28

75.8K 3.5K 74
                                    

Raka nyebelin

Si galak Raka baru saja meng-upload videonya. Katanya sekarang dia menjadi tutor online, terserah lah.

Lalu dia menghampiriku yang sedang chat dengan Ikis, omong-omong Kikis akan pulang besok setelah pengumuman pemenang.

"

Kakinya masih sakit?" Tanyanya seraya ikut berbaring di sampingku.

"Mayan."

Dia berguling ke sampingku, kini posisinya dia tepat di atasku.

"Lun." Katanya. Dia menopang badannya sendiri.

"Apa." Cicitku, aku cukup tegang dalam posisi sedeket ini.

"Aku pengen kenal lebih dekat sama kamu." Gumamnya sambil tersenyum.

"Kan udah kenal." Ucapku pelan.

Aku menghela nafas, dia juga sama. Bahkan suara nafasnya mampu aku dengar.

"Ayo, kita kenalan lagi." Katanya, dia bangkit lalu duduk di sampingku.

Karena canggung, akupun melakukan hal yang sama.

"Selain dekat dengan Indra, kamu deket sama siapa lagi?" Tanya Raka, raut wajahnya mulai serius.

"Febi." Jawabku singkat.

Dia menghela nafas, lalu memutarkan bola matanya malas. "Yang laki-laki Luna."

"Gada." Kataku sambil menggeleng.

Raka hanya ber oh saja. "Yaudah gantian kamu nanya." Kata dia.

Aku menatapnya beberapa detik, lalu sepintas aku teringat satu nama.

"Lo pacaran sama Sela?" Tanyaku hati-hati.

Raka menatapku sedikit tegang, entahlah aku rasa demikian.

"Jangan manggil lo gue ." Protes Raka.

"Kenapa?"

"Kan kita udah temenan."

"Lo sama Bobi juga temenan, tapi manggilnya lo-gue."

"Beda, Luna..." Katanya lembut.

Dia mengelus rambutku.

"Selama ini aku bener-bener nggak percaya apa itu temen. Maksudku aku selalu ngerasa temen itu nggak ada." Jelasnya.

"Tapi kamu beda, kamu istri aku. Jadi kita harus temenan." Tambahnya lagi.

Aku berdeham canggung, dia itu sering banget bilang kalau aku itu istrinya, padahal aku nggak pernah bilang barang sekali kalau Raka adalah suamiku. Aneh kan.

"Oo...kee." cicitku.

"Jadi, apa jawabannya?"

Dia tersenyum sumringah. "Aku tuh bingung kenapa banyak orang ngiranya aku pacaran sama Sela. Padahal kita cuma sebatas temen satu tim  aja." Tutur Raka. Aku mencari kebohongan di wajahnya, tapi sulit. Dia selalu senyum nggak jelas.

"Tapi kalian deket banget, kemana-mana aja bareng." Ucapku.

Dia menghela nafas, "Dia yang selalu ngajak aku, mau beli buku ngajaknya aku, mau ke kantin ngajaknya aku. Dia itu perempuan, aku nggak enak kalau nolak."

"Kalau dia minta cium, kamu mau cium dia juga cuma karena dia cewek?" Tanyaku menatapnya emosi, jawaban macam apa itu!

Dia tersenyum lalu mengangguk pelan.

Whaaat?!

"Oh,"

Seketika dia tertawa terbahak-bahak.

"Kamu tuh emang bodoh Luna, mana mungkin aku gitu." Katanya sambil tertawa.

Aku menggembungkan pipiku, lalu mencubit perutnya sangat kencang.

Tawanya reda, hanya ada suara aduh kesakitan.

"Nyebelin!" Dengusku.

"Ohya, Kenapa lo sama Bobi jarang keliatan deket sekarang?" Tanyaku pelan.

"Karena-

Ucapan dia menggantung di udara. Lalu tiba-tiba menciumku.

"Ih!" Aku teriak sambil menjauhkan wajahnya.

"Lo mesum banget!"

"Makanya, jangan manggil lo-gue, kalau masih manggil aku cium." Protesnya.

"Ish!" Gumamku sebal.

Raka membuang nafas gusar, lalu menatapku.

"Karena, ada sesuatu yang harus aku pertahankan, dan Bobi nggak mampu menerima itu." Jawab Raka.

"Emang apa yang kamu pertahankan?"

Dia tersenyum lagi, tuhkan. Dia tuh akhir-akhir ini senyum mulu.

"Rahasia." Jawabnya.

"Udah ah, ayo kita tidur, udah malem." Ucap Raka. Lalu memelukku dan meniduriku. "Selamat malam Aluna Ratu Az-Zahra." Ujarnya seraya menciumi keningku berkali-kali. Dia tuh bodoh atau gimana sih, aku tuh nggak bisa di giniin. Aku baper dan tegang dalam satu waktu.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang