EPILOG 2 (Apa cita-cita Aluna?)

73.7K 2.3K 213
                                    

"Yaudah, sudah jam sepuluh ini, coba lihat sudah mulai belum Gerhananya?" Tanyaku,

Seolah tersadar, dia buru-buru berjalan menuju Teleskop lalu membungkuk dan matanya ia arahkan pada Okuler.

"Waaah...sudaah!" Luna berteriak heboh sekali.

"Sudah mulai Raka!" Dia memekik sekali lagi, saya tersenyum dengan tingkahnya lalu mencubiti pipi yang sedikit tembam itu

"Lucu banget si Istri Raka." Gumamku sambil memainkan kedua pipinya,

"Ih jangan di cubitin nanti kendor pipiku." Omelnya sambil mengelus pipinya.

Mendengar itu saya langsung tertawa seketika.

"Lensa Teleskop itu kayak gimana si, Luna?"

"Lensa Objektif dan lensa Okuler Raka, cuma ada dua lensa, naah terus Teleskop itu juga terbagi menjadi dua jenis ada Teleskop Refraktor ada juga yang Reflektor. Yang Luna punya ini jenis Teleskop Refraktor Teleskop pertama yang di ciptakan di Dunia ini, kalau yang jenis Reflektor menggunakan sistem kayak Priskop." Gumam Luna sambil menggebu-gebu

Priskop yah?

"Ada cerminnya?" Dan di jawab dengan anggukan oleh Luna

"Intinya ada lensa yang ukurannya besar ada juga yang ukurannya kecil gitu." Jelasnya.

"Ohya, itu yang di atas apa?" Saya bertanya untuk kesekian kalinya, di atas teleskop ada sebuah benda bulat yang menutupi lensanya

"Ini namanya Filter Matahari, jadi biar mata kita tidak sakit saat melihat matahari dari dekat." Jelasnya lagi.

"Biasanya kalau kita nggak punya Filter Matahari, orang-orang akan menggunakan kaca mata Gerhana, coba deh Raka pakai." Katanya sambil mengambil kaca mata dari ember tadi.

Saya mengamati baik-baik bentuknya, saat ku kenakan semuanya menjadi gelap, dan Matahari berubah menjadi Redup.

"Wooh kereeen!" Saya tiba-tiba memekik begitu saja, ini sungguh ajaib.

"Orang Jaman dahulu kalau lihat Gerhana menggunakan Air, tapi sekarang ada istilah namanya Lubang Jarum, atau orang-orang biasa menggunakan bekas Rontgen di tumpuk-tumpuk itu udah cukup aman, atau bisa juga menggunakan Kaca mata Las."

(Kaca Las)

(Rontgen rangkap lima)

"Waaah kamu keren deh Lun, banyak banget tahunya. Aku bisa bayangin kalau punya anak itu anak kita di kasih makan materi Astronomi terus sama Ibu nya." Celetukku sambil tertawa ngakak.

Bisa kali yah bayangin dulu, nanti pas Aluna ngejelasin dan anak kami justru menatap wajah Ibu nya dengan kebingungan hahaha.

#Omong-omong yang baca bingung nggak? Wkwk#

Ada yang lebih menarik perhatian seorang Luna, tapi bukan Raka.

Sejak tadi saya di cuekin gara-gara Gerhana tadi, jadi saya cuma iseng-iseng memotretnya sambil sesekali menatap Gerhananya dari kaca mata Gerhana.

"YAAAAH!" Suara Luna yang putus asa itu terdengar nyaring.

"Kenapa pas Puncaknya malah tertutup awan sih!" Omelnya, lalu berdecak sebal

"Padahal mau pamer sama Indra dan Sela, kenapa meski mendung gini sih!"

Sejak tadi dia ngomel-ngomel sendiri, saya mampu bayangin deh segimana keselnya hati Aluna haha.

"Yuk lah." Ajak Luna sambil menarik lenganku.

"Yuk, kemana?"

"Turun ke dalem rumah, percuma mendung kayak gini." Katanya dengan nada putus asa.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang