Aku, Bulan-nya Raka?
Seseorang memeluk tubuhku dari belakang,
"Jadi, Istriku ada disini." Gumamnya, aku diam sejenak, padahal tadinya nyaris saja akan aku injak kakinya kuat-kuat.
Raka menciumi rambutku, lalu turun kebahu
"Kenapa pergi dari Tribun?" Tanya Raka pelan, dia melingkarkan tangan kekarnya di perutku, bergerak-gerak pelan sambil mengeratkan pelukannya.
Aku masih diam, entah kenapa buat sekedar ngomong rasanya tenggorokan ini kayak ada batun gede yang mengganjal.
Dia melonggarkan pelukannya, lalu membalikan tubuhku sampai menghadap kearahnya.
Dia menatap wajahku, lalu mengelus-elus rambutku.
"Nangis karena tadi?" Tanya Raka pelan, aku menggeleng lalu mengangguk.
"Karena takut di diskualifikasi?"
Aku menggeleng cepat.
"Terus karena apa?"
Aku diam aja, kelu buat ngomong, aku cuma menubrukan tubuhku di dada bidangnya. Mengeratkan jemariku sampai ke punggungnya,
Akutuh nangis karena takut kamu bakalan olimpiade sama Sela, Raka.
Raka sejak tadi mengelus-elus punggung, sambil sesekali menciumi atas kepalaku lembut.
"Kalau aku nggak bisa ikut Olimpiade, kamu nggak boleh ikut." Kataku kemudian, dia tersenyum.
"Maaf, aku emang egois."
"Tapi aku takut, aku takut kamu bakalan berduaan sama Sela di tempat karantinanya."
"Aku bingung di satu sisi, aku mau kamu ikut olimpiade, di sisi lain aku nggak rela kalau kamu bareng Sela."
Aku terus ngoceh nggak berhenti-henti, lalu dia membekap mulutku dengan bibirnya. Cuma kecupan singkat,
"Emang siapa yang bilang kalau Sela yang bakal ikut Olimpiade?" Tanyanya.
Aku menatap manik mata Raka
"Makanya jangan buru-buru pergi dulu." Katanya.
"Tadi, Bu Marina bilang kalau Aluna yang nakal ini
Raka nyubit hidungku pelan.
"Dia adalah pemenang dari OSN tingkat SMP waktu itu."
Aku memegangi hidungku, lalu mengusapnya pelan.
"Beneran, terus?"
"Terus, Bu Marina bilang kalau sesama peserta nggak boleh menyembunyikan kebenaran, gitu " kata Raka menjelaskan.
Senyumku merekah, menatap Raka senang
"Udah kan, nggak nangis lagi." Ujarnya sambil menoel pipiku, senenh banget sama pipi.
"Seneng banget noel-noel pipi."
"Soalnya Istriku gemesin sih, hehe."
"Kalau gemes cium dong." Kataku menggoda
Dia menatapku, "Istriku mesum yah sekarang." Ucapnya lalu mencium pipiku singkat.
"Kamu kan yang ngajarin." Omelku.
"Aku mah, nggak niat ngajarin." Belanya.
"Terus apa dong kalau nggak ngajarin."
"Apa yah, hehe." Katanya nggak jelas.
"Yuk, kebawah." Ajak Raka.
Aku menggembungkan pipiku, "Gendong." Ucapku, njiiir kok gue mendadak manja gini haha.
"Luna, aku kan ketua osis,"
"Emang kenapa kalau Ketua Osis?"
"Kalau Ketua Osis itu harus mencontohkan yang baik-baik sama murid lainnya, makanya aku selalu berpenampilan rapih, hehe." Serunya sambil terkekeh.
"Heleh, pencitraan!" Dengusku.
"Yaudah yuk, turun, aku mau jadi panitia lomba Catur soalnya." Jelas Raka.
"Gendong, sampe ujung tangga." Kataku merajuk.
Dia berjongkok di depanku, lalu aku memposisikan diriku agar nyaman di gendongannya.
Saat menggendongku, Ponselnya jatuh di genangan Air bekas hujan kemarin. Lalu aku buru-buru turun dari gendongannya untuk mengambil ponselnya.
Aku menggoyang-goyangkan ponsel Raka agar airnya tidak meresap masuk kedalam ponsel, lalu mengelapnya dengan seragamku.
Aku membuka soft casenya, dan menemukan foto kecil dengan warna sedikit menguning.
Aku meletakan ponselnya di meja, lalu menatap lekat-lekat anak kecil dalam foto.
Aku cukup terkejut ketika melihat foto masa kecilku ada di balik ponsel Raka, bersembunyi di Soft casenya.
"Ini kan, fotonya Luna waktu kecil, kok ada di kamu?" Tanyaku
Saat aku yang masih terkejut, Raka justru sudah syok mendengar pertanyaanku.
"Beneran?" Raka balik tanya.
"Beneran apa?" Tanyaku bingung
"Beneran ini foto Luna?" Tanyanya sambil sumringah senang.
Aku mengangguk yakin
Dia makin melebarkan senyumnya, lalu memelukku seketika.
"Ya Allah Luna, kamu itu Bulannya Raka." Kata Raka heboh.
"Aku, Bulan-nya Raka?" Tanyaku masih bingung.
Dia mengangguk lalu menciumi wajahku asal. Di mata, di hidung dimana-mana.
Ini Raka kenapa sih?
Terus Bulannya Raka itu, apa maksudnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Osis Galak Itu Suamiku
Teen Fiction16+ Bagi Raka, menikah dengan Aluna itu bencana, seperti Gempa dengan kekuatan 10 SR. Dan sialnya, dia tidak bisa mengelak karena perjodohan konyol orang tuanya. Dan, bagi Aluna, menikah dengan Raka adalah ajang balas dendam, karena Raka yan...