41 (Aluna)

74.6K 3K 130
                                    

Mendirikan tenda

"Ini namanya Tenda pleton." Jelas Bang Syaiful selaku pembina Pramuka di sekolah.

Dia sedang menggambar tenda pleton.

"Tenda Pleton ini cukup untuk menampung sebanyak sembilan puluh orang, biasanya di gunakan untuk korban bencana sebagai posko." Jelasnya lagi.

Dia menceritakan langkah-langkah mendirikannya. Katanya kalau tidak kompak akan terjadi kerusakan pada tendanya makanya biar anak Pramuka aja yang mendirikannya, kalau begitu, kenapa pula coba dia jelasin panjang lebar gitu. Buang-buang waktu!

Saya meletakan tasku di bawah, berat eh mungkin sekitar lima kilo gram beratnya. Belum di tambah tas slempangku, ini semua gara-gara Raka yang rajin banget nyuruh sama buat ikut acara kayak gini. Asli saya tuh nggak minat kalau si galak nggak ngomong bakal ngebeliin aku kendaraan, meski aku nggak tahu dia bakal beliin aku apa.

Selama se-jam aku cuma ngabisin waktu buat duduk di rumbut sambil liatin orang-orang mendirikan tenda.

Ada dua tenda pleton untuk di jadikan tidur satu laki-laki, satunya perempuan. Terus ada sekitar dua puluh tenda ukuran sedang untuk tas-tas antar kelas. Aku nggak tahu tasku ada di tenda mana, soalnya tadi Raka yang bawain.

Suara seperti Kereta api terdengar nyaring, lalu di susul dengan suara Raka, yah aku hafal itu suara Raka khas banget suara.

"Temen-temen dimanapun kalian berada, tolong merapat ke lapangan depan tenda karena sebentar lagi akan di laksanakan solat duhur dan makan siang berjamaah. Terimakasih." Tutur Raka.

Aku menghampiri Indra yang sedang ngobrol dengan Jaka, dan kulihat beberapa anak osis sedang menggelar tikar dari baleho untuk alas, mungkin untuk solat.

"Temen-temen, disini emang ada kamar mandi, tapi untuk mempercepat yuk kita sungai sama-sama buat mengambil wudhu," intuksi Raka.

Dia berjalan mengarahkan yang lainnya sambil membawa pengeras suara kecil.

"Tempatnya jauh Ka?" Tanya Jaka sambil mensejajarkan langkahnya si galak.

"Sekitar lima belas menit." Jawab Raka.

"Inget yah temen-temen, kita di sungai cuma sekedar wudhu nggak lebih apalagi pake acara foto-foto." Raka menyuarakan perintahnya.

Mungkin sekitar lima menit berjalan, jalanan nya semakin turun, semakin banyak pangkal-pangkal pohon yang bekas di tebang. Apalagi lebar jalannya cuma dua meteran doang, dan banyak daun-daun kering yang membuat jalanan sedikit licin.

"Jalannya hati-hati, soalnya licin."

Baru aja Raka mingkem, di depanku sudah ada suara cewek mengaduh karena jatuh. Saat kulihat ternyata Sela, bokongnya berciuman dengan dahan-dahan kecil yang kering, lalu wajahnya meringis menahan sakit sekaligus malu, mungkin kalau emanh dia punya malu.

"Lo nggak apa-apa?" Tanya Raka, lalu mengulurkan tangannya berniat membantu Sela.

Sela menerima uluran tangan Raka, lalu tersenyum sambil berdiri. "Makasih, Raka." Ucapnya pelan.

"Cieee!" Sorak sorai orang-orang ikut menghebohkan suasana, membuat pipi Sela merona merah, dan membuat Raka menatap sekeliling tajam. "BERISIK!" katanya

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang