia menghampiriku,  lalu tangannya berkacak pinggang.   "Bagus yah,  orang lain upacaya tapi lo justru ke kantin." omelnya. 

"Nah,  bukannya lo juga nggak upacara?" tanyaku menyeringai. 

Dia memutar bola matanya malas,   "Karena gue osis." sanggahnya. 

Cih,  osis katanya. 

"Ada apa Ka?" suara itu terdengar,  lalu di susul kak Bobi dari balik tembok.

"Eh ada Luna." katanya,  lalu tersenyum  sumringah.   "Eh,  ada kak Bobi." ujarku meniru gaya bicaranya.  Dia terkekeh 

"Ka,  biar gue aja yah   yang hukum Luna." bisik Bobi pada Raka,  tapi aku mampu mendengarnya. 

"Gue pengen ngerjain Luna biar dia mau jadi pacar gue."  bisik Bobi lagi,  si nyebelin Raka menjitak kepala Bobi cukup keras,  lalu dia mengaduh kesakitan. 

"Sakit elah." kata Bobi sambil mengusap-usap kepalanya. 

Aku terkekeh,  lalu segera berlari menuju ruang kelas. 

"Woy!" Raka berteriak,  aku berbalik badan lalu menjulurkan lidahku padanya. Wajahnya merah padam menahan marah.  Hahaha...

Kelas masih sepi, hanya ada beberapa orang saja yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya.

Aku membuang nafas kasar, lalu duduk di samping Dugong Jantan. Kali ini, Indra tidak masuk sekolah, dari yang aku dengar dari Putri tetangganya.

"Aluna." Seseorang memanggilku, aku tidak tahu siapa, dia laki-laki mungkin tingginya hampir sama sepertiku.

"Ini ada surat dari temen gue." Tuturnya, dia memberiku sepucuk surat warna merah muda. Lalu di atasnya ada kue putri salju dalam toples.

"Semoga kamu suka." Ujarnya lalu dia segera pergi sebelum aku mengucapkan apapun.

Temen sekelas sudah mendekat, lalu kubuka kuenya dan kuberikan pada teman-teman di kelas.

"Enak yah, jadi Luna. Sering di kasih makanan sama orang-orang." Kata Putri, dia terus mengunyah kuenya.

"Coba dong Lun, baca suratnya." Kata Jaka duduk di sampingku.

Aku tersenyum lebar, lalu kuberikan surat itu pada Jaka.

Jaka tanpa malu menerima nya lalu di bukanya surat itu dan di bacakan keras-keras.

"Aluna, namaku Darrel, kelas 10, aku suka kamu."

"Heee...surat macam apa itu." Oceh Jaka, dia menyerahkannya lagi padaku.

Saat jam istirahat aku hanya duduk di dalam kelas, uangku hanya sisa delapan ribu, lima ribu untuk ongkos, dan entah harus ku apakan uang tiga ribu, mungkin akan kusimpan untuk besok.

Laki-laki yang tadi pagi datang lagi ke kelas, dia menatapku sedikit bingung.

"Aluna, boleh ikut gue sebentar nggak." Ujarnya, aku menatapnya sinis "Ngapain."

"Pokoknya lo harus ikut,"

"Kalau gue nggak mau?" Aku menyeringai.

"Gue yang bakal mati." Gumamnya pelan.

Aku memincingkan mataku,. "Maksudnya bagaimana?"

Dia duduk di depanku, lalu menatapku sendu

"Darrel itu temanku sejak kecil, dia selalu memberikanku mainan, karena setiap bulan dia selalu membeli mainan baru dan yang lama selalu di berikan padaku. Waktu SMP dia juga sering membelikanku apapun yang aku mau, orang tuanya kaya raya, dia mampu beli apapun bahkan mampu membelikan apapun untuk orang lain. Dia baik, sampai gue tahu-

Dia berjeda.

"Kalau Darrel melakukan semua itu untuk membuatku merasa tidak berdaya dan harus menuruti semua perintah nya. Jika apapun yang dia perintahkan tidak terkabul, dia memukulku. Makanya.-

Dia menghela nafas sambil menatapku nanar.

"Tolong bantu gue , tolong jadi pacarnya Darrel yah..." Pintanya. Matanya berkaca-kaca, aku menatapnya tajam, lalu kuperhatikan semakin tajam sampai aku melihat luka lebam di rahangnya. Mungkin benar, mungkin semua itu adalah fakta.

"Tenang aja, gue akan bantu lo."

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang