63

68K 3.1K 77
                                    

Tugas seorang Istri


"Luna, kamu dimana?" Tanya Raka di sebrang sana

Aku terkikik sendiri

"Dirumah Mama." Jawabku

"Mama mana?"

"Mamaku, sayang." Ucapku sehalus mungkin.

"Terus motorku gimana?" Ucapan Raka sedikit panik

"Ya aku bawa pulang."

"Jangan macem-macem deh Lun, aku kan mau ada ngajar les siang ini." Katanya

Dia merubah panggilan, yang tadinya telepon menjadi Video call

Dia menatapku sebal yang kubalas dengan cengiran.

"Masa aku naik angkot ngajar les nya." Omel Raka

"Kan ada sepeda, pake aja." Ucapku sambil menahan tawa

Sekali-kali itu perlu ngerjain Raka, biar nggak Luna aja yang di kerjain

"Mana ada, tempatnya kan jauh." Dengus Raka, mimik wajahnya kelihatan memelas haha.

"Ya gimana yah... Aku kan kangen sama Mama." Kataku menjelaskan.

"Bohong kan!" Katanya mengintimidasi

"Awas kamu, nanti kalau ketemu aku hukum!" Ancamnya

"Nggak takut," ujarku seraya menjulurkan lidahku mengejek.

Lalu aku memutuskan Video callnya, hehehe rasain!

Aku emang sengaja pulang duluan saat Raka menjadi Panitia untuk Lomba Catur, dan kubilang aku pengen pulang pake motor aja, akhirnya dia memberikan kunci motornya padaku, dan kutinggalkan sepedanya. Jadi sekalian aja aku kerjain.

Di rumah cuma ada Kikis yang sedang duduk di kursi favorit nya, kursi goyang. Sedangkan aku sedang duduk sambil bermain air di kolam renang, entah kenapa aku memang selalu suka bermain air.

"Kak, kakak kan udah nikah yah... Temen-temen kakak tahu nggak sih?" Tanya Kikis, Bilqis ini orang nya kepo tingkat akut, dulu waktu pertama kali dia ngenal Youtube, yang pertama kali dia cari itu tutorial make-up karena waktu itu saat kita jalan-jalan ke Bali dia ngeliat Bule pake Make-up.

"Kepo!" Aku meneriakinya

Dia cemberut kesal, lalu mengambil es Jeruknya dan menyesapnya

"Nikah itu gimana sih kak, rasanya?" Tanya Kikis kembali

Aku diam, gimana rasanya?
Entah, aku lebih ngerasa pacaran sama Raka dari pada ngerasa sebagai Istrinya Raka.

"Ih kakak, kok diem!" Suara Kikis melengking, aku menatapnya sebal.

"Anak kecil nggak boleh ngomongin nikah-nikahan." Kataku ketus.

Dia mendelik, bangkit dari kursi goyangnya dan menceburkan kakinya di kolam

"Kakak, kemaren Kikis di tembak sama laki-laki." Katanya

"Terus?"

"Kikis tolak, soalnya pas aku bilang enam tambah enam sama dengan akar pangkat seratus empat puluh empat dia bilang jawabanku salah." Tuturnya.

Aku tertawa gitu aja, secara teknis, jawaban Kikis nggak salah, sebab akar pangkat seratus empat puluh empat itu adalah dua belas.

"Kikis mah, pengen punya pacar kayak kak Raka, pinter. Atau nggak kayak Bang Indra." Ucapnya mulai ngehalu

"Anak seusia Kikis itu tugasnya cuma belajar, bukan mikirin hal kayak gitu." Kataku menasihati

Dia menatapku, lalu menghela nafas sambil tersenyum lebar "Siapa tahu kalau Kikis udah seusia kakak, Kikis bakalan di jodohin juga." Ucapnya percaya diri.

Sore ini, Mama pulang terlambat, matanya sayu menahan lelah, lalu menatapku dengan wajah agak aneh. Aku tahu aku tahu, mungkin karena canggung sebab pertengkaran waktu itu, Mama mendekat lalu memelukku erat sekali.

Eh?

"Mama kangen banget sama Luna." Ucapnya, lalu mengelus-elus kepalaku

"Luna juga kangen." Balasku

"Sejak kapan kesini?" Tanya Mama saat kami duduk di kursi.

"Sepulang sekolah," kataku pelan

"Terus Raka nya mana?" Mama bertanya lagi

"Ya di kontrakan."

"Udah minta ijin?"

"Emang harus?"

Mama menghela nafas pelan, "Luna sayang, gini yah...

Mama menghembuskan nafas kembali

"Seorang istri itu memiliki tanggung jawab untuk meminta ijin terhadap suaminya jika hendak keluar." Seru Mama

"Mama aja setiap pagi selalu ijin sama Papa buat bekerja." Ucap Mama lagi

"Itulah yang dinamakan istri Solehah." Kata Mama menambahkan

Aku terhendak, seolah sadar kalau sebenarnya aku ini nggak pernah tahu ilmu tentang berumah tangga.

"Sekarang, telepon Raka dan bilang kalau kamu lagi ada di rumah." Perintah Mama

"Udah tadi, Rakanya yang nelepon."cicitku

"Tuhkan, dia pasti khawatir sama kamu." Ucap Mama

Dih, boro-boro dia mah nanyain aku juga karena aku bawa motornya!

"Emang, tugas seorang Istri itu apa aja?" Tanyaku agak ragu

Mata Mama membesar, menatapku tidak percaya, lalu menghela nafas kembali. Hmmm, Mama kenapa sih?

"Banyak, tapi kayaknya buat Luna sekarang cukup dengan terbiasa aja dulu minta ijin kalau mau keluar, terus bangunin pagi-pagi buat solat subuh.

Bangunin pagi-pagi, ini malah tugasnya Raka tiap pagi, eheheh

"Masakin sarapan." Lanjut Mama

Masakin sarapan? Aku malah masak sendiri-sendiri kalau pagi,hehehe

"Raka kan nyari uang yah, buat kebutuhan kamu. Nah... Sementara Raka cari uang, kamu tugasnya cuciin baju-baju Raka, biar ada ikatan kerja sama antara Suami dan Istri." Kata Mama

Hmmm, aku emang nggak pernah nyuci bajunya Raka, dia bilang soalnya malu gitu sih.

"Biar Mama tebak, Luna nggak pernah kan, ngerjain itu semua."

Aku nyengir ke arah Mama, lalu mengangguk malu-malu. "Yaudah, mulai besok harus di biasain." Katanya sambil mengeles kepalaku.

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang