Doa untuk Luna
Saya mendiami Aluna yang masing ngomel-ngomel, apalagi kalau bukan minta uang, ya, saya tahu Luna itu anak yang di manja sehari bisa menghabiskan uang tidak ternilai jika dia mau, tipe perempuan boros yang tidak pernah tahu lelahnya bekerja.
Omong-omong saya juga tidak tahu lelahnya bekerja, sebab saya belum bekerja, saya hanya mengajar les Rin adik teman saya di sekolah, namun itupun sudah sangat melelahkan.
"Oy galak!" Dia menatapku bengis, dia menghampiriku bodoh sekali padahal untuk jalan normal saja dia tidak mampu.
"Pengen jajan." Katanya merajuk, memang semua uang transferan dari orang tuanya ada padaku, tapi tidak pernah aku pakai sampai waktunya tiba.
"Gue nggak punya uang." Kataku datar.
Dia menggembungkan pipinya sambil memajukan bibir tipisnya. Khas seorang Aluna saat sedang sebal.
"BOHONG!" Katanya tajam, saya hanya menatap dia datar lalu mengabaikannya karena sedang menggoreng telur untuk makan malam. Tadi sepulang ngajar les saya sempat beli dua bungkus Nasi goreng tapi sepertinya lebih enak jika di tambah telur ceplok.
"Rakaaa." Luna berteriak lagi, sedang saya hanya memutar bola mataku malas. Dia tidak akan belajar arti sabar dan berhemat jika terus ku turuti.
"Terserah!" Ngambeknya, dia mengambil satu bungkus nasi goreng yang ada di dekat kompor, lalu mengambil sendok dan mungkin sedang melahapnya sambil ngedumel.
Saya makan di dapur, entahlah terlalu malas sekedar membawa sepiring nasi goreng di tambah telur menuju kursi di ruang tengah. Meski sebenarnya makan di dapur tidak ada indah-indahnya karena langsung berpapasan dengan kamar mandi.
Setelah selesai makan, saya mencuci beberapa piring, jika kuhitung hanya ada tiga piring dan lima gelas. Ya saya memang belum mengajari Luna tentang tanggung jawab terhadap lingkungannya, syukur-syukur dia sudah mau menyapu kontrakan dengan benar. Dulu waktu pertama kali kami kesini dia bahkan tidak mau ngapa-ngapain hanya diam di kamar lalu berangkat sekolah, pulang habis magrib entah darimana dan sama siapa.
Saya berjalan menyusul Luna, dan kulihat dia sudah tertidur dengan nasi goreng yang belum dia buka.
Padahal tadi bilang ingin makan dan jajan tapi justru tidur, memang benar jika wanita memang sulit di tebak.Aku menggendongnya dari depan, kasihan juga jika harus di bangunkan dan lagi kakinya masih sakit, kurasa karena jalannya mirip orang pincang, eh salah cara jalan dia mirip orang kejang-kejang yang terkena epilepsi, haha.
Dia bergerak di pelukanku, segera ku percelat jalanku menuju kamarnya. Jaraknya cuma tujuh langkah, ya karena kontrakan ini kecil.
Saya meletakannya di kasur, kamar Luna selalu rapih banyak buku-buku ensiklopedia di rak bukunya, dan dia memiliki banyak koleksi novel layaknya remaja pada umumnya, dia suka membaca suka dengan sains kurasa, karena bukunya banyak tentang sains tapi entah kenapa dia selalu berbuat onar, selalu bolos pelajaran dan entahlah, di bilang bodoh juga dia tidak bodoh.
"Kamu jahat." Ucap Luna.
Saya segera menghampirinya,saya ber-puhh lega karena dia ternyata hanya mengigau, entah apa yang ada di mimpinya.
Kami memang sudah solat Isya berjamaah di kamarku, jadi saya tidak perlu repot-repot untuk membangunkannya, aku menyentil hidungnya pelan, lalu menyelimutinya dengan selimut Stick alien lucu kesukaanya. Di akhir aku mencium keningnya, hidungnya lalu turun ke bibir.
Saya tidak tahu tindakan saya atas dasar apa, namun saya pernah membaca jika seseorang di bisikan yang baik-baik ketika tidur akan berpengaruh pada kesehariannya, aku sudah sering melakukan itu.
Aku mencium bibirnya cukup lama, lalu kubisikan seutas doa untuknya."Jadilah istri yang baik, Luna." Bisikku di telinganya. Lalu saya melangkah pergi menutup pintu kamarnya dan memasuki kamarku untuk tidur.
***
"Gue pengen sekolah..." Rengek Aluna saat aku akan berangkat.
"Lo mau naik angkot dengan kaki pincang?" Tanyaku sambil menatapnya tajam. Dia menatapku tak suka. "Kan bisa bareng sama lo." Ujarnya
Aku berdecit, "Nggak mau." Kataku tajam
"Lagian kalau lo sekolah pun, lo pasti akan bolos ke kantin bareng temen aneh lo itu!" Kataku tajam, aku segera berjalan menuju motor yang sudah kupanaskan sebelumnya.
Luna hanya menatapku sebal lalu masuk kembali kerumah dengan jalan yang masih pincang.
Jam setengah tujuh saya sudah sampai di sekolah, lalu berjalan gontai memasuki kelas
"Raka."
Saya menoleh kebelakang, lalu kulihat Sela sedang berlari menghampiri ku.
"Yuk bareng." Ajak Sela. Aku hanya mengangguk lalu berjalan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Galak Itu Suamiku
Teen Fiction16+ Bagi Raka, menikah dengan Aluna itu bencana, seperti Gempa dengan kekuatan 10 SR. Dan sialnya, dia tidak bisa mengelak karena perjodohan konyol orang tuanya. Dan, bagi Aluna, menikah dengan Raka adalah ajang balas dendam, karena Raka yan...