56 ( Raka )

68.7K 3.3K 146
                                    

Menjebak Aluna

Luna tidur di pangkuanku, dengan rambutnya yang di kuncir dengan pita membuat dia dua kali lipat lebih cantik, leher putih mulusnya terlihat jelas, padahal keseharian di sekolah dia selalu mengurainya.

Saya menarik pitanya, membuat rambutnya terurai acak-acakan, setidaknya itu lebih baik dari pada mataku tidak fokus menatapnya, ya maap, saya masih laki-laki normal.

Saya membopongnya menuju kamar, kebiasakan buruk Luna ; mudah sekali tidur.

Saya mengelus-elus rambutnya, lembut lagi panjang, entah faktor gennya atau dia pandai merawat rambut.

Tiba-tiba saya tertawa pelan, mengingat rengekan Luna yang ngambek.

Saya memang sengaja mengajaknya berkendara satu setengah jam kurang lebih, biar dia terus melukin saya dari belakang, biar saya kasih tahu. Luna ini nggak pernah sengaja meluk aku, pasti karena faktor takut, kalau nggak takut pasti karena faktor lainnya.

Terus, dia cuma cium aku tiga kali aja selama kami menikah, itupun cuma acara menempelkan bibir saja, entah karena awam atau karena malu. Sebenarnya saya juga awam sih, tapi sebelum nikah saya sempat baca-baca sex edukasi, itu cukup bermanfaat untuk anak remaja di usia tujuh belas tahun. Luna mah belum usia segitu, jadi belum cocok. Hahaha.

Saya memegangi bibir kenyalnya, bibir berwarna merah tanpa riasan Lipstik, wajah putih tanpa balutan bedak. seriusan, Dikamar dia nggak ada alat make-up, cuma ada minyak wangi yang tinggal semprotan terakhir, mungkin lain kali akan saya belikan. Atau saya yang harus membeli minyak wangi karena mengingat Luna seneng banget sembunyiin wajahnya di ketiakku.

Aku memajukan wajahku ke wajahnya, menatap bulu matanya yang panjang dan wajah eloknya.

"Maaf yah, tadi nggak maksud ngerjain hehe." Bisikku pelan.

Aku mengecup singkat bibirnya. "Nanti, aku janji akan ajak kamu jalan-jalan beneran, ngajak kamu nonton di bioskop  seperti sebelum aku mengenalmu."

"Tapi nanti, sekarang belum saatnya, aku masih punya tugas. Jadiin Luna yang penyabar, jadiin Luna yang lembut dan kuat. " Aku berbisik lagi, lalu mengecup telinganya. Dia menggeliat dalam tidurnya, lalu meringkung memeluk lenganku.

"Jadi, Luna harus bantuin Raka buat bisa rubah sikap kamu." Lanjutku.

"Aku sayang kamu." Sambungku sebelum akhirnya aku melepaskan pelukannya dan membiarkannya memeluk diri sendiri.

Saya masih punya tugas, masih ada yang harus aku kerjakan sebelum memeluk tubuhnya.

Aku duduk di kursi kayu berbalut kain berbulu putih, lalu menyalakan Laptop dan membuka buku pelajaran kelas dua SMP. Saatnya menjadi tutor lagi.

***

Saya bangun karena tendangan Luna, lalu menatapnya sebal. Kebiasaan kalau tidur nggak mau diem.

Saya duduk cukup lama di kasur empuknya, lalu menatap Luna yang bajunya sudah tersingkap, kebiasaan dia lagi.

Baju putihnya tersingkap sampai bawah Bra-nya yang berwarna pink terlihat. Dia sadar nggak sih kelakuan dia kalau tidur?

Saya membetulkan bajunya, mengukurnya lalu memasukannya kedalam celana panjangnya.

Hers, ini sudah kesekian kalinya. Jika dia tahu sudah di pastikan dia akan meninjuku.

Karena kantukku tak kunjung datang lagi, aku memutuskan untuk keluar kamar, menegak segelas susu hangat mungkin bisa membantu. Saya kembali ke kamar Luna dan mendapati dia sedang melalang melintang di tengah-tengah kasur.

Heee!
Kayaknya seru jika saya foto, hahah.

Saya mengambil ponselku yang tergeletak di dekat laptop, lalu membuka sandinya dan mendapati WhatsApp dari Sela

SelaOktav

Ka, aku dapet kabar kalau nanti cerdas cermat nya yang juara akan mewakili sekolah untuk ikut OSN tahun ini. Kita harus belajar untuk itu. Yuks, besok belajar bareng di kontrakan kamu. Aku akan ajak Bobi juga.

Begitu yah?
Menarik, akan saya pastikan Aluna akan ikut OSN tahun ini.
Saya melirik Luna, lalu tersenyum.

"Lun, ini kesempatan aku buat buktiin ke semuanya kalau Aluna-ku nggak seburuk yang orang kira." Ucapku

***

"RAKAAAAA!" teriakan itu merusak gendang telingaku.

Lalu seperkian detik, tubuhku melayang dan terpelanting di lantai.

"Hua!" Aku ikut teriak seraya mengelus bokongku sakit.

"Kamu ngapain nggak pake baju!" Teriak Luna heboh.

Saya menatap diriku sendiri, lalu seakan ingat kalau tadi malem saya kepanasan dan membuka kaosku.

"Panas." Ucapku sewot.

Lalu berdiri sambil berpegangan pada meja, perutku sakit kena tendang Luna dua kali, dan bokongku sakit karena terhentak di lantai.

"Kamu tuh, kayak nggak pernah lihat aku telanjang aja." Cibirku.

Dia kan emang sering lihat aku pake handuk doang, kecuali aku yang nggak pernah lihat Luna cuma pake handuk.

"Ya tapikan, kamu nggak pernah tidur telanjang gitu." Omelnya sambil menyingkap selimutnya.

"Sakit tahu!" Omelku lagi,

"Ya maaf." Katanya agak sewot.

"Ada syarat nya." Ucapku sambil menyeringai.

"Apa."

"Kamu harus ikut Class meeting."

"Nggak akan pernah!" Katanya tajam.

Aku berdecak pelan, "Yaudah nggak dapet maaf." Ucapku sedikit mengancam.

"Yaudah, gue nggak jadi minta maaf!" Teriaknya.

Eeee, keras kepala.

Ponselku berdering, itu kesempatan emas hehe.

Aku segera menarik ponselku cepat di atas meja, lalu sms dari operator masuk di ponselku.

Aku meletakan ponsel di telingaku.

"Iya Sel ada apa?"

"Belajar bareng? Kapan?" Aku bertanya sambil sedikit teriak, menatap wajah masam Luna yang sedang kesal.

"Eh? Hari ini? Tapikan UTS udah selesai, ngapain lagi belajar coba."

Saya diam sesaat, pura-pura mendengarkan suara di sebrang sana. Haha saya sukses buat Luna menahan cemburu.

"Oh jadi kalau yang menang cerdas cermat bakalan terpilih buat mewakili jadi OSN yah?"

"Iya - iya gue ngerti, nanti gue pikirin dulu yah, takut ada keperluan soalnya." Aku langsung memasuki ponselku di saku celana.

Dan mendapati Luna yang sudah menodong wajahku dengan wajah marahnya.

"Jangan ikut OSN kalau sama Sela!" Ucapnya tajam.

"Wah gimana yah, nanti kalau aku pemenang Cerdas cermatnya nanti aku dong yang bakal ikut OSN, pasti bareng Sela kan nantinya."

"Aku yang bakalan menangin Cerdas cermat itu!"

Yossha!
Aluna masuk dalam jebakan. Heheh!

Ketua Osis Galak Itu  Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang